NovelToon NovelToon
Kumpulan Kisah Misteri

Kumpulan Kisah Misteri

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Rumahhantu / Horror Thriller-Horror / Matabatin / Roh Supernatural
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: iqbal nasution

Kumpulan kisah misteri menceritakan tentang cerita legenda misteri dan horor yang terjadi di seluruh negeri berdasarkan cerita rakyat. Dalam kisah ini akan di ceritakan kejadian-kejadian mistis yang pernah terjadi di berbagai wilayah yang konon mwnjadi legenda di seluruh negeri bahkan banyak yang meyakini kisah ini benar-benar terjadi dan sebagian kisah masih menyimpan kutukan sampai sekarang, Di rangkai dalam kisah yang menyeramkan membuat para pembaca seperti merasakan petualangan horor yang menegangkan,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqbal nasution, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3c. Burong Pocut Siti

Sejak kematian Zulfikar yang memalukan, rumah Ayu tak lagi terasa seperti rumah. Warga desa mulai menjauhi, sebagian mengasihani, sebagian lagi mencibir. Ayu hanya ditemani bayangan masa lalu dan janin di perutnya yang semakin besar.

Namun, bukan hanya kesepian yang ia hadapi. Hampir setiap malam, Ayu dihantui oleh sosok perempuan menyeramkan.

Saat tidur, ia bermimpi seorang wanita bersanggul besar datang membawa sayap hitam, menatapnya dengan mata penuh darah.

Di siang hari, bayangan hitam melintas cepat di sudut mata, seakan ada yang mengintai.

Kadang, suara perempuan menyanyi lirih dalam bahasa Aceh lama terdengar dari belakang rumah, padahal tidak ada siapa-siapa.

“Ya Allah... lepaskan aku dari gangguan ini,” rintih Ayu, sambil memeluk perutnya yang bergerak semakin liar.

Keganjilan juga muncul pada janinnya. Tendangan bayi terasa bukan sekedar gerakan, tapi seperti dorongan keras yang membuat perut Ayu sakit hingga membuatnya terjatuh. Pernah suatu malam, ia merasa ada tangan kecil meraba dari dalam perut, menekan kulitnya sampai membentuk jejak jari.

Suara itu kembali berbisik di telinganya:

“Kau akan melahirkan darahku... kau akan menjadi jalan bagiku untuk kembali. Jangan melawan...”

Ayu menangis sejadi-jadinya, tubuhnya lemah, pikirannya kacau. Antara ingin membuang kandungannya, atau bertahan demi amanah Allah.

Suatu malam, Ayu terbangun karena mendengar pintu rumah terbuka sendiri. Angin dingin masuk, lilin padam. Di ruang tamu, terlihat sosok perempuan itu: wajah pucat, bibir biru, kain kebaya lusuh, rambut panjang tergerai basah. Di punggungnya, sayap hitam besar mengepak pelan.

Ayu berteriak histeris, tapi tak ada suara keluar dari mulutnya. Ia hanya bisa meronta di tempat tidur. Sosok itu berjalan mendekat, lalu mengelus perut Ayu dengan tangan berlumuran darah.

“Anak ini... adalah aku. Pocut Siti akan hidup kembali melalui darahmu...”

Ayu pingsan, tubuhnya jatuh lemas.

*****

Malam itu desa Tungkop diliputi keheningan. Lampu-lampu minyak di teras rumah sudah padam, hanya suara jangkrik dan sesekali gonggongan anjing yang terdengar. Tiba-tiba, dari arah rumah Ayu terdengar suara gaduh: kursi terbalik, kaca pecah, lalu jeritan panjang yang membuat bulu kuduk berdiri.

“AAAAAAAAAARGHHHHH!!!”

Penduduk yang masih terjaga segera keluar. Dan betapa terkejutnya mereka ketika melihat Ayu berlari keluar rumah, rambutnya tergerai, matanya melotot putih, mulutnya menganga sambil mengeluarkan suara parau. Perutnya yang besar berguncang-guncang, seolah ada sesuatu di dalamnya yang ingin keluar.

Beberapa orang mencoba mendekat. “Ayu! Astaghfirullah... baca bismillah!”

Namun Ayu berbalik menatap mereka dengan senyum mengerikan, bibirnya berlumuran darah, lalu tertawa keras:

“HA-HA-HA-HA-HA! Aku kembali! aku tidak akan hilang! Kalian semua akan merasakan dendamku!”

Suaranya bergema, bukan suara Ayu lagi.

Warga berhamburan, sebagian menjerit, sebagian berlari mengambil air wudhu dan membaca ayat-ayat suci. Seorang tetua kampung, Teungku Zainal, maju dengan Al-Qur’an di tangan. Ia membaca ayat kursi dengan suara keras.

Namun setiap ayat yang dibacakan, Ayu menjerit makin kencang, tubuhnya melompat dengan kekuatan tak wajar. Tangannya meraih tanah, lalu melemparkan segenggam pasir yang tiba-tiba berubah jadi bara api kecil, membakar tikar di dekat surau.

Perut Ayu berguncang semakin liar. Dari dalam perutnya terdengar suara tangisan bayi bercampur dengan tawa perempuan dewasa. Semua orang ketakutan, tak ada yang berani mendekat.

Akhirnya, dengan susah payah, beberapa lelaki desa berhasil menangkap Ayu yang meronta. Mereka membawanya ke meunasah ( Surau ), meletakkannya di lantai. Tubuh Ayu mengeluarkan keringat bercampur darah, matanya masih merah menyala.

Teungku Zainal mendekat, berusaha menenangkan.

“Siapa kau sebenarnya? Tinggalkan tubuh perempuan ini!”

Sosok di dalam raga Ayu tertawa lirih, lalu berkata dengan suara menggema:

“Aku Pocut Siti... darahku terkhianati, rahimku direnggut... dan kini aku kembali melalui rahim ini! Kalian tak bisa menghentikanku...”

Suasana desa malam itu menjadi kacau. Teriakan Ayu, doa yang bersahutan, dan suara angin menderu membuat udara mencekam. Semua orang sadar: kutukan Pocut Siti benar-benar telah bangkit.

Di meunasah malam itu, warga desa berkumpul dengan wajah pucat pasi. Ayu masih meronta di lantai, tubuhnya panas dingin, matanya merah menyala. Sesekali suaranya berubah-ubah, antara tangisan bayi, tawa perempuan, hingga jeritan panjang.

Teungku Zainal, sesepuh kampung yang dituakan, mengambil posisi duduk di dekat kepala Ayu. Dengan lantang ia membaca doa-doa, lalu menghentikan bacaan dan berkata tegas:

“Siapa kau sebenarnya? Katakan namamu! Jangan menyesatkan manusia lagi!”

Tubuh Ayu tiba-tiba terdiam. Dari mulutnya keluar suara perempuan berat, namun jelas:

“Aku Pocut Siti... putri uleebalang... darah bangsawan... yang dihukum rajam di tengah tanah ini, di pertengahan abad lalu. Mereka menuduhku berzina dengan lelaki asing... padahal kami saling mencintai... lalu tubuhku dilempari batu hingga nyawaku melayang.”

Suara itu membuat semua orang bergidik. Sebagian perempuan menutup wajah dengan kain, beberapa lelaki beristighfar sambil memeluk anak-anak mereka.

“Aku mati bukan dengan kehormatan, melainkan aib. Darahku membasahi tanah, anak dalam rahimku ikut terkubur tanpa nama. Sejak saat itu... aku bersumpah: setiap pengkhianatan, setiap perselingkuhan, akan kutagih dengan darah. Dan kini... aku menemukan jalanku... melalui rahim perempuan ini.”

Suasana meunasah berubah sangat mencekam. Lampu minyak berkelip-kelip, suara angin menderu dari luar, dan pintu berderak seolah dipukul oleh sesuatu yang tak terlihat.

Teungku Zainal mencoba menenangkan warga, “Jangan takut. Ia hanya roh terperangkap dendam. Kita harus berdoa bersama.”

Namun Pocut Siti melalui tubuh Ayu kembali menjerit:

“Doa-doa kalian takkan menghentikanku! Aku pernah menjadi darah bangsawan, kini aku akan lahir kembali sebagai penguasa malam!”

Perut Ayu bergetar keras, hingga kulitnya menegang seperti akan robek. Dari dalam terdengar suara ketukan—seperti tangan kecil memukul dinding rahimnya.

Malam itu desa Tungkop gempar. Beberapa orang berlari keluar meunasah karena tak tahan mendengar suara jeritan Ayu yang bukan lagi suara manusia. Sementara Teungku Zainal tetap bertahan, memegang tasbih, wajahnya serius.

Ia menoleh ke warga yang tersisa. “Kita sedang berhadapan bukan dengan setan biasa. Ini adalah roh bangsawan lama yang terikat kutukan masa lalu. Jika benar ia mati rajam, arwahnya tidak tenang... dan kini ia datang kembali.”

Semua orang terdiam, tak ada yang berani berbicara. Hanya suara tangisan Ayu—atau Pocut Siti—yang terus menggaung, memenuhi malam desa dengan aura ngeri yang membuat siapa pun merinding hingga ke tulang.

Di dalam meunasah, suasana semakin menegangkan. Ayu masih terbaring dengan mata terbelalak, wajahnya pucat, suara perempuan asing keluar dari mulutnya. Teungku Zainal menunduk, menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya:

“Kalau benar kau Pocut Siti, apa yang kau inginkan agar meninggalkan tubuh perempuan ini? Jangan sakiti dia dan anak dalam kandungannya.”

Tubuh Ayu bergetar. Bibirnya bergerak perlahan, suaranya berubah lirih namun tegas:

“Aku hanya ingin satu... gule kambing bule seuribe (gulai kambing berbulu seribu) makanan yang paling kucintai ketika aku masih hidup. Sajikan untukku... maka aku akan pergi.”

Warga saling pandang. Permintaan itu terdengar aneh sekaligus menakutkan.

Tanpa menunggu lama, para pemuda desa diperintahkan menyembelih seekor kambing yang mereka pelihara di kandang. Malam itu juga, di dapur meunasah, beberapa ibu menjerang periuk besar, memasak gulai dengan bumbu khas Aceh yang kaya rempah. Aroma kari kental bercampur lengkuas, serai, dan santan mulai menyebar ke seluruh ruangan.

Tapi suasana tetap mencekam—setiap kali gulai hampir matang, tubuh Ayu bergetar keras, seolah arwah Pocut Siti bisa mencium aromanya.

“Cepatlah... sajikan padaku... aku lapar...” suara dari mulut Ayu makin serak, seperti berasal dari jauh.

Tepat menjelang subuh, gulai kambing selesai dimasak. Warga membawa periuk besar ke dalam meunasah. Asap panas mengepul, memenuhi ruangan. Teungku Zainal membaca doa, lalu meletakkan sepiring gulai di dekat kepala Ayu.

Begitu aroma gulai itu tercium, Ayu mendadak menjerit panjang. Tubuhnya melengkung ke atas, kedua tangannya menegang. Dari mulutnya keluar suara perempuan menangis pilu:

“Ahh... inilah kenangan terakhirku... aku puas...”

Sekejap kemudian, cahaya redup berwarna hitam keunguan keluar dari tubuh Ayu, melayang seperti kabut, lalu menghilang lewat atap meunasah.

Ayu terkulai lemah, napasnya tersengal. Ia pingsan, tapi wajahnya tenang.

Warga menarik napas lega. Teungku Zainal berkata lirih, “Ia telah pergi... tapi jangan lupa. Dendam yang lahir dari darah dan pengkhianatan, tak mudah padam. Jangan ada lagi perbuatan aib di tanah ini, agar arwah Pocut Siti tidak kembali.”

Fajar menyingsing, cahaya oranye perlahan masuk ke dalam desa. Meski Pocut Siti telah keluar dari tubuh Ayu, bayangan dendamnya masih terasa menggantung di udara.

1
dilafnp
Di makan setan kah?
dilafnp
ga punya pilihan?? HAH?!!!
dilafnp
yok bisa yok, lompat langsung, jangan nyusahin 😅
Mingyu gf😘
padahal jambatannya kayak bagus gitu ya
Mingyu gf😘
wahh bahaya juga ya
Mingyu gf😘
Lohh kisah nyata ya ternyata
Hanik Andayani
pesan moral yang baik
Hanik Andayani
wah cerita di aceh Thor
Chimpanzini Banananini
fix ini serem sih. aku yang novelis horror pun juga ngerasa merinding
Chimpanzini Banananini
serem jirr
Chimpanzini Banananini
/Toasted//Toasted//Toasted/
Chimpanzini Banananini
takut banget/Toasted//Toasted/
Wida_Ast Jcy
Tengku ni suka Mutia kah🤣🤣🤣
Wida_Ast Jcy
jgn melawan ya dino
Xia Ni Si☀
Yah, kena Friendzone/Facepalm/
Ani Suryani
waduh Halimah balas dendam
Radi Rafan
modus pisan nih guru ngaji
Vᴇᴇ
𝗌𝖾𝗅𝖺𝗅𝗎 𝖺𝖽𝖺 𝗈𝗋𝗀 𝗄𝖾𝗍𝗂𝗀𝖺 𝗒𝗀 𝗆𝖾𝗇𝗀𝗀𝖺𝗇𝗀𝗀𝗎 𝗄𝖾𝖻𝖺𝗁𝖺𝗀𝗂𝖺𝖺𝗇 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗇𝗀𝗀𝖺 𝗈𝗋𝗀 😭
Radi Rafan
pemandangan indah tapi ada misteri horor .
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Hadeehh nyari perkara aja sih kalian🙄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!