 
                            Clara Moestopo menikah dengan cinta pertamanya semasa SMA, Arman Ferdinand, dengan keyakinan bahwa kisah mereka akan berakhir bahagia. Namun, pernikahan itu justru dipenuhi duri mama mertua yang selalu merendahkannya, adik ipar yang licik, dan perselingkuhan Arman dengan teman SMA mereka dulu. Hingga suatu malam, pertengkaran hebat di dalam mobil berakhir tragis dalam kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya. Tapi takdir berkata lain.Clara dan Arman terbangun kembali di masa SMA mereka, diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya… atau mengulang kesalahan yang sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15.Bikin ulah.
Clara terpaku di tempatnya, pandangannya masih tertuju pada sosok Finn yang kini berdiri hanya beberapa langkah di depannya. Cahaya matahari pagi yang menembus pepohonan membuat bayangan Finn jatuh miring ke tanah, menambah kesan misterius pada wajahnya yang tenang.
Ria yang berdiri di samping Clara hanya bisa melirik bergantian antara keduanya, merasa ada ketegangan aneh di udara.
“Clar, apa kamu kenal dengan kak Finn? ”bisiknya di telinga Clara.
“Hanya sebatas kenal, saat di rumah sakit. kamar kakek dan nenek nya bersebelahan dengan kamar mamaku, ya!. kami pernah bertemu, tapi aku tidak menyangka dia murid disini”jawabnya dengan pelan.
“Kau tahu siapa dia? ”
Clara terdiam, sambil matanya mengamati Finn dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Lalu pandangannya berpindah ke arah Ria, “Tidak, bukannya dia senior kita”jawab Clara dengan santai.
Ria pun memasang wajah heran dengan Clara, “Clara.., kamu itu terlalu!. bagimu cowok keren hanya Arman”
“Apaan sih kamu itu?dia itu—”
Finn yang merasa diabaikan oleh Clara yang sibuk membahas yang lain, dia memotong pembicaraan mereka berdua.
“Hai!, bisakah kalian ini ajak aku ngobrol. jangan dianggurin kayak gini. ”ucapnya yang kesal.
Ria yang merasa menyesal meminta maaf, tapi Clara hanya diam melihat Ria yang ketakutan.“Maaf kak.., kalau begitu sebaiknya saya masuk kedalam kelas dulu! ”
Ria pun meninggalkan Clara berduaan dengan Finn, ia berlari tergesa-gesa dan saat Clara mau menyusul Ria. Finn selalu menghalangi Clara, dan membuat Clara menjadi kesal.
“Sebenarnya apa maumu? ”ucapnya yang kesal sambil tangannya dilipat ke dada.
“Aku suka melihat kamu marah. ”ucap Finn sambil tersenyum.
Clara lalu mengerutkan dahinya, ia merasa tidak senang dengan sikap Finn itu.
“Dasar gila!. ”“–cepat minggir!. ”nada suara Clara mulai meninggi.
Tiba-tiba saja..
Bel sekolah berbunyi nyaring, menandakan waktu masuk kelas sudah tiba. Suara ramai para siswa yang berlarian ke kelas terdengar di sekeliling mereka, tapi Clara dan Finn masih berdiri di tempat yang sama tepat di tengah taman kecil di depan gedung utama.
Clara berusaha melangkah ke kanan.
Finn ikut melangkah ke kanan.
Clara beralih ke kiri.
Finn pun bergeser ke kiri dengan senyum santainya.
“Kakak! Minggir!” seru Clara, matanya sudah menatap tajam.
Finn justru mencondongkan tubuh sedikit ke depan, senyum di wajahnya melebar. “Aku baru sadar, kamu terlihat lucu kalau lagi marah, tahu gak?”
Clara menghela napas panjang, tapi jelas dari wajahnya kalau kesabarannya sudah habis.
“Lucu? Kamu pikir aku badut?aku tidak ada waktu bercanda dengan mu. ”
Finn terkekeh pelan. “Bukan, tapi kamu—”
BRAK!
Sebelum Finn sempat menyelesaikan kalimatnya, Clara sudah menginjak kakinya cukup keras.
“AWW..! Clara!” Finn refleks melompat mundur, wajahnya menegang menahan sakit.
Clara menatapnya datar. “Sudah puas? Sekarang minggir.Rasain,dasar usil! ”
Finn yang meringis kesakitan, sambil memegang kakinya yang sakit. “Clara!, sakit tahu.bagaimana jika kakiku bengkak tidak bisa jalan? kamu mau tanggung jawab?. ”
“Salahmu sendiri!, siapa suruh usil. aku suruh minggir tapi gak minggir, sudahlah aku mau masuk kekelas! ”
“Dasar gadis kejam! ”
Clara melihat Finn yang kesakitan, ia tidak tega hanya diam memperhatikan dirinya. Sepertinya aku terlalu kuat menginjak kakinya, pikir Clara.
“Ayo, aku antar kakak ke UKS! ”ajak Clara sambil mengulurkan tangannya kearah Finn dengan wajah juteknya.
Finn pun tersenyum, dan saat mau memegang tangan Clara tiba-tiba dua sosok siswa lain datang dari arah depan Loly dan Arman yang bergandengan tangan dengan erat.
Mereka berdua berhenti di tempat, menyaksikan adegan itu dengan mata terbelalak.
Loly langsung menutup mulutnya menahan tawa. “Astaga, Finn! kamu kenapa seperti kesakitan?”
Arman hanya menatap Finn dengan alis terangkat,ia merasa tidak suka jika Finn dekat dengan Clara. sejak kapan Clara dekat dengan kakak kelas?, pikir Arman.
Finn, yang masih meringis menahan sakit di kaki kirinya, berusaha tersenyum meski agak kikuk. “Heh… ini kakiku ke injak di_”
Clara lalu melirik dengan tajam kearah Finn, dasar cowok badung!, ia katain aku kelinci. awas saja nanti!, pikir Clara yang kesal.
Clara cepat memotong, “Sepertinya kaki kakak kelas kesakitan,mungkin kesandung?”
Loly menatap keduanya bergantian, lalu mendekat ke Clara sambil berbisik, “Oh..,kesandung!.aku kira gadis ini menginjak kakimu? ”
Clara menatap tajam. “Tidak..,itu tidak benar kak. dia saja tidak lihat jalan batu saja dia tabrak, gadis semanis aku tega menginjak kaki kak Finn. ”ucapnya dengan berpura-pura tidak bersalah.
Finn melirik kearah Clara dengan senyum tipisnya, cewek ini pandai bersandiwara, pikir Finn.
Tapi sebelum Clara sempat melangkah lagi, Finn tiba-tiba bersandar di dinding, menatapnya dengan ekspresi lebih lembut dari sebelumnya.
“Jadi… tidak antar aku ke UKS?”
Pertanyaan itu membuat Clara sejenak terdiam. Ia tidak menjawab, hanya menatap balik dengan sedikit gugup.
Arman yang berdiri di sisi lain memperhatikan perubahan ekspresi Clara, alisnya sedikit menurun.
Saat tangan Clara memegang tangan Finn, dihentikan oleh Arman dengan bergegas ia memegang tangan Finn.
“Biar aku yang antar kakak kelas ke UKS”,“_Clara, sebaiknya kamu kembali ke kelas biar kami yang antar kakak Finn ke UKS,” ujar Arman datar sambil menatap Finn sekilas, seolah memberi peringatan.
Clara menatap Arman, lalu Finn dan dia masih menatapnya tanpa bicara.
“Baiklah, aku balik ke kelas dulu”“_terimakasih kak Loly dan man. aku mau balik dulu, ya! ”
Akhirnya ia menghela napas panjang dan melangkah pergi terburu-buru meninggalkan mereka bertiga, sementara Finn hanya menatap punggungnya yang menjauh, bibirnya terangkat samar.
Finn masih berdiri di tempatnya, menatap punggung Clara yang semakin menjauh dengan langkah cepat.
Udara pagi yang semula terasa hangat kini berubah dingin di dadanya, entah kenapa. Senyum samar di wajahnya perlahan memudar, berganti dengan ekspresi kecewa yang tak bisa ia sembunyikan.
Arman masih memegang lengannya, sementara Loly menatap keduanya bergantian dengan wajah bingung.
“Finn, ayo ke UKS. Nanti tambah sakit kalau tidak diobati” ucap Loly pelan, mencoba mencairkan suasana.
Finn menghela napas dalam, lalu menatap Arman dengan pandangan datar.
“Gak usah. Aku masih bisa jalan sendiri.”
“Serius? Tapi—”
“Aku bilang bisa,” potong Finn tegas. Ia melepas pegangan tangan Arman, lalu melangkah perlahan tanpa menoleh.
Suara langkahnya terdengar berat di antara riuh suara siswa lain yang masih berlarian menuju kelas. Setiap langkah yang ia ambil seolah menambah rasa sesak di dadanya.
Ia tidak tahu kenapa ia merasa begitu kesal, padahal tadi ia hanya bercanda, hanya ingin melihat reaksi Clara yang polos itu. Tapi reaksi yang ia dapat bukan tawa, melainkan tatapan dingin dan jarak yang terasa makin jauh.
Loly melirik Arman dengan wajah canggung. “Uh… dasar aneh!,maafin temanku itu sikapnya yang kekanak-kanakan kadang-kadang nyebelin.”
Arman hanya diam, pandangannya masih mengikuti punggung Finn yang perlahan menghilang di balik koridor.
“Dia hanya pura-pura,” jawabnya datar. “Kamu tahu sejak kapan temanmu itu dekat dengan Clara.”
“Oh..gadis manis itu namanya Clara! ”ujar Loly sambil tersenyum.
“Memangnya kenapa jika Finn dekat dengan Clara? mendadak saja reaksimu seperti itu. ”
Loly menghela napas. “Finn itu cowok yang sulit didekati cewek, walaupun banyak cewek yang mengidolakan nya tapi dia jarang sekali menggubrisnya.”
Arman tak menjawab, hanya mengeraskan rahangnya dan berbalik menuju kelas.
Di kepalanya, terngiang lagi pandangan Clara tadi bagaimana wajahnya berubah gugup waktu Finn bicara lembut, bagaimana ia sempat hendak menggandeng tangan cowok itu sebelum Arman menghentikannya.
Rasa tidak suka jika Clara diganggu dengan pria lain, rasa seharusnya tidak boleh ada di kehidupan keduanya terhadap Clara.
penasaran bangetttttttt🤭