Tidak ada rumah tangga yang berjalan mulus, semua memiliki cerita dan ujiannya masing-masing. Semuanya sedang berjuang, bertahan atau jutsru harus melepaskan.
Seperti perjalanan rumah tangga Melati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Setiap pasangan suami istri pasti pernah mengalami fase diuji habis-habisan. Bisa melalui keturunan, suami atau istri yang tidak setia, sahabat, mertua, ipar dan bahkan orang tua.
Seperti yang sedang dialami Melati, suaminya menikah lagi tapi bukan karena suaminya berselingkuh. Melainkan karena permintaan Ibu yang sangat disayangi dan dihormati suaminya. Meski Melati tahu masih ada bagian masa lalu suami yang masih terbawa sampai sekarang.
Apalagi suaminya boleh memiliki istri lebih dari satu. Mas Kalingga pun masih sangat bertanggung jawab terhadapnya dan juga anak-anak.
Bukan untuk bersaing apalagi bertarung dengan istri Mas Kalingga yang baru. Seperti yang Ayahnya bilang, berdamai dan belajar menerima apa yang sudah menjadi takdirnya itu akan lebih baik.
Eits, tapi tunggu dulu, bisa saja Melati pergi dan itu memang yang diinginkannya jika suaminya menikah lagi. Namun nyatanya tidak semudah yang diharapkan Melati. Dalam sakit, kecewa serta rapuh jiwa anak-anaknya, tetap saja mereka sangat menyayangi Papa mereka. Sakit itu tidak serta merta menghilang seratus persen rasa sayang mereka pada Mas Kalingga. Sakura dan Lili pun sedang berusaha keras berdamai dengan hati masing-masing.
Sudah sejak dari perjalanan Melati mengingatkan Sakura dan Lili untuk tidak ke kamar mereka yang lama. Mereka bisa menempati kamar lain yang ada di rumah itu.
Sudah malam saat Melati dan anak-anaknya tiba di rumah. Kebahagiaan Mas Kalingga tergambar jelas atas pulangnya Melati, Lili dan Sakura. Menyulut api cemburu dalam diri Viola yang katanya masih sangat dicintai Mas Kalingga tapi nyatanya tidak pernah mendapatkan sambutan manis dari suaminya.
Ibu pun hanya bisa tersenyum sinis menyaksikan kebahagiaan putranya.
"Kalian sudah makan?," sambil memegangi pundak kedua anaknya.
"Sudah, Pa," jawab Sakura dan Lili.
"Kalian mau langsung tidur?."
"Iya, Pa."
"Baik, Papa antar ke kamar." Mas Kalingga langsung membawa kedua anaknya memasuki kamar tamu yang disulapnya menjadi kamar Sakura dan Lili.
"Kalian menyukainya?."
Hanya Sakura saja yang mengangguk karena Lili langsung masuk ke kamar mandi.
Di ruang keluarga Melati masih berhadapan dengan Viola dan Ibu mertuanya. Dari kedua wanita itu tidak ada yang menyukai kedatangannya.
"Selamat datang di rumah, Mel." Basa-basi Viola.
"Terima kasih, Viola," sambil senyum seperlunya saja.
"Barang-barangmu sudah ditaruh di kamar sebelah kamarmu yang lama, tidak apa-apa 'kan Mel?."
Melati menggeleng. "Tidak apa-apa."
"Oke, aku harus ke kamarku karena aku harus banyak istirahat."
"Silakan."
Sambil tersenyum penuh kemenangan Viola pergi dari hadapan Melati yang kemudian disusul Ibu.
Melati menghela napas lalu kemudian menoleh ke arah pintu kamar tamu. Mas Kalingga keluar lalu berjalan ke arahnya.
"Anak-anak sudah tidur," kemudian menarik tangan Melati membawanya keluar. Duduk di kursi teras rumah menikmati gerimis rintik-rintik.
"Mau aku buatkan teh, Mas?."
Mas Kalingga menggeleng.
"Duduk berdua bersamamu saja sudah lebih cukup buat Mas, Mel."
Melati hanya diam karena dia merasa tidak perlu meresponnya, berbeda dengan dulu di mana dia akan langsung memeluk pria itu sambil duduk di atas pangkuannya. Sekarang mungkin Mas Kalingga tidak akan pernah menemukan sisi manja Melati lagi.
Setiap detiknya Melati harus bergelut dengan sabar, tegar, ikhlas dan mereka yang tidak pernah disangka akan ada dalam hidupnya.
Masih ada jarak yang terlihat dari hubungan suami istri antara Melati dan Mas Kalingga. Memang masih belum mudah terlebih bagi Melati tapi seiring berjalannya waktu, mereka sama-sama berharap cinta akan kembali menyatukan hati mereka lagi.
*
Sakura dan Lili sudah kembali ke sekolah, berangkat bersama Papanya. Melati sibuk di rumah merapikan yang terlihat berantakan oleh matanya karena memang tidak ada pembantu.
Setidaknya pagi ini Melati bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan santai sebab Ibu mertuanya pergi bersama Viola tanpa mengatakan apa-apa.
Tidak masalah karena memang harus sudah terbiasa.
Menjelang sore anak-anak sudah di rumah, pulang diantar supir kantor Mas Kalingga. Mereka pun lanjut belajar di kamar. Ibu dan Viola belum ada pulang juga namun ada beberapa paket yang datang atas nama Viola namun belum ada yang dibayarnya. Untung kantong saku gamis Melati tidak pernah tidak ada uang, jadi Melati masih bisa membayarnya.
Senja sudah pergi dan datanglah malam menyapa. Barulah Viola dan Ibu pulang namun membawa orang cukup banyak.
Malam ini pestanya Viola digelar tanpa sepengetahuan Melati dan Mas Kalingga. Seperti Nyonya rumah pada umumnya, dia memerintah beberapa orang bawahannya untuk segera menyulap ruangan tamu dan keluarga dengan sangat indah sebelum pesta dimulai.
Melati dan anak-anak keluar kamar saat mendengar suara musik yang cukup kencang. Di sana sudah banyak orang yang tidak dikenal mereka.
"Ini ada apa, Ma?," tanya Lili.
"Mama juga tidak tahu, Kak." Melati mengedarkan pandangannya mencari apa ada yang dikenalnya. Melati mengunci tatapannya pada sosok yang dikenalnya.
"Langit?."
"Itu 'kan orang yang mencari Mama waktu di rumah Mbah Kakung?." Lili pun melihat sosok Langit.
Oh, kini Melati paham. Ini pestanya Viola beserta teman-teman kerjanya. Melati pun memberkati kebebasan itu, toh kepala keluarganya saja tidak melarang kenapa Melati harus terganggu.
"Kita masuk lagi, yuk!."
Sakura dan Lili mengangguk, mereka pun mulai berjalan melangkah namun seketika langkah itu terhenti karena suara Viola yang memanggilnya. Lalu mereka berbalik badan.
"Kalian ke sini! Bergabung dengan kami," ajak Viola sambil menghampiri lalu menarik tangan Sakura dan Lili. Otomatis Melati pun mengikuti karena tidak mau terjadi apa-apa pada mereka.
Viola sangat senang, malam ini akan menjadi malam kemenangannya. Dia akan menujukkan kepada Melati dan anak-anaknya kalau Mas Kalingga adalah miliknya.
Tak berselang lama Ms Kalingga tiba di rumah. Dia pun sangat kaget dengan pesta yang diadakan Viola di rumahnya tapi tidak mungkin bertengkar juga dengan istrinya itu di depan rekan-rekan Dokternya.
"Mas Lingga, kemari," manjanya mengulurkan tangan dan Mas Kalingga menyambutnya namun matanya tertuju pada Melati dan anak-anak.
Sakura dan Lili merapat pada Mamanya, mereka mendongak menatap Mamanya, justru mereka berdua sangat mengkhawatirkan Mamanya.
"Mohon perhatiannya sebentar," Viola mengintruksi.
Teman-temen Dokter pun menyimak dengan fokus pada Viola dan Mas Kalingga.
"Ada di antara kalian yang belum kenal dengan suamiku. Dan pria tampan ini, yang berada di sisiku saat ini adalah suamiku. Cinta dari masa lalu yang menjadi cinta masa sekarang dan masa depanku. Ayah dari bayi yang ada dalam kandunganku, kami sangat menantikannya."
Riuh tepuk tangan dan tawa bahagia menggema di ruangan itu, menyambut dan memberi selamat kepada Viola dan Mas Kalingga yang sedang berbahagia.
Melati dan anak-anaknya hanya diam, menonton pertunjukan yang tentu saja melukai hati.
Tidak sampai di situ, Mas Kalingga menerima ajakan Viola untuk berdansa dan tanpa disangka wanita itu mencium bibir Mas Kalingga. Langit yang sudah dapat menebak langsung berdiri di hadapan Melati menutupi adegan tersebut.
Bersambung