NovelToon NovelToon
Celestial Chef's Rebirth

Celestial Chef's Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jasuna28

Huang Yu, seorang juru masak terampil di dunia fana, tiba-tiba terbangun di tubuh anak petani miskin di Sekte Langit Suci—tempat di mana hanya yang bertubuh suci kuno bisa menyentuh elemen. Dari panci usang, ia memetik Qi memasak yang memanifestasi sebagai elemen rasa: manis (air), pedas (api), asam (bumi), pahit (logam), dan asin (kayu). Dengan resep rahasia “Gourmet Celestial”, Huang Yu menantang ketatnya kultivasi suci, meracik ramuan, dan membangun aliansi dari rasa hingga ras dewa. Namun, kegelapan lama mengancam: iblis selera lapar yang memakan kebahagiaan orang, hanya bisa ditaklukkan lewat masakan terlezat di alam baka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jasuna28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 – Bayangan dari Rasa Kedelapan

Tiga hari telah berlalu sejak Nian berhasil menyatu dengan batu rasa baru. Peristiwa itu menciptakan gelombang perubahan besar di seluruh penjuru negeri rasa. Para pengamat rasa dari klan tertua pun berbondong-bondong datang ke Akademi Rasa. Mereka membawa pertanyaan, kekhawatiran, dan tentu saja… rasa takut akan hal yang tak bisa mereka pahami.

"Simbol kedelapan?" gumam seorang tua berjanggut tiga warna yang mengenakan jubah anyaman daun teh. "Itu hanya legenda. Simbol yang menandai akhir dari pengendalian rasa, dan awal dari penyatuannya."

"Tapi aku melihatnya sendiri," ujar Bao dengan nada tegas. "Itu bukan ilusi. Nian mengendalikan sesuatu yang bahkan guru-guru besar pun tak mengerti."

Di sisi lain, Nian kini diisolasi dalam ruang rasa murni. Tubuhnya terus memancarkan denyut rasa baru yang belum bisa diklasifikasikan. Ia seperti menyalakan matahari kecil dalam dirinya, dan itu mempengaruhi seluruh jaringan rasa dunia.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sari dari balik tirai rasa.

Nian membuka matanya perlahan. "Seperti semua rasa menjadi satu. Aku tidak bisa membedakan antara manis, asin, pahit, bahkan getir. Tapi… aku tidak kehilangan jati diriku. Aku justru lebih utuh."

Sari mengangguk, tapi kekhawatiran terpancar dari matanya. Di luar sana, perubahan yang terjadi telah menimbulkan gejolak. Klan Rasa Murni menganggap hal ini sebagai penghinaan terhadap ajaran lama, dan klan Rasa Gelap melihatnya sebagai peluang untuk merebut kekuasaan.

---

Di balik pegunungan Arasa, dalam reruntuhan kuil tua yang ditinggalkan, sesosok bayangan bermata satu duduk bersila. Ia membuka matanya dan tersenyum tipis.

"Akhirnya simbol kedelapan muncul," gumamnya. "Rasa Kekosongan telah berhasil membuka gerbangnya. Tapi bocah itu belum memahami konsekuensinya."

Bayangan itu kemudian berdiri. Tubuhnya perlahan-lahan berubah menjadi cairan hitam berkilau. Ia adalah perwujudan dari rasa yang disegel berabad-abad lalu. Rasa yang ditakuti, dihindari, namun selalu membayangi semua makhluk: Rasa Pengkhianatan.

"Biarkan mereka merayakan kelahiran simbol baru. Karena sebentar lagi, rasa yang tersembunyi akan bangkit."

---

Kembali di Akademi Rasa, para tetua mulai bersidang. Mereka tidak sepakat.

"Simbol kedelapan adalah anomali. Kita harus menyegelnya," seru seorang tetua dari Klan Rasa Kuno.

"Atau kita pelajari dan gunakan untuk kebaikan," bantah seorang guru muda.

"Bagaimana kalau ini membuat semua rasa saling bercampur dan menghapus keunikan tiap klan?!"

Perdebatan itu pecah menjadi kekacauan. Nian akhirnya dipanggil.

"Apa niatmu dengan simbol itu?" tanya ketua tetua.

Nian berdiri tegak. "Aku tidak mencarinya. Tapi sekarang aku memilikinya. Aku tidak ingin menghapus rasa lain. Aku ingin menyatukan mereka, bukan menyeragamkan. Setiap rasa memiliki tempatnya."

"Kau bicara seperti filsuf, anak muda. Tapi dunia tak bisa diubah hanya dengan idealisme."

"Aku tak berniat mengubah dunia. Aku hanya ingin menjaganya agar tidak runtuh."

Tiba-tiba, sebuah suara bergema dari luar aula.

"Mungkin sudah terlambat."

Semua orang menoleh. Dari langit-langit yang terbuka, sosok berbaju hitam jatuh perlahan. Ia membawa aura yang menusuk—bukan karena kekuatannya, tapi karena rasa tak nyaman yang menyelimuti seluruh ruangan.

"Aku adalah Warga Tanpa Rasa. Pewaris Rasa Pengkhianatan."

Seketika para guru besar berdiri, mengaktifkan simbol rasa mereka. Namun pria itu hanya tersenyum tipis.

"Kau pikir rasa kalian bisa menyentuhku? Aku adalah rasa yang kalian buang. Kalian menciptakan aku. Dan kini aku kembali untuk menagihnya."

Tatapannya jatuh pada Nian. "Kau… pewaris rasa baru. Aku ingin tahu, apakah rasa yang kau banggakan bisa bertahan saat semua orang mengkhianatimu."

---

Di malam yang sama, langit di atas Akademi Rasa berubah merah darah. Ledakan rasa muncul di berbagai penjuru. Para murid menjerit karena rasa mereka saling bentrok. Ada yang tiba-tiba merasakan duka mendalam tanpa sebab, ada yang tertawa di tengah kesakitan.

Nian berlari ke tengah lapangan utama. Di sana, batu rasa yang ia aktifkan mulai retak.

"Tidak… ini bukan yang kuinginkan!"

"Karena kau tak siap," suara itu terdengar lagi. "Kau belum mengerti bahwa rasa baru membutuhkan fondasi rasa lama yang kuat. Tanpa itu, semua rasa akan runtuh."

Simbol kedelapan di punggung Nian mulai bersinar menyilaukan. Tapi alih-alih menenangkan, ia kini berdenyut tak terkendali.

"Sari! Bao! Di mana kalian?!" teriak Nian.

Namun tak ada jawaban. Kecuali bisikan…

"Mungkin mereka sudah merasakan pengkhianatan yang pertama."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!