NovelToon NovelToon
Teka-teki Forensik

Teka-teki Forensik

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Misteri
Popularitas:847
Nilai: 5
Nama Author: sintasina

Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cahaya Kembali

Arthur dan Noah, yang sama-sama tidak terbiasa memasak, kini terlibat pertengkaran kecil di dapur dadakan mereka. Arthur, dengan sifatnya yang tidak sabaran, terus menerus mendesak Noah agar mempercepat proses memasak. Noah, dengan percaya dirinya yang berlebihan, meskipun sebenarnya ia sama sekali tidak tahu cara memasak, terus memberikan arahan dan pendapatnya sendiri, yang seringkali salah.

Saat ini, Noah hendak memasukkan telur ke dalam wajan yang sudah dipanaskan. Namun, minyak goreng belum dituang sama sekali. Melihat itu, Arthur langsung menghentikan Noah dengan ekspresi kesal. Matanya berkedut-kedut. "Apa kau bodoh?!" bentak Arthur, suaranya meninggi. "Minyak dulu, sialan!"

Noah, dengan entengnya, menolak pendapat Arthur. "Untuk apa minyak?" katanya, nada suaranya percaya diri, "Itu akan membuat sakit tenggorokan! Siapa yang bodoh sekarang?"

Arthur semakin kesal. Ia menggeram pelan, matanya semakin jengkel. "Kalau kau masuk MasterChef, kau akan langsung dikeluarkan dari audisi! Minyak dulu, baru telur!" bentak Arthur lagi, nada suaranya semakin tinggi.

Noah, tidak mau kalah, membalas dengan nada yang sama percaya dirinya. "Dan jika kau jadi seorang dokter, kau akan langsung dipecat karena tidak tahu bahayanya minyak goreng yang terlalu panas!" Ia menyeringai, menunjukkan ia tidak akan mengalah.

"Kau mau membuat telur itu lengket di wajan!" bentak Arthur, suaranya sudah hampir berteriak. Ia benar-benar frustasi dengan sikap Noah yang keras kepala.

Noah tetap bersikeras dengan pendapatnya. "Tidak akan lengket," katanya, "Aku di rumah sering memasak telur tanpa minyak, tidak pernah lengket."

Arthur menggeram, rasa frustasinya sudah mencapai puncaknya. "Itu karena wajan di rumahmu anti lengket, sialan!" katanya, menunjuk ke arah wajan yang mereka gunakan. "Kau lihat wajan apa yang ada di depan matamu?!"

Wajan yang mereka gunakan adalah wajan tua yang sudah usang dan agak berkarat. Permukaannya tidak rata, beberapa bagian tampak terkelupas, dan lapisan anti lengketnya, jika memang pernah ada, sudah lama hilang. Wajan itu tampak seperti wajan yang sudah digunakan bertahun-tahun, bahkan mungkin sudah turun-temurun. Wajan tersebut jelas bukan wajan anti lengket yang biasa digunakan Noah di rumahnya. Perbedaan wajan inilah yang menyebabkan telur akan lengket jika dimasak tanpa minyak. Arthur, dengan segala kesabarannya yang sudah menipis, menjelaskan hal tersebut kepada Noah, yang masih terlihat ragu-ragu.

Inspektur Jaxon, yang awalnya mengira memberikan hukuman memasak akan menenangkan mereka, malah semakin frustasi mendengar pertengkaran Arthur dan Noah yang semakin memanas. Ia berjalan menghampiri mereka, lalu dengan sigap mengetuk kepala Arthur dan Noah masing-masing. Arthur dan Noah meringis kesakitan, tapi tidak berani membantah.

Inspektur Jaxon, dengan ekspresi yang sudah tidak bisa lagi menyembunyikan rasa frustrasi, berkata, "Kalian berdua salah! Seharusnya garam dulu!"

Pernyataan Inspektur Jaxon itu tentu saja konyol. Menambahkan garam sebelum minyak dan telur sama sekali tidak masuk akal dalam proses memasak telur. Ketiga pria itu, Arthur, Noah, dan Inspektur Jaxon, ternyata sama sekali tidak mengerti tentang memasak. Reyna, yang menyaksikan kejadian itu dari sofa, menepuk jidatnya pelan, merasa lelah dengan tingkah ketiga pria itu. Ia bahkan mulai menyesal telah membuat mereka berdua di hukum. Situasi yang seharusnya meredakan ketegangan malah menjadi semakin absurd.

Melihat situasi yang semakin kacau dan menyadari bahwa ketiga pria itu sama sekali tidak bisa memasak, Reyna akhirnya turun tangan. Ia berdiri dari sofa dan berjalan menuju dapur kaleng dadakan mereka. Dengan ekspresi yang sudah tidak bisa lagi menyembunyikan rasa lelah dan jengkel, Reyna berkata, "Lebih baik kalian semua diam saja sekarang. Aku yang akan memasak."

Nada suaranya tegas, tidak ada ruang untuk membantah. Ketiga pria itu—Arthur, Noah, dan Inspektur Jaxon—yang tadinya masih berdebat, langsung menjauh dari wajan dan kaleng api, seperti anjing yang baru saja dimarahi oleh tuannya. Mereka langsung mundur teratur dan memberikan tempat kepada Reyna yang lebih ahli dalam memasak. Reyna, dengan gelengan kepala kecil, mulai memasak dengan cekatan. Suasana tegang dan konyol sebelumnya perlahan sirna, diganti dengan kesibukan Reyna menyiapkan makanan untuk mereka berempat. Ketiga pria itu hanya bisa menyaksikan Reyna memasak, dengan ekspresi yang campuran antara malu dan masih agak kesal.

Setelah beberapa menit, akhirnya beberapa masakan sederhana siap disantap. Terdapat beberapa telur ceplok yang matang sempurna dan sebungkus mie instan yang mengepulkan uap harum. Makanan tersebut tergeletak di atas meja kecil di dekat sofa. Reyna, Arthur, Noah, dan Inspektur Jaxon kini duduk di sofa. Reyna dan Arthur duduk berdampingan, sedangkan Noah dan Inspektur Jaxon duduk berhadapan dengan mereka.

Noah menghirup aroma masakan yang menggoda selera. "Baunya enak sekali~" katanya, suaranya terdengar sedikit berlebihan. Ia kemudian melanjutkan, "Kau memang pantas menjadi istriku nanti, Reyna." Ucapannya itu jelas-jelas sebuah goda-godaan.

Arthur, yang duduk di samping Reyna, langsung mengerutkan kening mendengar ucapan Noah. Ia menatap Noah dengan tatapan tajam. "Kau pilih diam atau aku paksa masuk cabe ini ke mulutmu?" katanya, suaranya mengancam. Ia menunjukkan sebiji cabai merah yang dipegangnya di tangan. Suasana yang semula tenang, kembali sedikit tegang karena goda-godaan Noah. Inspektur Jaxon hanya menggelengkan kepalanya, terbiasa dengan tingkah ketiga anak buahnya itu.

Malam itu, suasana makan malam mereka cukup unik. Tidak ada formalitas, hanya empat orang yang menikmati hidangan sederhana namun terasa hangat. Reyna, dengan cekatan, mempersilakan mereka untuk mengambil makanan. Arthur, meski tampak sedikit canggung, menikmati mie instan buatan Reyna dengan lahap. Noah, yang awalnya masih terlihat menggoda, kini fokus menikmati makanannya, sesekali masih menyisipkan candaan ringan yang dibalas dengan tatapan tajam dari Arthur. Inspektur Jaxon, dengan tenang, menikmati makanannya sambil sesekali mengamati ketiga anak buahnya itu.

Suasana hening sejenak, hanya diiringi suara mereka menikmati makanan. Aroma telur ceplok dan mie instan yang gurih memenuhi ruangan kecil tersebut. Suasana yang awalnya tegang karena pertengkaran mereka saat memasak, kini berubah menjadi lebih cair dan nyaman. Meskipun masih ada sedikit ketegangan antara Arthur dan Noah, namun mereka tetap menikmati makan malam bersama. Terasa ada kehangatan tersendiri di antara mereka, semacam ikatan persahabatan yang terjalin di tengah kesibukan dan tekanan pekerjaan mereka sebagai detektif. Mereka berbagi cerita ringan di sela-sela makan malam, cerita tentang kasus yang sedang mereka tangani dan kejadian-kejadian lucu yang terjadi selama proses penyelidikan, menciptakan suasana yang akrab dan penuh kekeluargaan.

Di tengah makan malam mereka, tiba-tiba lampu ruangan menyala kembali. Perbaikan listrik tampaknya lebih cepat dari perkiraan. Kegelapan yang sebelumnya menyelimuti ruangan, kini sirna. Cahaya lampu menerangi wajah mereka berempat, mengurangi suasana tegang yang masih sedikit tersisa. Suasana menjadi lebih ceria dan rileks. Ketegangan yang sebelumnya terasa, kini benar-benar mencair. Mereka melanjutkan makan malam mereka dengan lebih nyaman dan santai. Arthur dan Noah bahkan terlihat lebih akrab, sesekali saling melempar candaan tanpa ada lagi ketegangan di antara keduanya. Reyna tersenyum, merasa lega bahwa makan malam mereka akhirnya bisa berjalan dengan lancar. Inspektur Jaxon, mengamati mereka bertiga dengan senyum tipis, merasakan kebersamaan yang tercipta di antara anak buahnya. Sebuah momen yang sederhana, namun sangat berharga di tengah rutinitas pekerjaan mereka yang berat dan penuh tekanan.

1
Legato Bluesummers
Gak kepikiran sama sekali kalau cerita ini bakal sekeren ini!
Sâu trong em
Cerita yang menghanyutkan.
SugaredLamp 007
Gak bisa berhenti! Pagi siang malam cuma baca ini terus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!