Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 9
"gue di depan" teks yang dikirim oleh Juna untuk Shafa.
saat ini Shafa sedang membereskan barang barangnya yang ada di loker. Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore yang berarti jam kerja Shafa telah selesai. Dia keluar dari area belakang dan menghampiri Irfan yang lembur karena bartender yang menggantikan shift nya akan datang terlambat.
"kak, aku duluan ya." pamitnya pada Irfan.
"oh oke. Hati hati" jawab Irfan memberi senyuman. Shafa berjalan bersama Dea dan Rossa. sesampainya di depan cafe, Dea serta Rossa berpamitan karena akan ke kampus untuk kuliah di jam malam. Mereka memang sedang kuliah, bekerja di cafe ini untuk menambah uang kuliahnya.
ketika sedang mengetik belasan untuk Juna yang tidak kelihatan batang hidungnya, Shafa dikejutkan dengan kedatangan Faiz.
"nunggu temennya?" tanya Faiz mencoba melihat layar ponsel Shafa.
"eh bos..hehe iya. Katanya udah nyampe sini tapi gak kelihatan wujudnya" cengir Shafa.
"kamu tuh..kaya sama hantu aja dibilang wujudnya gak ada." balas Faiz menyolek hidung Shafa. Shafa reflek menghindar karena terkejut dengan tindakan bosnya itu. Faiz pun sama terkejutnya, kenapa dia bisa senekat itu mencolek hidung Shafa. Mungkin karena keimutan Shafa, entahlah.
"sorry..reflek aja ni tangan pengen nyentuh yang imut imut" canda Faiz.
"oh sama kalau gitu, kaget juga nih hidung. Tiba tiba disentuh gitu sama tu tangan." balas Shafa menunjuk tangan Faiz dengan dagunya.
"belum ada temannya? Mau bareng aja?" tawar Faiz
"ga usah bos..katanya lagi di minimarket depan sana. Aku duluan ya bos.." pamit Shafa yang akan berjalan ke arah minimarket yang disebutkan Juna dalam chatnya.
"Oke...eh tapi bentar" tahan Faiz. Shafa menunggu Faiz melanjutkan ucapannya dengan alis terangkat
"kalau di luar kerjaan, panggilnya kakak lagi aja. Gak usah bos..Oke" lanjut faiz
Shafa mengangguk dan tersenyum sambil membentuk jarinya menyerupai huruf O. "Oke"
"duluan yah kak.." pamit lagi Shafa melanjutkan langkahnya. Faiz menahan senyum menatap kepergian Shafa.
Yang tak mereka sadari, sedari tadi Juna melihat interaksi mereka dengan serius dari dalam minimarket. Juna yang awalnya akan menghampiri Shafa, menahan dirinya karena tidak sengaja melihat kedekatan Shafa dan bosnya itu.
sesampainya di minimarket, Shafa mencari keberadaan Juna yang ternyata sedang berdiam diri menatap deretan minuman dingin.
"ko bengong? Biasanya beli yang ini kan?" tanya Shafa dengan tangan menunjuk minuman isotonik kesukaan Juna.
"lagi pengen yang beda aja." jawab Juna datar tanpa menatap Shafa. Mengendikan bahunya dengan acuh, Shafa berjalan ke arah tempat es krim berada. Mengambil satu cup eskrim coklat dan berjalan ke kasir. Tak lama Juna menyusul dengan membawa dua minuman, susu coklat dan satu minuman isotonik yang tadi Shafa tunjuk.
"laga Lo, pengen yang beda. Ujung ujungnya tetap yang itu." nyinyir Shafa dengan mulut mencebik.
"berisik. Satuin aja mbak" balas Juna pada kasir yang sedang menscan belanjaan Shafa dan Juna.
"abis ini mau kemana?" tanya Juna berjalan keluar mini market dengan Shafa disampingnya yang sedang sibuk memakan es krim coklat.
"pulang aja yuk..lumayan cape hari pertama kerja. Belum terbiasa kali yah badan gue" balas Shafa dengan badan yang sedikit direnggangkan.
"abisin dulu es krimnya." Shafa hanya mengangguk sambil terus memakan es krimnya dengan damai di bangku yang tersedia di minimarket tersebut. Sedangkan Juna, sedang berpikir apakah dia harus memberi tahu Shafa tentang Nadia.
"menurut Lo, jaman sekarang kuno gak sih sama yang namanya perjodohan?" tanya Juna basa basi.
"hmmm..tergantung." jawab Shafa sekenanya.
"hmm?" Juna menaikkan alis tidak mengerti
"ya tergantung masing masing orang sih. Kalau menurut gue, sah sah aja. Selagi menguntungkan kedua bilah pihak."
"contohnya?"
"contohnya..." Shafa menggantung jawabannya seakan tengah berpikir dengan menukikkan alisnya
"kalau yang udah cukup umur, kebanyakan udah males dan cape kalau harus nyari teman hidup. males kenalannya lah, Apalagi kalau finansial nya udah mencukupi. Jalan satu satunya ya dijodohin..supaya mereka gak cape nyari pasangan. Itupun kalau mengharuskannya punya keturunan."
"kata siapa?"
"yang gue baca di Twitter..hehe"
"kalau masih muda tapi dijodohin gimana?"
"biasanya karena desakan ekonomi. Entah itu yang kurang finansialnya supaya terangkat derajatnya dengan perjodohan itu, begitupun sebaliknya. Yang ekonominya mampu melakukan perjodohan supaya derajatnya tambah tinggi dan tidak tersaingi rekan bisnisnya."
"yang gue baca di novel sih gitu..hahaha" lanjut Shafa tertawa di sela sela mengemut sendok es krimnya.
"tumben pertanyaan nya berat gitu?" tanya Shafa yang sekarang meminum susu coklat yang di geserkan Juna ke hadapannya.
"pengen ngetes wawasan otak Lo aja!" jawab Juna cuek.
"yeuuu si kambing dasar.." melempar Juna dengan sendok es krimnya, Shafa memberengut kesal. Yang di lempar hanya cekikikan senang melihat wajah kesal Shafa.
"btw, libur kerja hari apa?"
"hmm di kontraknya sih hari Jumat. Tapi gak tahu deh. Katanya suka gak pasti gitu. namanya cafe, takutnya ada yang ga bisa masuk jadi harus digantiin sama yang libur."
"kenapa emang?" lanjut Shafa
"anter gue ke kosan baru..sekalian jalan jalan. Gimana, mau?"
"hmmm boleh..ortu Lo ikut?"
"berdua aja"
"gak bakalan di anter sama ortu?" tanya Shafa memastikan
"nggak..lagian barang barangnya udah dibawain sama ortu sebagian ke kosannya. Tinggal bawa yang penting aja nanti. sama bawa badan juga."
"naik apa ke sananya?"
"mobil?" jawab Juna ragu
"motor aja yuk...udah lama gak motoran jauh sama Lo."
"gak bakal cape di jalannya?"
"kalau Lo cape, kan bisa gantian gue yang bawa motornya."
"gue fine fine aja, cuma takutnya Lo yang cape. Lumayan jauh lho perjalanannya, hampir tiga jam."
"tenang..gue pasti kuat. Ya ya ya.." pinta Shafa mendekatkan wajahnya ke depan Juna dengan muka dibuat sepolos mungkin. matanya yang sengaja dibulatkan dan pipi yang dikembungkan dengan tangan menangkup di dada.
"apaan sih..jelek Lo." Juna menoyor kening Shafa yang membuat si mpu nya merengut kesal.
"gak romantis Lo!!"
"emang.."
"hiiih..jd gimana?"
"Oke..tapi jangan jadi beban. Gak boleh ngeluh Lo..awas aja" jawab Juna yang selanjutnya meneguk minumannya sampai kandas.
"ay ay siap!!" Shafa memberi tanda hormat pada Juna.
"pulang yuk..udah sore juga." ajak Shafa yang sekarang merapikan sampah bekas es krim dan minumannya serta minuman Juna.
Melangkah bebarengan menuju tempat terparkirnya motor, Juna menyempatkan bertanya tentang yang keakraban Shafa dan Faiz yang dilihatnya tadi.
"kayanya Lo akrab banget sama bos Lo itu."
"nggak juga ah..biasa aja."
"gitu ya?"
"he em..emang kenapa?"
"gak apa apa..penasaran aja."
"kepo Lo kaya ibu ibu komplek..hehe" jawab Shafa sambil memasang helm yang ada di motor Juna. Helm pink yang sengaja Juna beli untuk Shafa yang sering kali naik motornya.
"bapak gimana keadaannya?" tanya Juna disela dia memakai helmnya yang berwarna hitam
"besok udah bisa pulang kata ibu. Jadi gue disuruh jaga rumah aja, gak usah datang ke rumah sakit." jawab Shafa mulai menaiki motor Juna.
"berangkat?" tanya Juna yang sudah menyalakan mesin motornya
"berangkat bang.." canda Shafa menepuk pelan bahu Juna.
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya