Lanjutan kisah Cinta Simon Dan Maria di Kisah Klasik Remaja. mau baca dulu silahkan biar ga bingung hehe..
kisah kehebatan Simon sang CEO dan Hacker Cantik Jenius bernama Maria.
mereka adalah pasangan suami istri yang masih muda.
Menikah di usia muda tentu saja menjadi tantangan tersendiri, apakah pernikahan mereka selalu berjalan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
***
Sudah 3 hari Maria berada disini, setiap hari yang dia lakukan hanya berjalan jalan sambil menikmati suasana pantai yang menenangkan.
Dia baru membuka laptopnya dan menemukan banyak pesan dari Aldo.
“Bagus! Kamu benar benar menghilang!!” seru Aldo disebrang
“Hahaha…” Maria hanya tertawa
“Suami kamu nelpon mas dan…”
“Ya ya, aku tahu.. Dia psti marah kan?”
“Maria kamu tahu kan langkah kamu disana dilaknat malaikat karena kamu keluar rumah tanpa izin dari suami kamu?”
“Ya ya.. Aku tahu, aku selalu bertaubat kok”
“Astagfirullah..”
“Jadi gimana perasaan kamu? Sudah lebih baik?”
“Belum.. Aku masih ingin sendiri..”
“Mas bisa lacak aku?” tanya Maria
Terdengar suara ketikan dari laptop Aldo dan dia menghela nafas
“Kamu meninggalkan handphone kamu di rumah?” tanyanya
“Ya tentu, aku pakai handphone baru disini”
“Nice, sekarang papa kamu tahu kalau kamu kabur dari rumah.. Dan dia sedang mendengarkan pecakapan kita..”
“Ohaha.. Tak apa, bilang padanya aku baik baik saja. Aku hanya butuh waktu sendiri..”
“Pulang lah.. Jangan sampai papa meminta bantuan hacker dunia untuk menemukan kamu” ucap Briyan disebrang, suaranya parau.
“Pa..” ucap Maria, dia sekuat tenaga menahan agar suaranya tidak bergetar
“Kenapa tidak lari ke papa? Papa akan selalu jadi garda terdepan membela anak papa..” kini Briyan tak bisa menahan tangisannya.
“Papa..” Maria kembali menangis.
“Aku baik baik aja, aku mohon jangan memperbesar masalah. Kami hanya butuh waktu sendiri”
“Maria tau papa sangat menyayangi Maria melebihi apapun.. Papa mohon pulanglah..” ucap Briyan lagi.
“Mari akan pulang kalau sudah lebih tenang.. Papa jangan khawatir,”
Klik, sambungan Maria putus sepihak, dia menutup laptop Birunya agar panggilan dari Aldo tidak tersambung lagi.
Disebrang Briyan menangis sejadi jadinya.
Anaknya tak akan sampai pergi jika memang perasaannya baik baik saja. Dari dulu Briyan selalu mendampingi kesedihan anaknya. Lalu kenapa sekarang Maria lebih memilih pergi?
Aldo mengelus pundak Briyan pelan
“Maafkan saya om. Seharusnya saya tak membantunya”
Briyan menggeleng
“Tak apa, terimakasih sudah menghubunginya.. “ Briyan menghapus air matanya.
“Saya tidak akan bisa menghubunginya lagi jika dia tidak membuka laptop birunya om..” jelas Aldo.
“Sinyal hp nya juga menunjukkan ada di rumahnya, laptop Maria sudah diproteksi sedemikian rupa agar hanya sinyal dari hpnya yang terdeteksi. Ini juga salah saya, saya yang menintanya agar tak bisa dilacak..” Aldo kemballi menunduk merasa snagat bersalah melihat Briyan sehancur ini.
Briyan menghela nafasnya.
"tak apa nak Aldo. tolong tinggalah disini hingga dia pulang. Hanya kamu yang bisa menghubungi nya"
Mau tak mau Aldo mengangguk.
***
Sementara itu, Simon memandang kosong kedapan di meja kerjanya.
Sudah 3 hari Maria pergi namun sampai saat ini dia tidak bisa menghubungi istrinya itu. Handphonenya ada di kamar, dia sengaja meninggalkan handphonenya agar tak ada yang bisa menghubunginya.
Tatapan kekecewaan dari Rony dan Briyan masih teringat jelas,
Briyan tak banyak bicara, dia hanya meminta kontak Aldo dan menghubunginya.
Hati ayah mana yang tak sakit ketika melihat anak perempuannya disakiti dengan begitu dalam oleh seseorang yang selama ini dia percaya akan selalu membahagiakannya?
Begitupun tatapan kecewa dari Sofia dan juga Lia sang ibu. Mereka bahkan menangis dengan keras ketika mengetahui Maria pergi dari rumah bahkan tanpa membawa apapun selain dompetnya.
“Sebenarnya ada masalah apa?” tanya Sofia dan Lia, namun Simon enggan menjelaskannya.
“Ini salah aku ma..” hanya itu yang Simon katakan.
“Kenapa? Apa tidak bisa dibicarakan baik baik? Kenapa harus sampai pergi? Kamu kasarin dia?” tanya Lia lagi.
“Maaf ma..” ucap Simon,
Simon menghela nafasnya mengingat percakapannya dengan para orang tua.
“Ini berkas kerja sama sama PT Lion” ucap Raffi,
Simon meraih berkas tersebut lalu mempelajarinya.
Raffi kembali ke meja nya dan mengerjakan pekerjaannya.
“Mau makan siang apa?” tanya Raffi.
“Chiken teriyaki..” balas Simon pelan
Raffi mengangguk, semenjak Maria pergi dari rumah, Simon selalu memesan makanan kesukaan Maria untuk makan siang.
Beruntunglah Raffi tak pernah memandang Simon dengan tatapan kekecewaan yang di tampilkan para orangtuanya. Dia tetap merawat Simon dengan baik, walaupun hati dan pikirannya sangat mencemaskan adiknya.
“Lo harus sehat, kalau Maria pulang lo kurus dan ga ke urus nanti gue yang disalahin”
“Ya, semoga dia cepat pulang, gue kangen banget sama dia”
“Gue, nyesel Fii.. gue nyesel banget!!” ucap Simon pelan dia menundukkan wajahnya.
Seperti biasa, Raffi hanya mengangguk. Sudah 3 hari semenjak Maria pergi Simon memang selalu mengatakan penyesalannya.
Dia bahkan langsung mengembalikan Widya ke perusahaan Briyan keesokan harinya setelah Maria pergi.
“Apa dia tau kalau gue nyesel fii? Apa dia bakal maafin gue?" ucapnya frustasi
“Dia pasti maapin lo” hanya kata kata penghiburan itu yang bisa Raffi berikan kepada Simon.
***
Maria benar benar menikmati waktu sendirinya. Dia melakukan banyak traveling, kuliner dan shopping.
“Maaf kak, saldo tidak cukup” ucap sang kasir
“Astagfirullah, yaudah ga jadi mba” ucap Maria malu.
Dia lantas bergegas pulang dan membuka laptop birunya
“Assalamualaikum mas,”
“Waalaikumsalam.. Sudah mau pulang?” Tanya Aldo
“Kirim aku uang lagi, nanti ku ganti atau mas bisa minta ganti ke Clara!” pinta Maria langsung
Aldo menghela nafas,
“Papa dan suami kamu mendengar percakapan kita..”
“Ayolah Mas, saldo ku benar benar habis, aku tunggu 5 menit! Cepatlah aku lapar!”
“Maria, pualnglah sayang…” ucap Simon lembut
Maria memalingkan wajahnya, berusaha menahan arimata yang seharusnya tak lagi muncul
“Aku menyesal, pulang ya.. Aku janji aku akan memperbaiki semuanya.. Maafkan aku.. Aku mohon pulang” Simon berkata lembut dan nyaris berbisik karena tak kuasa menahan air matanya.
“Aku akan cari uang sendiri kalau mas Aldo ga mau tranfer.. Aku tutup ya mas, assalamualaikum”
Klik! Maria benar benar memutus sambungan telponnya dan menutup laptop birunya.
Dia menangis sejadi jadinya.
Sementara Simon juga menangis, dia merasa sangat hancur ketika maria bahkan mengabaikan ucapannya.
“Maaf, “ kata Aldo
“Mana nomor rekeningnya, biar aku yang transfer..” ucap Simon setelah beberapa saat.
Aldo menggeleng
"Mungkin Maria ga akan menggunakan ATM itu lagi"
Simon mengondak
“Kita akan dengan mudah melacaknya jika… ah shitt bahkan mungkin sekarang dia akan pindah dari kota itu..”
“ATMnya di proteksi, Maria masih bisa memakainya.. “ ujar Salsa.
“Ini nomor rekeningnya, kemarin mas Aldo kirim 300juta.. Dan mungkin sekarang sudah habis, ngapain aja sih dia?" jelas Salsa kesal
Simon meraih nomor rekening itu dan mulai mentransfer.
“Apa kita bisa menghubunginya?” tanyanya
Aldo menggeleng..
“Dia harus membuka laptopnya”
Simon menghela nafas lagi.
“Maaf,,” hanya kata itu yang selalu Aldo katakan kepada keluarga Maria.
“Tak apa mas, ini memang salah aku” Simon berdiri dari duduknya dan keluar dari ruangan itu.
Maria menatap layar ATM dan melihat siapa yang mengirim uang pdanya. Terutama pesan tranfernya
‘Maaf kan aku, aku kangen kamu..’
Maria menghela nafasnya. Hatinya masih sakit. Dan dia masih ingin Disini.
Maria kembali menghambur hamburkan uang yang nominalnya tidak sedikit itu. Tak peduli jika suaminya sudah bersusah payah mencari uang banyak itu.
***
Setelah hampir 2 minggu Maria kembali membuka laptop birunya, dia menghubungi Aldo,
“Sekarang sudah mau pulang? Atau mau minta uang lagi?” tanya Aldo sarkas
“Ya, aku minta ongkos untuk pulang” ucapnya pelan.
“Baiklah, kami akan menjemputmu.. Dibandara mana?” Aldo melirik Simon.
Simon mengangguk
“Husen, “
“Jam?” lagi Aldo yang bertanya, mereka sudah sepakat agar jika Maria menghubungi, maka Aldo yang harus berbicara, jangan Simon atau pun Briyan.
“Kirim dulu uangnya! Saldo ku beneran sudah habis” sela Maria cepat.
“Baiklah baiklah..” Aldo merogoh sakunya untuk mentranfer namun Simon lebih dulu menunjukan handphonenya.
“Ah sudah, coba cek”
“Oke thanks.. Sebentar aku pesan tiket dulu” balas Maria.
Dia menatap barang baranngya yang akan di cargokan menuju rumahnya.
Seorang petugas jasa ekspedisi mengangkutnya dan setekah itu dia melakukan Chekout dari vila yang selama ini dia tempati.
Maria membuka laptopnya lagi dan mengirim pesan bahwa dia akan berada di bandara Husen jam 3 sore.
Pesan itu langsung di baca oleh Aldo. aldo mengatakan bahwa Simon dan kedua orang tua serta mertuanya akan menjemputnya.
Maria hanya membaca pesan itu tanpa berniat membalasnya.
Sementara Simon tak kuasa menahan kebahagiaanya karena akhirnya pujaan hatinya akan pulang. Setelah 2 minggu yang penuh dengan siksaan itu akhirnya Maria pulang.
“Akhirnya dia pulang Raff,,” ucapnya senang, matanya bersinar cerah.
“Ya, gue harap ini pertama dan terakhir kalinya kalian berantem,. Apalagi gara gara…”
“Gara gara apa Raff? Jadi kamu tahu mereka kenapa?” tanya Lia langsung
Raffi menggeruk tengkuknya.
“Maaf tante, tapi jika Simon saja tidak berkenan memberitahu tante maka aku juga tak berhak memberitahu” ucapnya pelan.
“Baiklah, mama mengerti. Simon apapun masalahnya, mama harap apa yang dikatakan Raffi itu benar. Jangan sampai maria pergi lagi dari rumah seperti saat ini..”
Simon mengangguk,
"iya maa.. Aku mengaku salah, aku minta maaf,” balas Simon.
Selama 2 minggu ini dia akhirnya sadar, Maria memang sangat berarti untuknya.