Apa jadinya jika ustadzah cantik nan sholihah sekelas Jasmine Qurattul Ain dijodohkan dengan CEO tampan yang memiliki karakter dingin sedingin kutub Utara? Dialah Keenandra Nareswara Kalandra, pengusaha sukses diusianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun.
Apalagi Keduanya memiliki adab dan akhlak yang saling bertolak belakang. Jasmine dengan kelembutan dan ketegasannya. Sedangkan Keenandra dengan sikap arogan dan keangkuhannya yang sangat di luar batas wajar.
"Kamu bukanlah tipe wanita idamanku. Jadi, jangan berharap aku akan menyentuhmu selayaknya pasangan suami-istri! " ~ Keenandra Nareswara Kalandra
"Aku pun tidak sudi disentuh oleh lelaki yang tak beradab dan berakhlak sepertimu! aku bukanlah wanita bodoh dan lemah seperti yang kamu pikirkan!" ~ Jasmine Qurattul Ain
Bagaimana kelanjutan kisah Jasmine dan Keenandra? Akankah pernikahan keduanya bertahan lama saat orang ketiga turut andil mewarnai biduk pernikahan mereka? Yuk, simak ceritanya only di noveltoon. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Lain Di Mulut Lain Di Hati
"Baiklah jika memang kau tidak ingin menjalani pernikahan ini dengan baik akan aku penuhi permintaanmu. Sekarang, bukan salahku lagi jika nantinya aku tak lagi peduli denganmu!" sahut Jasmine dengan begitu elegan.
Wanita bercadar yang sudah menikah tetapi masih gadis itu segera berbaring di sofa dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya hingga kepala. Dia tak lagi bercengkrama dengan sang suami.
Jasmine benar-benar pisah ranjang dengan Keenandra sebagaimana yang diminta oleh suaminya. Sebagai wanita ia punya harga diri. Dia tidak ingin mengemis pada laki-laki yang terus-menerus menyakitinya.
"Dia benar-benar tidur di sofa? Dasar keras kepala! mengapa dia tidak mengemis untuk tidur seranjang denganku," gumam Keenandra sembari turun dari ranjang pengantin mereka.
Diam-diam pria arogan sok jual mahal itu mendekati sang istri yang sudah terbawa ke alam mimpi. Jasmine sama sekali tidak terganggu jika harus tidur di sofa bed. Justru ia merasa lebih damai daripada harus seranjang dengan suaminya.
"Apa dia tidak kehabisan nafas tidur mengenakan cadar? Aku yakin wajahnya benar-benar sangat buruk sehingga tidak berani membuka penutup wajahnya."
Keenandra malah asyik memandangi wajah sang istri yang tertutup cadar. Entah mengapa hatinya merasa berdesir saat memandangi kelopak mata Jasmine yang terpejam.
"Indah sekali!" gumam Keenandra. Hampir saja dia berniat untuk menyibak tirai niqab sang istri. Tetapi, ia urungkan. Ada rasa was-was dan takut ketika hati dan pikirannya mulai tak sejalan.
"Gil4! apa yang aku lakukan? Ini tidak mungkin! Aku tidak mungkin mengaguminya. Mau ditaruh di mana wajahku jika sampai ketahuan memperhatikannya. Wanita seperti ini suka besar kepala," oceh Keenandra dengan menepis perasaan yang mulai tak bisa dikondisikan.
Lain di mulut lain di hati, kata-kata yang saat ini menggambarkan sosok Keenandra. Tetapi, ia tidak mau mengakuinya.
"Aku tidak akan pernah terhipnotis olehnya!" Pria berahang tegas itu pun kembali ke ranjang pengantin mereka. Namun, tetap saja ia gelisah saat membiarkan Jasmine tertidur di sofa.
"Sebenarnya aku kasian melihatnya. Tapi, di satu sisi aku tidak suka wanita yang kolot dan tertutup. Aku tak boleh membuka hatiku untuk mengasihaninya. Yang buruk tetap buruk!" gumam Keenandra dengan penuh ketegasan.
Akhirnya malam ini pun kedua insan itu tidak menikmati malam pertama seperti pasangan pada umumnya. Jasmine tertidur pulas di sofa bed. Keenandra sendiri kesulitan memejamkan mata. Dia malah memperhatikan sang istri yang terlelap dalam damai.
"Aku tidak boleh berlama-lama di sini! besok dia harus tinggal di apartemenku agar nanti lebih leluasa untuk menjaga jarak." Keenandra tidak henti-hentinya mencari solusi agar bisa lepas dari Jasmine.
Pria berwajah dingin itupun segera menghubungi asisten pribadinya. Dia ingin meminta pada sang asisten agar segera mengurusi kepindahan mereka besok pagi.
"Iya, Tuan. Semua akan segera saya atur malam ini juga. Di sana akan saya kirimkan pelayan untuk membersihkannya demi untuk menyambut nona muda kita," ujar Kyan Oliver Kalandra sang asisten pribadi yang selalu siaga dengan titah Keenandra.
''Bagus! Setelahnya pelayan tersebut tidak perlu tinggal di apartemenku. Nanti semua kebutuhanku biar wanita buruk rupa itu yang mengurusinya sebagaimana surat berjanjian yang telah aku buat!" tegas Keenandra sembari menyeringai tipis.
"Kamu yang benar saja ingin menjadikan istrimu seperti itu Keenandra!" tandas yang mulai tidak menaruh hormat pada sepupunya tersebut.
"Kamu mulai berani menentangku! Mau gajimu kupotong menjadi lima puluh persen?" ancam Keenandra tanpa toleransi.
"Kau tak kan bisa memotong gajiku, akan aku adukan pada Om Devano jika kamu menyakiti menantu pilihannya," ungkap Kyan tak mau kalah.
Dua saudara sepupu itu pun tak ada yang ingin mengalah. Baru kali ini Kyan menentang terang-terangan kemauan sepupunya yang begitu sangat menyebalkan.
"Aku ini atasanmu, kau tak sepantasnya menentangku. Awas saja jika berani mengadukan pada papa dan mama!" ancam Keenandra penuh penekanan.
"Jika tuan muda tidak mempersulit hidupku, maka aku pun akan melakukan hal yang sama. Aku harap kamu tidak akan menyesal membuang berlian demi mas karatan!" sindir Kyan tepat menohok di hati Keenandra.
"Ini urusan pribadiku! Kamu tidak perlu ikut campur dan membela wanita yang baru menjadi istriku. Aku tahu sejak lama kau tidak menyukai kekasih hatiku Celline. Jadi, sebisamu untuk membuat kami berpisah. Sayang sekali itu tidak akan pernah terjadi. Celline tetap yang pertama di hatiku meskipun aku sudah menikah!" tekan Keenandra penuh penegasan.
"Baiklah, silakan kamu ikuti kata hatimu yang tak bermakna itu! Nanti kamu sendiri yâng akan menyesal!" ucap Kyan sembari mematikan sambungan telpon mereka.
Pria berwajah tampan itu merasa kesal dengan pimpinan perusahaan sekaligus saudara sepupunya yang sangat menyebalkan itu. Rasanya ia ingin memakai Keenandra karena terlalu bodoh dan konyol.
"Aku ingin lihat bagaimana nantinya reaksimu saat mengetahui wanita yang kau anggap setia itu bermain gila di belakangmu!" gumam Kyan.
Asisten pribadi Kalandra Group itu pun menghempaskan tubuhnya di kasur. Ia memandangi setiap sudut kamar mewahnya. Hanya ada keheningan karena dia hanya hidup sendirian tanpa keluarga. Ayah dan ibunya sudah meninggal dunia sejak dia masih berusia tujuh tahun.
"Papa, Mama. Aku merindukan kalian! Semoga kalian tenang di alam sana. Anakmu kini telah menjadi orang sukses. Semoga nanti aku pun bisa mendapatkan pasangan hidup seperti Keenan. Dia itu pria bodoh, tega menyakiti istri sendiri demi wanita yang tidak berakhlak!" ujar Kyan seakan-akan kedua orang tuanya berada di sisinya.
Pria dengan wajah putih bersih dan bibir merah layaknya aktor Korea itu pun memejamkan mata. Dia larut dalam buaian seiring dinginnya angin malam yang mencekam dalam kesunyian.
***
Sementara, di hotel berbintang tempat Keenandra dan Jasmine menginap kini mereka tampak seperti orang asing. Keenandra dengan keangkuhannya. Jasmine sendiri dalam mode tak pedulinya. Mereka sama-sama berkeras hati untuk tidak saling mengalah.
"Jadi, dia benar-benar mencintai kekasih hatinya tersebut tanpa menganggapku ada. Baiklah, lihat saja nanti bagaimana akhir dari keangkuhanmu?" batin Jasmine dengan berpura-pura memejamkan mata.
Padahal dari sejak tadi, Jasmine hampir mendengar semua percakapan sang suami dengan asisten Kyan. Hanya saja ia berpura -pura tidak mendengar.
"Dasar asisten tak punya akhlak! Bisa-bisanya ia merendahkan kekasihku. Dia boleh unggul dalam hal pekerjaan. Tapi, aku tidak pernah percaya jika ia sampai menjelek-jelekkan Celline!" oceh Keenandra sembari menghempaskan tubuhnya di kasur.
Dalam hati Jasmine ingin tertawa melihat kebodohan suaminya. "Dasar pria bodoh! Jelas-jelas asisten Kyan telah memberitahu yâng sebenarnya masih saja tidak percaya!" Jasmine mengomel dalam hati, ia merasa lucu dengan keteledoran sang suami.
"Untunglah dia masih tertidur kalau tidak akan terjadi petaka besar," gumam Keenandra sembari bangkit dari tempat tidur.
"Ya Allah semoga dia tidak melakukan hal yang di luar jangkauan," batin Jasmine yang mulai gelisah saat sang suami semakin mendekat ke arahnya.