Galuh yang difitnah oleh penduduk kampung dan dibuang dihutan larangan, hutan yang menyimpang segudang misteri.
Dapatkah galuh membalaskan dendam dan menemukan dalang dari orang yang menghasut penduduk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Renggo
Galuh terdiam, ia tak menyangka jika pria yang sedang duduk didepannya ini adalah renggo, seorang pria yang ditulis lewat surat untuk galuh cari.
"Kakek renggo." Ucap galuh dengan suara terbata-bata.
Renggo yang mendengar jika ia disebut 'kakek' oleh galuh, sontak saja tertawa, ia merasa lucu dengan panggilan galuh.
"Hahaha, galuh bisa-bisanya kamu memanggilku dengan sebutan kakek." Ucap renggo yang masih tertawa.
"Emangnya salah?." Tanya galuh dengan polos.
"Hahaha, aku ini seumuran ibu mu." Jawab renggo yang merasa sedih jika teringat akan siti-ibunya galuh.
"Ekhem, ngomong-ngomong teman mu itu sudah lama terkena teluh?." Tanya renggo yang teringat akan teman galuh yang terkena teluh.
"Belum lama kek, eh pak maksudnya, teman saya baru saja terkena 3 hari yang lalu." Jawab galuh dengan nyengir karena ia salah sebut.
"3 hari yang lalu? Artinya saat teman kamu terkena teluh kamu langsung kesini, begitu?." Tanya renggo.
"Iya pak, karena saya takut terjadi yang nggak di inginkan." Jawab galuh, lirih.
Renggo hanya mengangguk dan segera masuk ke dalam kamarnya, galuh dan kakek darmo hanya saling pandang dan terdiam.
Tak lama, renggo keluar dengan satu buntelan kain yang berisi baju. Galuh yang melihatnya lantas tersenyum dan menghampiri renggo.
"Bapak akan membantu teman saya." Tanya galuh dengan antusias.
"Iya, ayo kita segera pergi dari sini." Jawab renggo seraya berjalan keluar, galuh dan kakek darmo segera mengikutinya.
"Galuh, jangan panggil.aku dengan sebutan bapak, aku ini se umuran ibumu, jadi panggil paman saja." Ucap renggo yang tak ingin dipanggil dengan sebutan 'bapak'.
"Baik paman." Sahut galuh. Mereka bertiga segera meninggalkan gubuk itu dan memulai perjalanannya.
Tak lama mereka telah keluar dari kawasan hutan timur dan memasuki hutan desa kembangan, galuh yang merasa perjalananya lebih cepat dari pada ia pergi.
"Ada apa galuh?." Tanya renggo yang melihat galuh seperti kebingungan.
"Aku hanya merasa bingung saja paman, bagaimana kita bisa secepat ini sampai ke hutan desa kembangan?." Tanya galuh dengan penasaran.
Renggo hanya tersenyum saat mendengar pertanyaan galuh, begitu juga dengan kakek darmo.
"Saat kamu di perjalanan kemarin, kamu ini sedang di sesatkan oleh sosok tak kasat mata." Jawab renggo.
"Hah, emang iya paman?." Tanya galuh lagi.
"Iya." Jawab renggo dengan singkat.
Galuh segera memandangan ke arah kakek darmo yang hanya nyengir dan pura-pura tak melihat galuh.
"Kakek kenapa ga bilang kalo kita tersesat." Dengus galuh dengan kesal.
"Heheh, maaf kan kakek." Ucap kakek darmo.
"Humm, yasudah." Ucap galuh.
Mereka bertiga langsung diam, dan terus melanjutkan perjalananya. Tiba-tiba renggo berhenti, hal itu juga membuat kakek darmo dan galuh ikut berhenti.
"Ada apa, renggo?." Tanya kakek darmo.
"Pejamkan mata kalian dan berpegangan tangan, aku akan menggunakan ilmu ku untuk segera sampai ditempat tujuan." Jawab renggo. Galuh yang bingung hanya mengikuti perkataan renggo dan segera memejangkan mata serta berpegangan tangan. Galuh merasa ia sedang terbang.
"Buka mata kalian, kita sudah sampai." Ucap renggo.
Galuh dan kakek darmo segera membuka kedua matanya, galuh yang melihat jika sudah sampai di depan hutan larangan, ia sontak merasa terkejut dan tidak percaya.
"Bagaimana bisa." Gumamnya tak percaya.
"Ayo." Ajak renggo. Mereka segera memasuki hutan larangan tersebut. Hari sudah malam dan mereka masih berada dihutan larangan tersebut.
"Ada yang aneh." Ucap renggo tiba-tiba, tak hanya renggo yang merasakan hal aneh, galuh dan kakek darmo pun merasakan hal yang sama.
Tiba-tiba dari jauh terdengar suara tawa yang melengking, membuat galuh merinding.
Mereka bertiga segera mendongokan kepala, mereka melihat kuntilanak yang sedang bergelantungan diatas pohon tersebut.
"Hihihi, galuh kamu sudah kembali." Ucap sosok itu ternyata si putih.
"Huh, dasar kunti kampret, kamu sengaja ya menyesatkan jalan kami?." Tanya galuh dengan suara tinggi.
"Mana ada, aku menyesatkan kamu, heh galuh kamu itu sudah salah ambil jalur." Bentak putih yang langsung membuat galuh sadar, jika ia sudah salah ambil jalur.
"Hehehe, maaf paman, kakek." Ucap galuh, ia merasa bersalah karena sudah membuat mereka tersesat.
"Galuh segera lah kembali, saras membutuhkan bantuan kalian." Ucap putih tiba-tiba, hal itu membuat galuh segera putar balik dan tak lama menemukan jalur yang benar.
"Ayo, paman, kakek." Ucap galuh yang menerobos yang menghalangi jalannya.
Tak lama mereka bertiga sudah sampai di depan gubuk saras, galuh mendengar suara teriakan yang sangat ia kenali-nek.sumi. Galuh segera berlari dan mendorong pintu, ia bisa melihat pemandangan yang dimana saras sedang kejang-kejang dengan mata mendelik keatas.
"Saras." Teriakan galuh, membuat nek sumi dan damar segera menoleh ke arah galuh yang berdiri di depan pintu.
"Saras, galuh kamu sudah kembali nak." Ucap nek sumi dengan berderai air mata.
Galuh segera mendekat ke arah saras, ia bisa melihat saras yang kejang-kejang tersebut, tak lama renggo dan kakek darmo segera menyusul galuh yang sudah dulu masuk. Dan segera mendekat ke arah galuh.
"Galuh, pegangi kakinya dan kamu, darmo pegang tangannya, jangan ada yang mendekat." Ucap renggo dengan lantang.
Nek sumi dan damar yang mendengar suara renggo sontak saja tertegun, mereka seperti pernah mendengar suara itu.
"Renggo." Ucap mereka bersamaan.
Sementara itu, renggo, kakek darmo, dan galuh sedang mengobati saras yang sedang kejang-kejang. Ternyata santet itu sangat kuat dan renggo sangat susah untuk mengeluarkannya.
Setelah 1 jam, akhirnya renggo berhasil mengeluarkan semua santet itu, saras segera memuntahkan paku dan benda tajam lainnya, tak lama saras segera pingsan, tetapi napasnya sudah teratur.
"Renggo." Panggilan dari damar membuat renggo terkejut. Ia segera melihat ke pojok dimana disana sudah berdiri damar dan nek sumi. Galuh yang tak mengenali orang yang berdiri di samping nek sumi, ia hanya terdiam.
"Damar, kau sungguh damar?." Ucap renggo seraya berjalan ke arah damar.
"Kemana saja kau ini damar?." Tanya renggo seraya memeluk sahabatnya itu.
Damar hanya tersenyum tipis. " Aku mencoba menyerang pasukan berjubah itu yang dipimpin oleh surya. Tetapi aku hampir mati untung saja saat itu aku berhasil melarikan diri." Ucapan damar membuat renggo dan lainnya membelakaan mata.
Galuh yang tak sengaja mendengar, lantas mendekat. "Pasukan berjubah?." Pertanyaan galuh.
"Iya, galuh." Jawab renggo.