“Kalo kamu bersedia menikah dengan saya, maka jangan coba-coba untuk bermain-main, Kintan.”
“Nama saya Tania, Mas.”
“Kintan panggilan sayang saya buat kamu.”
Kintania merencanakan pernikahan dari 3 bulan lalu bersama sang kekasih, namun apesnya malah di selingkuhin sebulan sebelum pernikahannya.
Nangis? sudah pasti. Tapi galau? oh tidak, dia menerima usulan keluarganya untuk menikahi pria matang yang merupakan kakak dari sahabat baiknya.
“Tunggu! ini beneran gue mau digeledah nanti malam. Mama nggak mau!!!!!”
Pernikahan yang direncanakan hanya dalam 2 minggu, dan tanpa cinta apakah bisa berjalan dengan lancar? dan apakah cinta akan tumbuh atau sudah tumbuh diam-diam diantara mereka, tapi gengsi mau bilang?
Update setiap hari jam 10 malam
follow ig : Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Restu
Kata orang, jodoh itu nggak ada yang tahu, dan semua takdir termasuk rezeki, maut bahkan jodoh adalah keputusan Tuhan Sang pemilik segalaNya.
Tania tidak menyangka saja, akibat dari perselingkuhan yang dilakukan tunangannya bukan hanya membuat pernikahan mereka batal, tapi juga mendatangkan jodoh yang lebih baik untuknya.
Kedua keluarga tampak duduk melingkari meja bundar, tapi ini bukan konferensi, melainkan pembicaraan serius tentang bersatunya dua insan yang sudah sama-sama siap untuk menikah.
Kahfi, pria yang kini menghadap ayah Arda itu tampak sedang menunduk, mencurahkan segala niatnya untuk meminang putri semata wayang pria berbaju merah itu.
Sementara si putri semata wayang, hanya duduk dengan wajah tak kalah serius. Mendengarkan segala ucapan yang Kahfi katakan kepada ayahnya.
Janji yang Kahfi ucapkan, yang kelak harus dipertanggungjawabkan hanya olehnya.
“Kahfi, Tania itu anak ayah satu-satunya, dia kebanggaan dan kebahagiaan ayah. Waktu dia di sakiti sama laki-laki, ayah kecewa dan nggak siap kasih dia ke pria manapun.” Ujar Ayah Arda, kemudian melirik putrinya.
“Tapi kita ini manusia, diciptakan berpasang-pasangan. Mau bagaimanapun, kita harus menikah, membina rumah tangga dalam ikatan pernikahan sebagai ibadah paling panjang.” Tambah Ayah Arda, sambil terus menatap putrinya.
Ayah Arda kembali menatap Kahfi. “Ayah kenal sama kamu udah lama, ayah juga tahu sikap dan akhlak kamu gimana, dan tentu karena pengenalan itu ayah pasti akan setuju kalo kamu mau nikahin putri ayah.” Kata ayah Arda, disertai senyuman yang hangat.
Senyum di wajah Kahfi begitu cerah, bahkan lebih cerah dari spion motor kala terkena matahari.
“Ayah …” Bisik Kahfi, menundukkan kepalanya.
“Selain ayah, masih ada ibu yang perlu kamu mintain restu, dan terakhir pastinya Tania sendiri. Dia yang bakal jalanin rumah tangga, ayah sama ibu nggak akan bisa ikut campur, jadi kalo Tania nolak, restu ayah sama ibu nggak berlaku apa-apa.” Kata Ayah Arda, disertai tawa kecil.
Kahfi mengangguk dengan yakin, dia kemudian menggeser posisi ke dekat ibu Rahayu yang menatapnya dengan hangat, tatapan ibu kepada anaknya.
“Ibu Ayu, saya mencintai Tania, dan saya yakin ibu tahu itu. Saya dengan segala keyakinan dan tanggung jawab yang akan saya emban nanti, saya mohon izin Bu, saya mau menikahi Kintan, anak kesayangan ibu.” Ujar Kahfi, tangannya menyatu sebagai bentuk kesopanan nya.
Ibu Ayu mengusap kepala Kahfi dengan hangat. “Ibu itu sama kayak ayah, apa yang ayah nilai, udah pasti ibu yakin. Kata ayah, nggak ada yang lebih baik jadi suami anak ibu selain kamu, jadi ibu pasti setuju kalo kamu mau nikahin Tania.” Tutur ibu, senyuman tak luntur dari wajahnya.
“Tapi ibu mohon sekali sama kamu, Kahfi. Sayang ya sama Tania, dulu ibu berjuang buat lahirin dia, ibu sayangi dan besarkan sampe rasanya nggak rela dia diambil orang lain. Tapi ibu tahu pikiran ibu salah, ibu cuma minta kamu bisa bahagian anak ibu ya.” Tambah ibu.
“Saya janji, Bu!” Kata Kahfi dengan yakin.
Tania, tentu gadis itu masih diam sambil berkedip berkali-kali, mengusir air mata yang siap meleleh kapan saja.
Gadis yang biasanya cerewet dengan segala kata-kata judes itu kini hanya diam, sambil berusaha untuk tidak menangis.
Kahfi kemudian menggeser posisi lagi, kini dia berada tepat di depan Tania. Gadis yang teramat dicintainya itu, tampak mengusap pipinya yang basah.
“Kintan, mungkin ini semua terlalu cepat buat kamu, tapi saya datang dan meminta restu sama ayah dan ibu buat nikahin kamu. Saya nggak punya sesuatu yang bisa dijaminkan, tapi saya janji akan berusaha untuk buat kamu bahagia.” Ujar Kahfi.
“Saya mau menikahi kamu, Kintania. Izinkan saya melaksanakan niat baik ini, kamu mau kan menikah sama saya?” Tanya Kahfi, begitu lembut dan hati-hati.
Tania menatap Kahfi, laki-laki yang bahkan belum ada sebulan ia kenal kini malah datang membawa sejuta janji kebahagiaan untuknya.
Pria yang selalu datang untuk sekedar bertanya kondisinya, yang memberinya makanan dan perhatian sekecil apapun itu, dan pria yang bersedia pasang dada kala ia merasa terancam. Katakan bagian mana Tania harus menolak lamaran ini?
Tidak ada kan?
“Saya mau, Mas Kahfi.” Jawab Tania dengan tenang, tak kalah hati-hati.
Memantapkan diri menerima pinangan Kahfi, usai meminta petunjuk dan restu dari Allah. Dia meyakinkan diri bahwa Kahfi adalah jodoh terbaik untuknya.
Tania tersenyum cerah, yang dibalas juga oleh pria tampan itu.
Tania tiba-tiba bangkit, kemudian mendekati orang tua Kahfi yang dapat ditebak dari ekspresinya bahwa mereka juga bahagia.
“Om, Tante. Aku tau kalian selama ini mengharapkan punya menantu hebat, yang pintar dalam segala hal, dan pastinya tau mana baik dan buruk. Aku mungkin masih jauh dari sempurna, tapi aku mohon izin sama kalian, aku izin jadi pendamping anak om dan tante.” Ujar Tania, dengan lembut.
“Kamu sudah lebih dari yang kami harapkan, Tania. Kami jelas setuju!” Tante Laila langsung menyahut, bahkan menarik gadis itu ke pelukannya.
Tania tersenyum senang, bahkan dia merasa sangat disayangi terutama saat merasakan usapan lembut di kepalanya.
“Bahagia terus ya, Tania …” Ucap papa Yadi.
“Aku janji, akan berusaha bikin mas Kahfi bahagia.” Ujar Tania dengan gugup.
Gadis itu jelas grogi, janji yang ia ucapkan bukan sekedar ucapan, tetapi tutur kata yang perlu dipertanggungjawabkan.
Tania melepaskan pelukannya, kemudian kembali duduk di tempatnya.
Gadis itu tidak mau jika hanya pihak laki-laki yang memohon restu dari orang tuanya, tentu dia juga harus meminta restu dari orang tua Kahfi.
Dalam pernikahan, bukan hanya pria yang berkewajiban membuat pasangan bahagia, tapi juga pihak wanitanya.
Tania dah Kahfi, mereka harus memiliki cinta yang setara, yang akan menjamin jika rumah tangga mereka akan berjalan bahagia.
“Makasih ya, Kintan.” Ucap Kahfi pelan, tangannya menggenggam lembut tangan Tania.
Semua memang terasa terlalu cepat, namun niat baik tidak boleh diundur kan? maka doakan saja jika keputusan kilat Tania ini tidak salah, dia akan bahagia bersama pria yang kini menggenggam tangannya erat.
SIAPA YANG MAU KONDANGAN?? TAPI BAYAR DULU PAKE KISS
Bersambung .......................................................
kayak nya seru cerita nya
Yaumil milad kak Alfiana,,, Barakallah fii umrik, doa yg terbaik buat kk author 🤲🥳
woaahhh happy birthday to youuu Authoorr, pnjg umur, sehat selalu, murah rezeki, smg selalu semangat dan sukses dlm berkarya💗Aamiinn
kadonya ☕ biar ga ngantuk dan semangat up😉