Chen Huang, seorang remaja berusia 15 tahun, menjalani hidup sederhana sebagai buruh tani bersama kedua orang tuanya di Desa Bunga Matahari. Meski hidup dalam kemiskinan dan penuh keterbatasan, ia tak pernah kehilangan semangat untuk mengubah nasib. Setiap hari, ia bekerja keras di ladang, menanam dan memanen, sambil menyisihkan sebagian kecil hasil upahnya untuk sebuah tujuan besar: pergi ke Kota Chengdu dan masuk ke Akademi Xin. Namun, perjalanan Chen Huang tidaklah mudah. Di tengah perjuangan melawan kelelahan dan ejekan orang-orang yang meremehkannya, ia harus membuktikan bahwa mimpi besar tak hanya milik mereka yang berkecukupan. Akankah Chen Huang berhasil keluar dari jerat kemiskinan dan menggapai impiannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 15 — Kera Abu-Abu
Keesokan harinya, di pelataran Akademi Xin.
Pagi itu, suasana di halaman Akademi Xin begitu ramai dan penuh semangat. Para peserta ujian kedua, termasuk Chen Huang dan Ning Xue, berdiri dengan penuh antisipasi di tengah lapangan luas yang telah disiapkan. Cahaya matahari pagi memancar hangat, tetapi suasana tegang terlihat di wajah banyak peserta.
Beberapa saat kemudian, perhatian seluruh peserta tertuju ke langit. Empat tetua akademi muncul dengan spektakuler, melayang di udara menggunakan senjata masing-masing. Seorang tetua berdiri tegak di atas pedangnya, sementara yang lain menggunakan tombak panjang, kipas emas, dan sebuah pusaka berbentuk bunga teratai biru yang bersinar lembut. Gerakan mereka anggun, namun penuh dengan aura kekuatan yang membuat semua peserta merasa terintimidasi.
Salah satu tetua, seorang pria tua dengan rambut putih panjang dan jubah merah, melangkah maju. Suaranya bergema keras, memenuhi seluruh lapangan.
"Peserta yang terhormat, selamat telah lulus ujian pertama. Hari ini, kalian akan menghadapi ujian kedua, yaitu Ujian Pertahanan. Aturan ujian ini sederhana: kalian harus bertahan setidaknya 10 menit melawan binatang spiritual tingkat 2, yaitu Kera Abu-abu. Jika kalian mampu mengalahkan mereka, itu akan menjadi nilai tambah yang besar. Namun, jika merasa tidak sanggup, kalian diperbolehkan menyerah, dan binatang tersebut tidak akan melanjutkan serangan karena telah dijinakkan."
Suasana langsung berubah menjadi tegang. Bisik-bisik terdengar di antara para peserta yang membicarakan betapa sulitnya ujian ini. Chen Huang melirik Ning Xue, yang terlihat mencoba menenangkan dirinya dengan mengatur napas.
"Kera Abu-abu dikenal memiliki kekuatan fisik yang luar biasa dan kecepatan yang tinggi. Mereka tidak hanya cepat, tetapi juga cukup cerdas dalam bertarung. Jadi, kalian harus berhati-hati dan menggunakan strategi. Semoga keberuntungan berpihak pada kalian!" Tetua itu menyelesaikan pengumuman dengan nada tegas.
Setelah itu, para tetua turun dari udara dan duduk di bangku kehormatan di sebuah bangunan tinggi yang menghadap lapangan ujian. Seorang petugas akademi memanggil peserta pertama untuk maju, dan ujian pun dimulai.
Di sisi lapangan, Chen Huang mengepalkan tangannya. "Ini akan sulit, tapi aku yakin kita bisa melewati ini."
Ning Xue mengangguk dengan penuh tekad. "Kita sudah melewati hal-hal yang lebih sulit. Aku tidak akan menyerah."
Satu per satu, peserta maju untuk menghadapi Kera Abu-abu di lapangan. Banyak yang bertahan dengan susah payah, beberapa menyerah sebelum waktunya, sementara sedikit yang berhasil mengalahkan lawan mereka. Suara gemuruh dan debu yang beterbangan menjadi latar ujian tersebut.
Ketika nama Chen Huang dipanggil, Ning Xue menatapnya dengan penuh semangat. "Berikan yang terbaik. Aku akan mendukungmu!"
Chen Huang tersenyum dan melangkah maju dengan percaya diri ke tengah lapangan, siap menghadapi tantangan.
Chen Huang melangkah dengan tenang ke tengah arena, pandangannya terfokus pada Kera Abu-abu yang berdiri tegak di seberang lapangan. Tubuh kera itu kokoh, penuh otot yang menonjol di bawah bulu lebatnya yang berwarna abu-abu gelap. Sorot matanya tajam, memancarkan kecerdasan liar yang jarang dimiliki binatang biasa. Energi spiritual berwarna abu tua menguar dari tubuhnya, memberikan tekanan yang cukup besar bahkan sebelum pertarungan dimulai.
Chen Huang menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang mulai berpacu. Dalam hatinya, ia mengingat semua pelajaran dan latihan yang telah ia jalani selama dua tahun terakhir.
Seorang instruktur berdiri di pinggir arena, memegang gulungan catatan. "Chen Huang," katanya dengan suara tegas, "Apakah kau sudah siap?"
Chen Huang mengepalkan kedua tangannya, menyiapkan kuda-kuda dengan kaki kirinya sedikit maju ke depan, tubuhnya sedikit condong. Dengan nada penuh keyakinan, ia menjawab, "Aku siap."
Kera Abu-abu itu langsung menggeram rendah, tampaknya siap melompat kapan saja. Atmosfer di sekitar arena menjadi hening, hanya suara angin yang terdengar, menandai dimulainya pertarungan yang akan menentukan langkah Chen Huang selanjutnya.
Chen Huang mencoba membaca gerak-gerik Kera Abu-abu di depannya. Namun, sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, swosshh—kera itu melesat dengan kecepatan luar biasa, hanya menyisakan bayangan abu-abu.
"Cepat sekali!" batin Chen Huang. Dia langsung melompat ke udara untuk menghindari serangan tersebut. Namun, Kera Abu-abu itu bukan makhluk biasa; dalam sekejap, ia memutar tubuhnya dan menyerang balik. Begitu Chen Huang mendarat, kera itu sudah berada di hadapannya, melayangkan tinju besar yang mengarah langsung ke dadanya.
BAMM!
Chen Huang menyilangkan kedua tangannya untuk menahan serangan itu. Energi dari pukulan tersebut terasa seperti palu besar yang menghantam tubuhnya. Kakinya terseret mundur beberapa meter, meninggalkan jejak di tanah.
"Kuat sekali," pikirnya sambil menenangkan napas. Namun, ia tidak gentar. Dengan cepat, ia melangkah maju, tinjunya terangkat tinggi.
Bang! Bang! Bang!
Serangan mereka saling beradu. Chen Huang mengerahkan semua kekuatan dari ranah Penguatan Tubuh tahap puncaknya. Dia tahu ini adalah batas maksimalnya, tapi setidaknya ia mampu mengimbangi kekuatan luar biasa dari Kera Abu-abu.
Namun, perbedaan besar mulai terlihat ketika kera itu mundur sejenak dan membuka mulutnya. Energi abu-abu yang pekat berkumpul di sana, membentuk bola energi yang memancarkan tekanan mengerikan.
“Ini lah yang paling berbahaya, dari binatang spiritual tingkat 2!?” seru Chen Huang dalam hati.
WHOOOSHHH!
Bola energi meluncur dengan kecepatan tinggi ke arahnya. Chen Huang bergerak ke samping, menghindar dengan gesit.
DUARR!
Bola energi menghantam tanah, menciptakan kawah kecil. Debu mengepul ke udara, mengaburkan pandangannya. Kera itu tidak berhenti; bola-bola energi lainnya terus melesat, memaksa Chen Huang bergerak lincah, melompat, berputar, dan berlari.
Namun, semakin lama kera itu mulai menunjukkan kelemahannya. Nafasnya memburu, gerakannya melambat, dan energi spiritual di sekitarnya mulai berkurang.
"Dia kuat, tapi lemah dalam stamina," pikir Chen Huang. Ia memutuskan untuk memanfaatkan kesempatan ini.
Chen Huang menarik napas dalam-dalam, memfokuskan seluruh energinya ke otot dan tulangnya. Urat-urat di tangannya tampak mencuat saat ia mengumpulkan kekuatan maksimalnya. Kakinya menjejak kuat di tanah, menciptakan retakan kecil.
“Sekarang saatnya!”
Dengan kecepatan tinggi, Chen Huang melesat ke arah Kera Abu-abu yang mulai kelelahan. Tinju kanannya melayang, terbungkus energi spiritual yang tersisa di tubuhnya.
SWOOOSHH! BAMMM!
Pukulannya menghantam perut kera itu dengan kekuatan penuh. Suara tulang retak terdengar samar. Tubuh besar Kera Abu-abu terlempar jauh ke belakang, terguling beberapa kali sebelum akhirnya berhenti dan tergeletak tidak sadarkan diri.
Arena menjadi hening sejenak. Kemudian, suara tepuk tangan pecah di antara para penonton. Instruktur berdiri dari tempatnya, mengangkat tangan.
“Chen Huang, lolos!”
Dari atas, para tetua tampak terkesan. Salah satu dari mereka berkata kepada yang lain, “Untuk seseorang di ranah Penguatan Tubuh, kekuatannya luar biasa.”
Chen Huang kembali ke tempatnya dengan napas yang masih terengah-engah. Ning Xue langsung menyambutnya dengan senyuman hangat, memberikan botol minuman herbal.
“Kerja bagus, Chen Huang!” katanya lembut sambil menatapnya penuh kekaguman.
Chen Huang tersenyum kecil, menyeka keringatnya. “Sekarang giliranmu, Ning Xue. Tunjukkan pada mereka seberapa hebat dirimu.”