Fiona Amartha Dawson, hidup berdua dengan kakak perempuan seibu di sebuah kota provinsi pulau Sumatera yaitu kota Jambi.
Jemima Amelia Putri sang kakak adalah seorang ibu tunggal yang bercerai dengan suaminya yang tukang judi dan suka melakukan kekerasan jika sedang marah.
Fiona terpaksa menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal secara mendadak karena suatu insiden guna menyelamatkan harga dirinya sebagai seorang perempuan lajang.
AKBP Laksamana Zion Nugraha tidak menyangka akan menikahi gadis gemoy yang tidak ia kenal karena ketidakadilan yang dialami gadis itu. Niatnya untuk liburan dikampung kakak iparnya menjadi melenceng dengan menjadi seorang suami dalam sekejap.
Bagaimana reaksi Fiona saat mengetahui jika suami yang ia kira laki-laki biasa ternyata adalah seorang kapolres muda di kota Medan?
Akankah ia bisa berbaur pada kehidupan baru dikalangan ibu-ibu anggota bhayangkari bawahan suaminya dengan tubuhnya yang gemoy itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buronan Internasional
Ruangan rapat internal yang sangat tertutup terasa begitu sesak, panas dan agak mencekam karena masalah yang mereka bahas kali ini.
"Komandan Laksamana, karena anda mantan anggota khusus yang begitu negara kita banggakan saat misi di Suriah, apa pendapat anda atas masalah ini?" tanya Kompol Budi Setiawan dengan suara penuh tekanan.
Tatapan mata Zion terlihat tenang dan membuang pelan napasnya sebelum menjawab pertanyaan atasannya itu.
"Dua tahun saya memutuskan keluar dari anggota pasukan khusus Polri untuk PBB, dan hingga saat ini saya tidak pernah menerima berita apapun tentang masalah ini! Jadi, menurut pendapat saya, Buronan ini belum tentu memasuki negara kita saat ini. Meskipun ada kabar burung yang berhembus mengatakan dia ada di negara kita," jawab Zion dengan tenang.
"Itu tidak mungkin, Komandan Laksamana! Informan pihak kami tidak mungkin berbohong dengan memberikan informasi palsu!" bantah Mayor Sabaruddin Zuhdi wakil kepala BIN yang ikut rapat tersebut.
"Saya tidak mengatakan jika informan pihak anda berbohong, Mayor! Saya hanya berkata sesuai dengan analisis saya terhadap keadaan dan berita saat ini! Fatih Al-fajr alias Franz Robbins alias Freddy Homma adalah tiga nama berbeda dengan satu tubuh. Beliau adalah tangan kanannya atau ahli strategi saat rezim Saddam husein saat masih berjaya. Orang ini bukanlah orang sembarangan yang bisa dengan gampang dan leluasa kesana kemari tanpa ada pertimbangan yang matang dan terencana. Karena kepintarannya itulah orang ini bisa lolos dari penjara federal yang terkenal kejam dan menakutkan bagi pelaku kejahatan internasional. Agen terkuat dan terbesar seperti CIA saja sampai kecolongan atas kaburnya orang ini. Jadi, apakah kita yang remahan rengginang ini bisa dengan yakin mengatakan jika orang itu ad di negara kita?" sahut Zion panjang lebar dengan menatap tajam wakil kepala BIN.
Empat orang didalam ruangan itu terdiam seketika setelah Zion panjang lebar berkata terus terang atas pengamatan nya pada layar besar yang menampilkan gambar buronan yang mereka bicarakan saat ini.
Kompol Budi Setiawan, Mayor Sabaruddin Zuhdi, Letjen Muhidin Nasution dan Panglima Dody Hartono tidak bisa bicara banyak karena mereka benar-benar bingung mau bicara apa.
"Komandan, kira-kira apa pendapat anda tentang buronan ini sekarang? Kita tidak bisa diam saja dan membahayakan negara kita disaat PBB sendiri membidik negara kita dengan sangat yakin jika buronan ini ada di salah satu pulau negara kita?" tanya Panglima Dody Hartono akhirnya membuka suaranya.
"Firasat saya mengatakan jika buronan ini masih ada di Suriah dan kemungkinan besar yang ada di Indonesia adalah kaki tangannya. Bukan menutup kemungkinan jika ia berniat memasuki negara kita, jadi kita harus bekerja sama untuk menghadapi orang ini. BIN kita tidak bisa bergerak sendiri karena kemampuan orang-orang kita terbatas. Bukan kah begitu, Mayor?" jawab Zion sambil bertanya menatap Mayor Sabaruddin Zuhdi.
"Komandan Laksamana benar. Saat ini anggota BIN belum ada yang punya kemampuan yang mumpuni seperti anda, Komandan Laksamana. Beberapa hari yang lalu saya dihubungi oleh salah satu petinggi CIA yang meminta pertemuan secara khusus dengan anda. Nama anda saat misi perdamaian dunia di Suriah terkenal hingga dikalangan anggota CIA. Mereka akan datang ke Indonesia dan meminta bertemu anda untuk membicarakan masalah ini. Bapak Presiden dan Menteri Pertahanan kita sudah menyetujui pertemuan ini dan akan dilakukan di Bali seminggu lagi. Jadi, saya harap Komandan bisa memenuhi permintaan mereka karena masalah ini juga menyangkut kedamaian di negara kita," jawab Mayor Sabaruddin Zuhdi dengan berterus-terang.
Zion terdiam mendengar berita yang dikatakan salah satu petinggi BIN itu. Pria itu teringat jika saat ini ia tidak sendiri lagi, jadi semua keputusan harus ia pertimbangkan matang-matang atas sepengetahuan istrinya.
"Saya akan mengajukan permohonan pernikahan besok dan saya akan memberikan jawabannya juga besok. Jadi, saya berharap Mayor tidak terlalu berharap lebih karena saya bukan lagi anggota pasukan khusus seperti dimasa lalu," jawab Zion dengan tenang dan mantap.
"Kau akan menikah? Kenapa aku baru tahu? Apakah pria tua ini tidak pantas mendapatkan kabar baik ini lebih dulu?" protes Panglima Dody Hartono yang tidak lain adalah kakak ayah kandungnya Derry Hartono yang juga seorang TNI-Al dengan pangkat Kolonel.
"Belum sempat, baru Mama Papa dan Kak Arimbi yang tahu. Pokoknya besok setelah pengajuanku masuk, aku akan menemui Pakde dengan calonku," sahut Zion dengan santai.
"Semprul, bocah tengik!" omel Panglima Dody Hartono dengan muka masam.
Suasana diruangan kembali hidup dengan perdebatan keponakan dan pamannya yang membuat mereka kembali rileks dan tidak tegang seperti beberapa saat lalu.
🍀🍀🍀
Sementara itu di rumah dinas Pak Kapolres, seorang wanita cantik yang gemoy bergerak lincah kesana kemari didapur yang sudah lengkap peralatan tempurnya.
Fiona dengan lincah dan cekatan memasak beberapa masakan rumahan untuk dikirim ke kantor sang suami.
Capcay seafood, ayam goreng kremes, sambal kentang goreng campur pete, dan perkedel kentang sudah tersaji didalam kotak makanan ukuran besar yang juga baru ia beli beberapa saat lalu.
"Mudah-mudahan Mas suami suka sama makanannya," gumam Fiona dengan menutup kotak makanan dan menyusunnya dalam kantong kain.
Ia juga menyelipkan sebuah note berisi pesan ditutup bagian atas yang sengaja ia rekatkan.
"Tinggal menunggu kurir dan saat nya bersantai sambil scroll tok-tok," ucapnya lagi dengan hati lega.
Sepuluh menit kemudian, sebuah motor berhenti didepan rumah dan membunyikan klaksonnya. Fiona dengan cepat membawa kantong berisi kotak makanan untuk sang suami ke luar rumah.
"Alamatnya sudah benar ya, Kak?" tanya kurir tersebut untuk meyakinkan jika nanti ia tidak salah alamat.
"Benar, Bang! Nanti katakan saja jika ini untuk Pak Kapolres dari rumahnya!" jawab Fiona dengan ramah.
Kurir tersebut mengangguk dan pergi setelah Fiona memberikan ongkos kirim nya.
🍀🍀🍀
"Maaf, Komandan! Ada kurir yang mengatakan membawa kiriman untuk Komandan dari rumah!" lapor ajudan Zion yang bernama Satria Ramadhan begitu melihat Zion dan beberapa orang pejabat tinggi keluar dari ruang rapat.
"Suruh dia masuk ke ruangan ku sekarang!" perintah Zion dengan tersenyum sumringah.
"Pakde, ayo keruangan ku karena ada hal penting yang akan aku katakan pada Pakde!" ajak Zion dengan tersenyum lebar pada sang Panglima.
Keempat para petinggi tersebut dibuat melongo dengan senyuman yang terbit diwajah Zion yang selama ini terkenal datar, dingin dan tanpa ekspresi itu mendadak tersenyum lebar dan sumringah seperti saat ini.
Sang ajudan juga sama kagetnya melihat sang Komandan bisa juga tersenyum seperti sekarang ini.
"Bocah tengik! Sejak kapan muka datar dan dinginmu bisa menerbitkan senyuman seperti ini?" celetuk Panglima Dody Hartono yang langsung membuat senyuman diwajah Zion seketika menghilang.
Bersambung...
biasalah tebak2 gak berhadiah 😀