Aprita Narumi Pramaisyuri adalah gadis tunggal yang hidupnya sebatang kara semenjak ayah satu-satunya meninggal karena sebuah ledakan. sementara ibunya meninggalkan dia sejak ia lahir demi laki-laki lain.
kini dia hidup bersama paman dari keluarga ayahnya.
Pamannya sendiri sudah dianggap seperti ayah sendiri, namun siapa sangka justru pamannyalah yang tau semua penyebab kehidupannya hancur, termasuk kematian ayahnya. namun dia rahasiakan semuanya demi kebaikan Aprita,
hingga waktu dan usia Aprita sudah cukup untuk menerima semua kenyataan itu.
dalam perjalanan hidupnya mencari jati diri dan penyebab kematian ayahnya, Aprita bertemu dengan sosok Reyn. laki-laki yang secara kebetulan selalu menolongnya disaat dia menghadapi kesulitan. kehadiran Reyn membuat warna baru di hidup Aprita, hingga Aprita berhasil menemukan sosok penyebab kematian ayahnya.
siapakah sosok itu sebenarnya? dan bagaimana kisah cinta Aprita dengan Reyn ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Willsky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Laporan Dalang Penculikan
Saat itu Reyn sedang sibuk kerja. Sebenarnya bukan urusan kerja melainkan dia sedang menyelidiki kejadian soal penculikan Aprita bulan lalu. Siapa orang yang sudah menculik Aprita, dia adalah kemungkinan orang yang Reyn cari juga.
Reyn mengingat kejadian saat pertama kali dia bertemu Aprita di gang sempit pada malam hari, saat itu Reyn belum melihat jelas wajah Aprita. Dirinya juga mengejar dua penjahat berhidung belang itu karena sudah mencuri kalung berlian miliknya, pemberian dari ibundanya.
Lalu pertemuan kedua saat Aprita diculik dan disekap dimarkas penjahat itu, Reyn sudah membuntutinya karena dia bertemu dengan Aprita sebelum kejadian itu saat sedang memilih-milih buku di toko buku. Reyn sudah mencurigai tempat buku itu, karena sepi dan hanya ada beberapa orang saja yang keluar masuk, itupun mereka orang-orang dengan penampilan menyeramkan.
Tiba-tiba ponsel berdering, mengagetkan lamunan Reyn malam itu. Dia sedang berada di rumah dekat markasnya. Rumah itu adalah rumah yang diberikan ibundanya sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Rumah yang cukup besar dan luas. Meskipun tidak begitu mewah namun rumah itu sering dijadikan tempat berdiskusi secara rahasia. Rumah itu juga sempat menjadi tempat persinggahan kisah cinta dirinya dengan mantan pacarnya, Selly.
Terkadang itu membuat pikirannya kacau balau, namun itu dulu. Sekarang kini keadaan hatinya sudah lebih baik karena kehadiran cinta baru dihidupnya, yaitu Aprita. Yang nantinya rencananya akan diboyong kerumah itu agar lebih mudah dia menjaga dan melindunginya serta mengurusi pekerjaannya. Tapi itupun jika Aprita mengizinkannya dan mau pindah ke rumah itu. Jika tidak, Aprita akan dipindahkan ke apartemen yang ada di koya Jakarta Pusat tempatnya kini berada.
" Halo ... Ada kabar apa Rios?" tanya Reyn.
" Bos, kita mendapatkan jejak kalau dalang dibalik penculikkan nona Aprita adalah Om Boby, yang saat ini membentuk Gengster Narkoba" ucap Rios.
" Oh, jadi si pengkhianat itu. sudah kuduga!" ucap Reyn.
" Iya, dan mereka kemungkinan sedang memiliki bisnis rahasia dengan pedagang terbesar di Asia, Tuan Andrew. komunitas mereka sepertinya akan menyamai kita. Itu adalah ancaman besar bagi kita." ucap Rios.
" Hm ... begitu rupanya. Baiklah, persiapkan enam orang perwakilan, kirim mereka ke tempat markas Boby. lalu tangkap Boby, tapi jangan sampai dia mati dulu." ucap Reyn.
" Siap bos." ucap Rios.
Setelah itu Reyn mematikkan ponselnya. Rios pasti sudah memahami maksud ucapan dari Reyn. Dia pasti akan melakukan tugasnya dengan baik.
Hari sudah larut malam, tapi Reyn belum tertidur. Dia masih memikirkan sesuatu, entah apa yang dipikirnya.
" Semoga semuanya berjalan lancar." ucap Reyn dalam hati sembari menatap langit-langit kamarnya yang luas itu.
" Hm ... aku rindu dia." ucapnya.
Reyn lalu menelfon Aprita, dia tidak biasanya menelfon malam-malam karena Aprita pasti sudah tidur. Dia yakin telfonnya pasti tidak terjawab.
Tapi tiba-tiba, suara seorang wanita terdengar. Reyn yang tadinya memejamkan matanya kini membuka matanya.
" Ya, Halo, Reyn ..." ucap wanita itu lirih.
Ternyata Aprita mengangkat telfonnya.
" Ya, h..halo ... aku pikir kamu sudah tidur." ucap Reyn.
" Belum, aku tidak bisa tidur." jawab Aprita.
" Kenapa? Apa karena kamu merindukanku?" tanya Reyn sembari tersenyum meledek.
" Em ... tidak tahu." jawab Aprita gengsi.
" Hm, rupanya kamu masih tidak mau mengakuinya." kata Reyn.
" Apaan sih Reyn, kamu sendiri ... kenapa belum tidur?" tanya Aprita.
" Aku merindukanmu. tapi, sepertinya aku harus menginap disini satu hari lagi. Jadi bersabarlah." ucap Reyn.
" Hm ... Apa urusanmu belum kelar?" tanya Aprita.
" Iya, begitulah. tapi aku janji jika besok urusanku kelar lebih cepat aku akan segera pulang ke sana." ucap Reyn.
" Hm, tidak masalah. kamu santai saja, selesaikan dulu urusanmu disana." ucap Aprita sambil menguap.
" Iya baiklah. kamu jaga diri baik-baik disana ya." ucap Reyn lembut.
" Hm." jawab Aprita.
Aprita sudah mulai mengantuk terdengar suara hembusan nafas di seberang telfon.
" Aprita apa kamu sudah mengantuk?" tanya Reyn.
Aprita terdiam, tidak ada suara lagi terdengar.
" Haha, rupanya kamu tertidur. Ya sudah, good night, sayang..." ucap Reyn.
Cup ...
Reyn mengecup layar ponselnya dan lalu mematikan ponselnya. Dia tersenyum bahagia karena rencana untuk mendapatkan hati Aprita sudah berhasil ia dapatkan. Dia tidak sabar ingin segera pulang dan menemuinya. dia begitu merindukan Aprita.
Keesokan harinya, Reyn mengunjungi ke kediaman sang ayah dengan maksud untuk meminta pendapat mengenai rencana penyelidikan terhadap si Boby itu.
" Ayah, ternyata dalang dibalik semua ini adalah Boby. adik ayah yang keparat itu!" ucap Reyn dengan raut wajah jengkel.
" Hm, ayah sudah menduganya. Lalu apa rencanamu?" tanya Ayah Marko.
" Kita kirimkan anak buah kita ke tempat mereka untuk menangkapnya dan kita eksekusi di markas kita." jawab Reyn.
" Jangan gegabah Reyn. Boby itu orangnya pintar, ayah yakin dia tidak akan tinggal diam saja." ucap Ayah Marko.
" Lalu bagaimana pendapat ayah?" tanya Reyn.
" Hari pernikahanmu sudah dekat, untuk sementara cukup sampai disini, kita sudah tahu siapa dalang yang sebenarnya. Kau fokus mengurus persiapan pernikahanmu dan Aprita. Ingat, dia adalah prioritasmu Reyn ! Kau jangan sampai lengah, Aprita juga orang yang harus kau lindungi dari Boby!" ucap Ayah Marko.
Reyn mengangguk mengerti ucapan ayahnya.
" Sekarang, kau temui dia, awasi dia dengan ketat karena dia sedang dalam bahaya. Urusan Boby, kita tunda dulu sampai setelah selesai bulan madu kalian." kata Ayah Marko.
Pipi Reyn menjadi merah merona ketika mendengar kata 'bulan madu'.
" Hm, ayah ada hal yang harus ayah ketahui juga. Sebenarnya, Aprita ... sedang hamil." ucap Reyn meragukan dirinya.
Dengan kepala tertunduk dia memberanikan diri mengatakan hal itu.
Ayah Marko terkejut, tapi dia malah tersenyum.
" Baguslah, berarti sebentar lagi ayah akan mempunyai cucu." jawab Ayah Marko.
" Tapi, kau yakin Aprita sedang hamil anakmu?" tanya Ayah Marko lagi.
" Ya ayah, tentu saja. Aprita bukan wanita sembarangan, aku sudah memastikannya sendiri kalau dia tidak pernah disentuh oleh pria lain, selain aku." jawab Reyn tegas.
Ayah Marko semakin melebarkan senyumannya.
" Baguslah. Ayah bangga padamu nak! jadi, tidak ada lagi alasan kamu menunda untuk membawa Aprita ke sini. segera persiapkan semuanya dengan baik, ayah akan mengutus Husen untuk membantu mempersiapkan keperluan pernikahan kalian." ucap Ayah Marko.
Husen adalah asisten Marko yang sangat setia padanya. Sampai saat ini dia sedang berdiri disamping mereka, memperhatikan obrolan mereka dan mencatat yang perlu dicatatnya.
Reyn menganggukan kepalanya, karena Reynpun sudah menganggap Husen seperti keluarganya sendiri.
" Baik ayah. terimakasih atas nasihatnya." ucap Reyn sembari memberi hormat pada ayahnya itu meskipun sedang terbaring sakit.
" Husen, tolong bantu persiapkan pernikahan putra saya sesempurna mungkin. tidak boleh ada cacat sekalipun!" ucap Ayah Marko.
" Baik Pak, saya siap membantu putra anda.." jawab Husen.
Husen tersenyum pada Reyn, Reyn membalas senyuman itu.
" Sekarang kau pergilah temui Aprita, jangan biarkan dia sendirian terlalu lama. Apalagi sedang berbadan dua, akan lebih mudah menjadi sasaran empuk." ucap Ayah Marko.
" Baiklah ayah, kalau begitu Reyn akan langsung berangkat ke Jakarta." ucap Reyn sembari bersalaman dan mencium punggung tangan ayahnya sebagai bentuk penghormatan.
Setelah itu Reyn memberi kabar ke Rios supaya operasinya ditunda dulu hingga setelah hari pernikahannya. Reyn memberinya tugas untuk merekrut anak-anak baru dan melatihnya, sementara Jordi ditugaskan untuk menyusun rencana-rencana cadangan apabila rencananya nanti gagal serta mengumpulkan dokumen-dokumen penting yang dibutuhkan Reyn.
Reyn memacu laju mobilnya dengan kencang, karena dia tidak sabar ingin bertemu Aprita. Dia sengaja tidak memberinya kabar karena ingin memberikan surprise kepada Aprita.