NovelToon NovelToon
Petualangan Danu

Petualangan Danu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Romansa Fantasi / Kisah cinta masa kecil / Cinta Seiring Waktu / Epik Petualangan
Popularitas:932
Nilai: 5
Nama Author: mengare

Bayangkan, kedamaian dalam desa ternyata hanya di muka saja,
puluhan makhluk menyeramkan ternyata sedang menghantui mu.

itulah yang Danu rasakan, seorang laki-laki berusia 12 tahun bersama teman kecilnya yang lembut, Klara.

Dari manakah mereka?
kenapa ada di desa ini?
siapakah yang dapat memberi tahuku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mengare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan awal

Para warga biasa hidup dengan damai dan baru pertama kali menghadapi serangan monster yang tidak mereka ketahui asal muasalnya. Mereka sepenuhnya bergantung pada pasukan bantuan yang datang ke desa mereka.

Anak-anak yang biasa bermain bersama di luar harus duduk bosan di rumah sambil melihat ibu mereka yang sesekali melirik ke luar, berharap bahwa baik-baik saja di luar.

Harapan yang bukan hanya dari satu atau puluhan orang, tapi ratusan orang yang tinggal di desa yang biasa mereka panggil Desa Jamur Tiram - rumah dan tempat mereka mencari mata pencaharian - agar mereka dapat hidup damai seperti sedia kala.

Tetua Jarwo hampir hilang harapan saat melihat perselisihan kekanak-kanakan dari pemimpin pasukan bantuan. Untungnya, Hayako, perwakilan dari kuil bulan, datang sebelum situasi menjadi kacau. Hayako adalah kunci keberhasilan dari rencana ini, sebagai perwakilan dari kuil.

Hayako berjalan masuk, mengabaikan pandangan tidak mengenakan dari orang yang telah hadir di sana. Dia memperhatikan peta dan menempatkan beberapa bidak lawan tanpa bertanya pendapat lainnya, lalu memberikan garis kecil dari kulit gabah yang diwarnai hitam pada area yang di selimuti kabut. Dia membuat barisan itu menjadi beberapa lapis, yang apabila semakin jauh dari hutan maka semakin jauh pula jarak antar barisnya.

"Apa maksud dari garis dan bidak ini?" tanya Bardur dengan suara berat sambil memperhatikan susunan barisan gaba dan bidak yang ada di atas peta.

"Tentu saja garis yang saya buat adalah ujung kabut dan bidak yang saya tempatkan adalah kemungkinan adanya fragmen monster kuno." jelas Hayako.

"Fragmen?!" tanya semua orang hampir serempak.

Zen mendekat dan memperhatikan lebih seksama barisan yang ada di peta.

"Fragmen monster kuno bukanlah hal yang baik. Pantas saja penerus Kuil Bulan sendiri yang datang kemari. Sedikit dari potongan jiwa atau tubuh monster kuno dapat menjadi bibit monster kuat yang menyerap energi gelapnya." pikirnya dalam hati sebelum memberikan pendapat, "tapi, bagaimana bisa ada fragmen monster kuno di desa yang damai ini? dan bagaimana kalian tahu kalau itu adalah fragmen kuno?"

"Bahkan aku juga sendiri baru mendengar hal ini." sahut Amel.

Semua orang yang hadir mengerutkan kening kecuali Hayako yang tampak tenang. Hayako tersenyum dan menunjukkan alat berupa cermin bersinar yang dia sembunyikan di dalam pakaiannya.

Hayako menjelaskan: "Kalian pasti penasaran bagaimana aku tahu," Hayako meletakkan cermin itu, "Cermin ini telah bersinar sebelum datang kemari. cermin ini mengandung sedikit energi artefak empat pahlawan sehingga akan menjadi bersinar begitu berdekatan dengan energi hitam fragmen monster kuno."

"Tapi, apa tidak mungkin kalau ini adalah energi hitam biasa dan kalaupun benar itu adalah fragmen monster kuno bagaimana bisa ada desa ini?" tanya Tetua Jarwo.

"Saya tidak mungkin keliru karena saya telah memastikan sendiri mayat monster yang kami bunuh dijalan. Sedangkan untuk alasan mengapa bisa ada di sini kemungkinan karena fragmen itu adalah spirit dari Dark Knight yang dikenal mampu membela ruang dan ber teleportasi secara bebas. Jadi, sudah biasa bila tempat yang aman tiba-tiba hilang dikemudian hari." jawab Hayako yang membuat semua orang semakin tertekan.

"Teleportasi, apa hal gila itu benar-benar bisa dilakukan?" tanya Bardur.

"Fakta kalau dalam legenda lengkapnya seperti itu, tidak dapat dipungkiri." jawab Thomas, "bahkan Dark Knight adalah yang paling merepotkan dari yang lainnya meski dia tidak sekuat Sang Malaikat yang Jatuh, tapi dia memiliki serangan mental secara luas dan kemampuan mengeluarkan portal."

"Jadi, apa yang harus kita lakukan? Dan lagi, kenapa garis yang kamu buat bahkan sampai melewati desa. Bukankah kabutnya tidak sampai sana" tanya Amel.

"Tidak untuk saat ini." jawab Hayako dengan senyum yang terkesan kosong, "kabut hitam ini adalah manifestasi dari energi hitam yang terkumpul dari makhluk hidup yang terserap di dalamnya dan akan semakin lebar seiring bertambahnya energi yang dikumpulkannya."

Hayako mengambil beberapa bidak lain dan mulai menerangkan, "Pertama, kita harus membentuk dua tim yang akan menyerang dari sisi timur dan barat hutan. Lalu, kita akan menyerang satu persatu. Sebenarnya setiap bidak yang aku tempatkan sebelumnya adalah makhluk dengan energi hitam yang mencolok. Kemungkinan, salah satu dari mereka adalah penjaga fragmen spirit Dark Knight."

"Lalu, apa yang akan kita lakukan apabila menemukan fragmen itu?" tanya Bardur yang terlihat mulai antusias.

"Saya akan meminjamkan alat penyegelan pada tiap tetua yang ada di sini. Kebetulan saya punya cukup untuk 7 orang, tapi ingat, kalian hanya dapat sekali menggunakannya dan jika gagal akan hancur ditambah lagi harus ada yang menjaga desa." jawab Hayako

"Kalau begitu kita harus mengevakuasi warga terlebih dahulu." sahut Tetua Jarwo.

...****************...

Matahari telah memperlihatkan cahayanya yang menyapu kegelapan malam. Cahaya hangat yang melewati sela-sela dedaunan rindang pepohonan dan menggelitik kulit siapa saja yang terpapar.

Desa Jamur Tiram terdengar sunyi tanpa adanya kegiatan warga yang biasa mulai aktif di pagi hari. Cangkul yang tergeletak dan halaman yang dibiarkan dipenuhi oleh dedaunan yang berguguran oleh tiupan angin, seperti tidak ada kehidupan.

Saat ini setiap kepala keluarga berkumpul pada gudang desa untuk mengambil kebutuhan untuk keluarga mereka.

...*****...

Desiran daun memancing rasa penasaran Danu yang berdiri disamping jendela sambil memijat pundak ibunya yang sedang duduk sambil memetik bagian layu kangkung yang akan dia masak.

Danu melebarkan mata, mencoba melihat lebih jelas melalui cela jendela suara desiran angin yang berhembus. Berfikir mungkin ada sesuatu yang menyenangkan di sana.

Nyonya Cendana merasa pijatan Danu agak kendur, dia menoleh pada Danu dan tersenyum. Ada rasa kepuasan yang tak jelaskan saat melihat anak laki-lakinya yang baru sembuh mengambil inisiatif memijat nya.

Lesung pipi manisnya terangkat sambil bersenandung. Dalam hati Nyonya Cendana, dia berharap kalau kedamaian ini terus berlanjut.

Dia membayangkan keluarga kecilnya tersenyum bahagia di pekarangan rumah sambil dia memperhatikan dari teras, kedua anaknya bermain bersama Kakek Surya dan Tuan Senja.

Nyonya Cendana menghela nafas, hal yang baik apabila hal itu benar-benar terjadi tapi dia cuma bisa membayangkannya di masa yang sulit ini.

tok tok

"Permisi," suara Tn. Daniel dari balik pintu, "bolehkah kami masuk?"

"Iya.. Tunggu sebentar." jawab Kakek Surya, berjalan dari kamarnya.

Nyonya Cendana menaruh sayuran yang ada di pangkuannya mencoba berdiri untuk menggantikan Kakek Surya tapi segera duduk kembali karena isyarat dari Kakek Surya.

...***...

Di luar,

Klara menggandeng tangan mamanya, mereka tampak membawa tas kulit di punggung mereka. Mereka menunggu sambutan pemilik rumah untuk masuk ke dalam.

Tak lama berselang, terdengar suara pintu kayu yang terbuka. Kakek Surya membuka pintu dan cukup terkejut dengan kedatangan keluarga Tuan Daniel ke rumahnya.

"Ooh, Tn. Daniel, silahkan masuk, silahkan masuk." sambut Kakek Surya, ramah.

"Aah, maaf, saya tidak akan berlama-lama di sini. Saya disini karena ingin menyampaikan sesuatu." jawab Tuan Senja, "Saat ini pihak kepala desa telah memutuskan untuk mengevakuasi warga, jadi saya harap anda sekeluarga segera bersiap dan berkemas."

"Ooh, " sahut Kakek Surya sambil mengangguk-angguk, "kemana evakuasi dilaksanakan?"

"Tempat evakuasi ada di tengah desa dan sekarang sedang dipersiapkan, nanti akan ada yang menjemput kita satu persatu."

"baiklah kami akan bersiap terlebih dahulu." tanggap Kakek Surya sambil bersiap kembali ke dalam rumah.

"Aah iya, saya hampir lupa. mohon maaf, Bolehkah saya titipkan keluarga saya bersama kalian." cegat Tuan Daniel.

"Loh, emangnya kamu mau kemana?" tanya Kakek Surya.

"Saya mendapat perintah untuk menyiapkan persediaan pasukan bantuan jadi saya tidak bisa menemani istri dan anak saya." Jawab Tuan Daniel lalu menunduk, memohon, "sedangkan pagi ini kabut hitam sudah mulai mendekat di rumah saya jadi saya khawatir jadi meskipun memalukan, saya mohon terima permintaan saya yang tidak tahu malu ini."

Kakek Surya menghela nafas sejenak, sebenarnya keputusan ini bukan ada padanya tapi ada pada Senja yang sedang keluar mengambil kebutuhan dari desa.

"Baiklah, tapi kami tidak bisa membantu banyak." jawab Kakek Surya dengan berat hati.

1
Mengare
kadang aku lupa ngasih kata tidak pada tulisan ku😅
Mengare
terima kasih, maaf kemarin aku ada urusan di real life jadi gak sempat nulis
Cleopatra
Saya suka banget ceritanya, terus semangat menulis ya thor!
Tsubasa Oozora
Aduh, kelar baca cerita ini berasa kaya kelar perang. Keren banget! 👏🏼
Mengare: makasih dah komen
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!