Seorang dokter muda yang idealis terjebak dalam dunia mafia setelah tanpa sadar menyelamatkan nyawa seorang bos mafia yang terluka parah.
Saat hubungan mereka semakin dekat, sang dokter harus memilih antara kewajibannya atau cinta yang mulai tumbuh dalam kehidupan sang bos mafia yang selalu membawanya ke dalam bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Saat itu Rafael menatap Liana dan Luca dengan tatapan mata yang dipenuhi keseriusan. Mereka bertiga duduk di meja makan kediaman Dokter Anton, suasana di dalam ruangan terasa sunyi dan tegang. Hanya suara jam dinding yang terdengar, menandakan betapa berharganya setiap detik yang mereka miliki.
“Kita harus membuat rencana,” Rafael memulai pembicaraan sembari menatap kedua orang di hadapannya. “Adrian tidak akan berhenti mengejar kita. Semakin lama kita berdiam diri, semakin besar kemungkinan dia menemukan kita lebih dulu.”
Luca mengangguk. “Aku setuju. Tapi kita butuh lebih dari sekadar strategi bertahan. Kita harus mulai mencari cara untuk menyerangnya lebih dulu.”
Liana yang sejak tadi diam akhirnya bersuara, meskipun suaranya terdengar sedikit ragu. “Apa yang bisa kita lakukan? Adrian punya lebih banyak orang, lebih banyak sumber daya, dan lebih banyak kekuatan dibanding kita.”
Rafael menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. “Kita tidak harus menghadapi Adrian secara langsung. Kita akan menggunakan informasi yang kita miliki. Victor meninggalkan kita petunjuk, dan aku yakin ada sesuatu yang ia sembunyikan sebelum kematiannya.”
Liana menegang mendengar nama ayahnya disebut, namun ia tetap fokus. “Maksudmu… kau ingin mencari tahu masa lalu ayahku?”
Rafael mengangguk. “Ya. Victor bukan orang biasa. Jika dia benar-benar bagian dari dunia ini seperti yang kita duga, maka pasti ada sesuatu yang bisa kita gunakan.”
Liana menggigit bibirnya, pikirannya berkecamuk. Sebuah bagian dari dirinya ingin menjauh dari semua masalah ini, tapi bagian lain dari dirinya merasa bertanggung jawab untuk memahami kebenaran. “Bagaimana kita bisa mencarinya?”
“Aku punya beberapa kontak lama yang mungkin bisa memberi kita informasi tentang Victor,” Rafael menjelaskan. “Tapi kita harus bergerak cepat dan hati-hati. Jika Adrian tahu kita sedang menggali masa lalu Victor, dia pasti akan melakukan sesuatu untuk menghentikan kita.”
Luca bersandar di kursinya, kedua tangannya disilangkan di dada. “Kalau begitu, aku akan mencoba mencari tahu lebih banyak tentang peta tua itu.”
Mata Liana membulat karena kebingungan. “Peta?”
Rafael merogoh sakunya dan mengeluarkan selembar kertas tua yang telah usang. Liana mengingat peta itu—petunjuk terakhir yang diberikan ayahnya sebelum meninggal dunia.
“Kami belum tahu pasti apa arti peta ini,” Rafael berkata. “Tapi jika ayahmu meninggalkannya untuk kita, maka pasti ada sesuatu yang penting di dalamnya.”
Luca mengambil peta itu dan mulai mengamatinya. “Aku punya beberapa orang yang bisa membantuku menguraikan ini. Aku akan mencari tahu secepat mungkin.”
Liana menatap Rafael. “Dan aku akan ikut denganmu mencari tahu tentang masa lalu ayahku.”
Rafael menatapnya dalam-dalam. “Ini bisa jadi sangat berbahaya untukmu, Liana.”
“Aku tahu.” Liana menegakkan bahunya. “Tapi ini tentang ayahku. Aku tidak bisa tinggal diam.”
Rafael menghela napas, lalu mengangguk. “Baiklah. Kita berangkat besok pagi.”
Mereka bertiga saling bertukar pandang, masing-masing menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai.
Namun, sebelum mereka sempat mengakhiri perbincangan, suara derit lantai terdengar dari luar ruangan. Rafael segera berdiri, tangannya meraih pistol di pinggangnya. Luca pun langsung bersiap.
Liana menahan napas, jantungnya berdetak kencang. Siapa pun yang berada di luar sana, mereka tidak datang dengan niat baik.
Dan di saat itulah, pintu depan diketuk tiga kali.
Mereka saling berpandangan.
Siapa yang datang kali ini?
menguras emosi dan memacu adrenalin. 🫰