Yun dan Sean adalah sepasang kekasih dengan kepribadian yang berbeda, Yun yang penyayang dan lembut mampu menaklukan sifat keras dalam diri Sean. Sean yang merupakan ketua genk motor tersohor sangat mencintai Yun, pria itu juga posesif pada Yun. Yun juga memiliki perasaan yang sama, walau sering dibuat jengkel oleh sifat kekanakan pria itu. Mereka bahagia memiliki satu sama lain, tapi...
Semuanya berubah kala Yun harus pergi, kondisi keuangan keluarganya merosot tajam. Yun tak ingin pergi, ia ingin bersama Sean. Tapi Sean berubah, pria itu membuatnya memutuskan untuk pergi dari sisinya. Ia mencoba memulai kehidupan baru dengan kepribadian baru, ia pun bertemu pria berkepribadian tak tersentuh. Sama dengan Sean, pria itu adalah anggota genk motor di kota itu. Saat pria itu tak sengaja mendekatinya, semua orang jadi menjodoh-jodohkan mereka, Yun pun memutuskan untuk dekat dengan pria sekali lagi.
Apa yang akan terjadi selanjutnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Relieved
"Kai, bukaaaa..."
Sean menggedor pintu apartemen Kai yang sudah seperti rumah kedua untuknya, selain klub malam. Pria itu sedang mabuk, tapi tak pernah salah bila harus pulang kesana.
"Kai, loe beneran marah sama gw?" Ujar Sean, pria itu menyadar disamping pintu apartemen itu. "Gw kan udah minta maaf, buat Yun, buat EXO, buat Zia juga."
Sean menghela nafas, ia berdecak kesal. "Kaiii, loe harus buka pintu. Kenapa sih loe marah selama ini? Gw kan udah pernah ngancurin mobil kesayangan loe, gw udah sering repotin loe, gw udah... Kenapa loe gak maafin gw buat masalah ini juga? Kaiii... Woyy, gw dobrak ya?"
Kai yang berdiri tak jauh dari pintu apartemennya, tanpa Sean sadari, hanya diam menatapnya.
"Kak..."
"Diam, Zee. Kakak cuman pengen ngasih pelajaran sama dia, karna gak semua hal yang dia lakuin bisa dimaafin gitu aja."
"Aku udah maafin dia, Kak. Aku juga udah relain dia, jangan siksa dia kayak gini." Ujar Zia, pelan. "Kalau Kakak kayak gini, apa bedanya Kakak sama dia? Kakak nyakitin aku juga, aku gak bisa liat dia kayak gitu."
"Zia, hati kamu terbuat dari apa sih? Kamu gak liat dia perlakuin kamu kayak gimana, huh? Kamu lupa sama apa yang dia lakuin dulu sama kamu?"
"Aku mau lupain itu, Kak..." Ujar Zia, pelan. "Aku juga udah gak banyak berharap sekarang, aku udah capek. Tapi tolong, jangan sakitin dia kayak gitu."
"Zia!!"
"Kai..."
Sean menoleh, saat mendengar suara Kai yang sedikit meninggi itu. "Kai, loe disini?" Tanyanya sambil beranjak, lalu berjalan mendekati Kai dan Zia yang sedang bersembunyi dibalik tembok.
Kai memutar matanya, lalu menghampiri Sean yang hampir terjatuh. "Loe ngapain disini?"
"Kai, maafin gw." Ujar Sean, pelan. "Maafin gw, Kai, gw gak akan begitu lagi, gw janji."
"Masuk dulu, loe bau alkohol." Ujar Kai sambil menarik tubuh Sean untuk masuk kedalam rumahnya, Zia tersenyum melihat sikap kakaknya itu. Separah apapun kesalahan Sean, kakaknya pasti akan memaafkannya, Zia tau itu. Walau ia harus sakit melihat Sean yang lagi-lagi mabuk, Zia tak apa, dia tau apa yang Sean lakukan adalah untuk melampiaskan rasa bersalahnya, rasa bersalahnya pada Yun.
***
"Udah gw bilang, loe istirahat aja yang bener." Omel Wendy, membuat Dega berdecak kesal.
"Gw cuman jalan-jalan bentaran doang, sumpek tau disini terus." Protes Dega, sebal. Dia hanya ingin mencari angin di taman, karna Yun belum muncul dari sejak siang tadi.
"Loe bisa kan liat jendela, loe belum pulih bener. Kalo masuk angin, tambah parah lagi, mau loe?"
"Besok gw pulang, Wendy!!" Ujar Dega, tak mau kalah.
"Ada apa?" Tanya Yun, begitu Wendy membuka pintu kamar Dega untuk mengantar pria itu kembali kesana.
"Nih, bandel banget." Ujar Wendy, sebal.
"Aku bosan, Sayang..." Rajuk Dega, membuat Wendy diam-diam tersenyum geli. "Kenapa loe?" Tanya pria itu, galak.
"Dih, galak bener." Ujar Wendy, sebal. "Sana, sama pacar loe!!" Ujarnya sambil mendorong Dega kearah Yun, membuat gadis itu memeluknya dengan sigap.
"Makasih..." Ujar Dega, tapi Yun menatapnya tajam.
"Dari mana aja kalian?" Tanya gadis itu, curiga.
"Hm, dari taman, jalan bentar."
"Berdua?"
"Gw susulin dia, Yun." Jawab Wendy, tersenyum maklum. "Dia kabur dari perawat dan sembunyi di taman, bandel banget."
"Gw gak kabur, loe nya aja yang lebay." Ujar Dega, kesal. "Beneran, Yun. Aku cuman bosan, pengen nyari angin."
"Ya, nyari angin malem-malem." Ujar Wendy, membuat Dega ingin menutup mulutnya.
"Hei, kalian..." Sapa Jay, tiba-tiba pria itu muncul. "Apa kabar? Kangen gak sama gw yang ganteng ini?"
"Jay, loe kok bisa ada disini?" tanya Wendy, heran. "Bukannya loe dihukum bokap ya? Gak dapet jatah duit lagi?"
"Eh, duit mah gampang buat Jay mah." Ujar Jay, songong. "Tinggal atur tempat, langsung pada nyetor." Ujarnya, lagi.
"Yang kemarin gimana tuh?" Ujar Dega, setengah menyindir.
"Yang kemarin mendadak, gw gak sempet survey tempat. Lagian gw udah hajar yang rekomen kok, tenang aja."
"Hajar aja terus, padahal dia yang salah. Udah ngerjain mereka, kena senjata makan tuan pula."
"Eh, masih mending ya loe gak harus berhadapan sama kepolisian, gw nih berhadapan sama bokap." Ujar Jay, kesal.
"Utututu... Jadi anak tunggal polisi emang gak enak." Ujar Wendy, setengah meledek.
"Cuyy, ada yang baru jadian lho." Ujar Jay, membuat Dega dan Yun yang sedari tadi asyik dengan dunianya sendiri menoleh.
"Siapa?" Tanya Yun, penasaran.
"Gak peka deh, masa gak sadar dari tadi?" Ujar Jay sambil menatap Wendy, membuat gadis itu memalingkan wajahnya.
"Hmm, gw banyak kerjaan, maaf..." Ujar Wendy, tapi Jay menahan pintunya.
"Mau kemana? Peje dong, kan gw mak comblangnya." Ujar Jay sambil memainkan alisnya, membuat Wendy menatapnya kaget.
"Sejak kapan loe..."
"Beneran, Wen? Sama siapa?" Tanya Dega, penasaran.
"Dih, nih dua anak sama kagak pekanya." Ujar Jay, membuat Wendy menatapnya tajam. Tiba-tiba ponsel Jay berbunyi, membuat pria itu segera mengambil ponselnya. Ia tersenyum senang, lalu menjawab panggilannya.
"Loe ngapain nahan Wendy, cepetan buka pintu!!"
Teriakan Josh yang di loudspeaker membuat Jay terbahak, sedangkan yang lain hanya terdiam kaget.
"Josh, ngapain sih loe pake teriak?" Ujar Wendy, kesal.
"Hahaha!!"
spirit thor