Hari dimana Santi merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke 25, semuanya tampak berjalan dengan baik. Tapi itu hanyalah awal dari bencana besar yang akan dia hadapi. Tanpa diduga, hal yang tidak pernah disangka oleh Santi adalah, Dani suami yang selama ini dicintainya itu akan meminta cerai padanya, karena dia telah menjalin hubungan terlarang dengan seorang wanita berusia 20 tahun dibelakangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam
Santi bersiap-siap untuk pergi keluar malam ini.
Setelah memeriksa lemarinya beberapa kali, Santi akhirnya memutuskan mengenakan setelan celana panjang hitam, sepatu hak tinggi 10 cm. Dia memutuskan untuk menggunakan makeup tipis merias dirinya.
Ada sesuatu yang menarik perhatiannya, yaitu kilauan di tangannya. Dia tidak dapat menahan diri untuk tidak menatap cincin kawinnya.
Setelah beberapa menit merenung, Santi melepas cincin kawin dan cincin pertunangannya, lalu menaruhnya di kotak perhiasan lamanya.
Beberapa saat kemudian, Julia datang menjemput Santi.
"Kau tampak anggun, kau pasti akan membuat para pria terpesona." Kata Julia.
Santi hanya tersenyum.
"Aku sungguh ragu di usiaku saat ini aku bisa membuat pria terpesona. Tapi aku akan merasa lega jika tidak menimbulkan rasa kasihan dari orang-orang. Hal terakhir yang ingin aku dengar adalah, aku akan diejek sebagai wanita tua malang yang ditinggalkan suaminya." Ujar Santi.
"Santi, kita belum tua. Kurasa trauma terbesarmu adalah karena dia meninggalkanmu demi gadis yang lebih muda." Balas Julia.
"Kita tidak seumuran, kau jauh lebih tua," goda Santi kepada temannya itu.
"Kau jahat! Kita akan beritahu semua orang bahwa kau adalah kakak perempuanku," jawab Julia, dan mereka berdua tertawa terbahak-bahak.
"Terima kasih, Julia. Kau teman yang baik," kata Santi.
"Kau akan lihat, semuanya akan segera kembali normal. Kau hanya perlu memberikan waktu dan membiasakan diri dengan kenyataan baru ini." Ucap Julia.
...----------------...
Sementara itu, Dani Prasetya sedang berada di mobilnya. Dia hendak makan malam bersama Clara untuk merayakan ulang tahun Clara yang ke-21.
"Kita akan ke klub setelah makan malam, kau sudah berjanji padaku, Dani," kata Clara.
"Kita bisa melakukannya lain kali. Pahamilah, aku lelah. Aku sudah bekerja setiap hari, dan aku tidak ingin pergi ke tempat dengan musik keras, didorong-dorong, dan diinjak. Kau bisa pergi bersama teman-temanmu," kata Dani padanya.
Setelah sampai di restoran, seorang pelayan mengantar Dani ke mejanya dan menyerahkan daftar menu kepadanya. Tempat itu sangat eksklusif dan mewah.
Dani mengenali beberapa orang yang ada di restoran itu, termasuk Satria, putrinya, tunangan putrinya, dan calon besannya.
Mobil Julia juga berhenti di restoran eksklusif itu. Mereka baru saja masuk ketika mereka berpapasan dengan beberapa teman lainnya. Mereka semua lalu berjalan dengan bersemangat, sementara Guntur menunggu di dalam restoran. Begitu dia melihat Julia dan Santi tiba, dia langsung berdiri di depan pintu masuk.
"Julia, Santi!" Ucapnya.
Guntur juga menyapa teman-teman Julia lainnya, seorang wanita bernama Ana, suaminya Tedi, dan seorang pria bernama Jordi.
"Silakan duduk, Santi," kata Guntur sambil menarik kursinya.
Guntur duduk di samping Santi. Pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka. Guntur lantas memesan minuman untuk dirinya sendiri dan secara khusus memesan minuman terenak yang ada di restoran itu untuk Santi.
Guntur melihat Santi dan berkata, "Kau akan menyukainya, lihat saja nanti!" komentarnya.
Obrolan berlangsung seru, penuh dengan cerita-cerita dari perjalanan Julia.
"Bagaimana menurutmu tentang minuman itu?" Tanya Guntur pada Santi dengan menatapnya dan tersenyum.
"Enak... Hmmm maaf," kata Santi.
"Kenapa kau meminta maaf?" Tanya Guntur dan dia menatapnya lagi.
"Untuk botol waktu itu dan karena bersikap tidak ramah." Jawab Santi.
"Bagaimana kalau kita mulai lagi? Senang bertemu denganmu, aku Guntur Prayoga, seorang pelukis Bali berusia 38 tahun," kata Guntur.
"Senang bertemu denganmu juga, aku Santi Amalia, 45 tahun, kakak perempuan Julia," jawabnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Senang bertemu denganmu, Santi Amalia." Balas Guntur.
Makan malam itu berlangsung dengan tawa dan percakapan yang menyenangkan.
Setelah selesai makan, Julia ingin mengajak mereka pergi ke sebuah cafe untuk minum kopi dan mendengar permainan musik yang ada di cafe itu.
"Santi, ikutlah dengan kami. Kau pasti suka mendengar suara merdu dari penyanyi di cafe itu," ucap Julia.
Tapi Santi menolak. Dia menggelengkan kepalanya mengaku lelah dan ingin pulang saja.
"Aku akan pulang naik taksi saja." Ucap Santi.
"Kalau begitu, biar aku antar kau pulang. Aku tidak akan membiarkanmu naik taksi sendirian," desak Guntur.
"Tidak, tidak boleh. Antar dia dengan mobilku, kita bisa bertemu di cafe itu nanti. Aku akan mengirimkan alamatnya padamu," kata Julia pada Guntur.
Santi lalu berpamitan kepada semua orang. Lalu berjalan menuju lift bersama Guntur.
"Kau tidak perlu mengantarku. Aku bisa pulang sendiri," kata Santi.
"Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian di jalanan," jawab Guntur.
Pintu lift terbuka, Santi melangkah masuk dan memposisikan dirinya di belakang. Guntur mengikutinya dan berdiri di sampingnya. Orang lain masuk dan berdiri di depan mereka. Pintu tertutup, dan lift mulai turun. Pintu lift terbuka lagi, dan orang-orang di depan mereka keluar, dan ada orang lain lagi yang masuk. Santi menoleh ke samping.
"Apakah kau berencana pergi ke Jakarta bersama Julia?" Tanya Guntur.
Santi menoleh dan melihat Dani berdiri di depan mereka bersama Clara.
"Santi!" Seru Guntur karena Santi tak menggubrisnya.
"Julia tidak mengatakan kapan dia akan pergi, tapi tentu saja aku akan pergi untuk melihat pameran mu," kata Santi.
Dani Prasetya berbalik dan melihat Santi.
"Santi!" Seru Dani, terkejut.
"Hai Dani. Maaf, aku tidak mengenalimu tadi. Ini Guntur Prayoga, dan dia Dani Prasetya," kata Santi seolah-olah itu sudah cukup.
"Senang bertemu dengan Anda, Pak Dani," sapa Guntur.
"Senang bertemu denganmu. Ini Clara, partnerku," kata Dani.
Dani lalu hanya bisa mematung.
"Jadi, kalau kau mau ke Jakarta, aku harus menyiapkan sambutan untukmu. Lebih tepatnya, aku punya kejutan untukmu," kata Guntur bersemangat.
Dia menatap Santi dan tersenyum.
"Bagaimana kalau aku tidak bisa pergi?" Tanya Santi.
"Kalau begitu, kau bisa mengunjungi ku di Bali. Bayangkan saja, kau, Julia, dan aku berjalan-jalan di Bali." Ucap Guntur.
Lift berhenti, dan mereka berempat keluar.
Begitu mereka keluar, Guntur meletakkan tangannya di punggung Santi.
"Katakan padaku di mana mobilnya," kata Guntur.
"Kurasa di sana." Ucap Santi.
Sementara itu, Dani masuk ke mobilnya dan melihat Santi berjalan melewati tempat parkir.
Akhirnya mereka tiba di mobil Julia yang berada di area yang disebutkan Santi.
Guntur membukakan pintu mobil itu agar Santi masuk.
"Terima kasih," kata Santi, dan Guntur menatapnya.
"Apa yang kukatakan di lift itu benar. Aku ingin kau pergi ke Jakarta, dan jika kau tidak bisa, aku ingin kau datang mengunjungi ku di Bali," katanya.
"Aku juga bersungguh-sungguh. Aku akan datang menemui mu di Jakarta," kata Santi sambil tersenyum.
Dia lalu masuk ke dalam mobil, dan Guntur menutup pintunya. Dia berbalik dan masuk ke dalam mobil, melaju menuju rumah Santi. Sepuluh menit kemudian, mobil itu berhenti di depan rumah Santi.
"Terima kasih." Kata Santi sambil membuka sabuk pengamannya.
Guntur keluar dari mobil dan membuka pintu, lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Santi turun dari mobil.
"Aku akan memberi tahumu sesuatu yang mungkin bisa membantumu, atau mungkin juga tidak. Pria itu meninggalkanmu demi seseorang yang lebih muda, dan wanitaku meninggalkan aku demi seseorang yang lebih tua dan lebih kaya. Masalahnya bukan pada kita. Tapi masalahnya ada pada mereka. Mereka tidak tahu apa yang mereka inginkan atau mereka tidak puas dengan apa yang mereka miliki." Ucap Guntur.
Santi terkejut mendengar ucapan Guntur.
"Awalnya, aku juga sama sepertimu. Namun seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa ini yang terbaik. Aku pantas mendapatkan lebih dari apa yang kumiliki. Percayalah, kau juga akan sampai pada kesimpulan itu. Beristirahatlah, Santi. Kita akan bertemu lagi di Jakarta." Kata Guntur dan tiba-tiba mengusap kepala Santi.
Dia lalu kembali ke mobil tetapi tidak segera pergi sampai Santi memasuki rumahnya.
Bersambung....
🖕(dani aki2🤮clara cabe2an)