Drabia tidak pernah di sentuh suaminya selama menikah. Karena sebelumnya Ansel mendengar gosib tentang dirinya yang pernah tidur dengan pria lain sebelum menikah.
Di saat Ansel akan menceraikannya, Drabia pun meminta satu hal pada Ansel sebagai syarat perceraian. Dan setelah itu jatuhlah talak Ansel.
Apakah yang di minta Drabia?, akan kah Ansel memenuhi permintaan Drabia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15.Aku bukan istrimu lagi
"Aaaaaaa...!" Drabia berteriak kesakitan dan langsung pingsan. Saat Ansel menyatukan tubuh mereka dengan kasar. Sekali hentak langsung berhasil menembus mahkota Drabia.
"Drabia" gumam Ansel melihat Drabia pingsan. Ansel menelan air ludahnya, ternyata Drabia masih suci. Ansel juga merasakan itu saat menghentakkan tubuhnya.
Ansel memisahkan tubuh mereka, Darah langsung mengalir dari tubuh Drabia. Menandakan Drabia benar benar masih suci.
"Maaf! maaf! maaf!" ucap Ansel menyesali perbuatannya. Entah setan apa yang merasukinya sehingga tega memperlakukan Drabia tak berperasaan seperti itu.
Ansel mengangkat tubuh itu, membawanya masuk ke kamar yang di tempati Drabia di rumah itu. Ansel meletakkannya sangat pelan di atas kasur. Ansel mengusap wajahnya kasar, dan terus beristiqfar.
"Tuhan, apa yang sudah kulakukan?."
Mengetahui kenyataan Drabia masih suci, menjadi sebuah tamparan bagi Ansel yang terus menghinanya. Ternyata Drabia tidak seburuk yang dia bayangkan.
Ansel pun memandangi wajah lelap Drabia. Wajah cantik dan terlihat anggun setelah memakai hijab. Gadis itu benar benar merobah penampilannya setelah sah menjadi istrinya.
Apa yang harus dilakukannya sekarang?. Ansel sendiri tidak tau, apakah Drabia masih sah menjadi istrinya atau tidak, kerena itu permintaan Drabia sebagai syarat jatuhnya talaknya. Dan apakah dia akan benar menceraikan Drabia setelah merenggut kesuciannya tanpa perasaan?.
Ansel yakin Drabia sudah membencinya dan tidak akan memaafkannya. Begitu juga dengan Pak Ilham, Ayah Drabia sendiri. Hanya karena teropsesi ingin mendapatkan gadis yang suci, Ansel tega menyakiti Drabia.
Ansel pun membersihkan tubuh Drabia dan merapikan kembali pakaiannya. Lalu mencoba membangunkan Drabia dari pingsannya.
Drabia yang merasakan aroma menyengat masuk ke ronggga hidungnya langsung terbangun.Saat membuka kelopak mata, ia melihat Ansel duduk memandanginya.Ansel menyentuh tangannya dan meremasnya dengan lembut.
" Maaf!"
Drabia mengerutkan keningnya, apa yang telah terjadi?, pikirnya. Kenapa Ansel meminta maaf dengan raut wajah penuh penyesalan?.
"Maaf, sudah menyakitimu" ucap Ansel lagi.
Drabia masih bingung.
"Aku minta maaf sudah melakukan kekerasan s*ksual padamu."
Drabia menajamkan pandangannya ke wajah Ansel. Air matanya langsung mengalir setelah mengingat apa yang sudah dilakukan Ansel padanya. Sakit, bukan hanya tubuhnya saja yang sakit, tapi hatinya lebih sakit dari pada luka robekan itu.
Drabia berusaha mendudukkan tubuhnya untuk turun dari atas tempat tidur. Saat kakinya melangkah, Ansel menahan tangannya.
"Aku bukan istrimu lagi Ansel Arshaka Budiman!!!" bentak Drabia menarik kasar tangannya dari genggaman Ansel." Aku bukan istrimu lagi, kamu sudah memenuhi permintaanku."
Ansel menggeleng gelengkan kepalanya." Kamu istriku Drabia. Kamu masih istriku" lirih Ansel.
"Setelah apa yang sudah kamu lakukan?." Drabia tersenyum ketir ke arah Ansel."Gak Ansel, cukup aku bertahan sampai di sini."
Drabia melangkahkan kakinya kembali, namun Ansel langsung memeluknya, sehingga langkahnya terhenti. Drabia memejamkan matanya, dia sangat mendambakan pelukan itu selama ini. Tapi dia malah mendapatkannya setelah luka di hatinya menganga.
"Maafkan aku" ucap Ansel.
"Aku bukan istrimu lagi Ansel. Lepaskan!" lirih Drabia dengan bibir bergetar. kemudian mendorong kuat tubuh Ansel sampai pelukannya terlepas. Drabia berlari keluar dari rumah itu ke luar dari gerbang.
"Drabia! awas!" teriak Ansel
Brukk!
Drabia terpental ke trotoar jalan dan berguling guling setelah sepeda motor menyerempetnya saat akan menyebrangi jalan.
"Drabia!" Ansel langsung berlari mendekati Drabia yang sudah tidak sadar diri. Ansel mengangkat tubuh itu membawanya berlari masuk ke dalam mobilnya dan segera membawanya ke rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, Ansel langsung membawa Drabia masuk ke ruang UGD.
"Dok tolong istri saya, dia baru mengalami kecelakaan" heboh Ansel kawatir sambil meletakkan tubuh Drabia di salah satu brankar kosong.
"Bapak silahkan tunggu di luar" ucap seorang perawat mengusir Ansel.
Ansel langsung keluar dan mendudukkan tubuhnya di kursi tunggu. Mengusap kasar wajahnya dan menyugar rambutnya ke belakang. Entah kenapa tiba tiba jantungnya berdebar, kawatir terjadi hal buruk pada Drabia, itu semua salahnya. Setan apa yang merasukinya sehingga dia tega berbuat kasar pada Drabia?.
Tak lama menunggu, pintu ruangan UGD terbuka, nampak seorang perawat keluar. Ansel langsung berdiri dari tempat duduknya saat perawat itu menyuruhnya masuk.
Di dalam ruang UGD, Ansel melihat Drabia sudah sadar, dan luka lukanya juga sudah selesai diobati, tinggal memindahkan Drabia ke ruang rawat.
Ansel melangkahkan kakinya ke arah meja Dokter untuk mendengarkan penjelasan.
"Bagaimana keadaan istri saya Dok?" tanya Ansel setelah mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada di depan meja Dokter.
'Istri?' batin Drabia yang berada di atas brankar. Semenjak kapan dia di akui istri?.
"Istri Anda mengalami luka ringan, tidak ada yang perlu di kawatirkan. Meski begitu, istri Anda harus tetap di rawat" jawab Dokter yang menangani Drabia. Ansel bernapas lega.
Ansel pun mendekati Drabia yang masih terbaring di atas brankar. Ansel menyentuh tangannya. Drabia langsung menepisnya dan membuang muka.
"Menghilanglah dari hadapanku, jika kamu masih ingin bisa menghidup udara bebas" ucap Drabia pelan, berbicara dengan merapatkan gigi giginya.
Ansel menggeleng gelengkan kepalanya.
"Waktunya pasien di pindah ke ruang rawat ya Pak" ucap seorang perawat yang siap mendorong brankar Drabia.
Ansel menjauhi brankar itu membiarkan perawat membawa Drabia ke ruang perawatan, lalu mengikutinya dari belakang.
Sampai di ruang peratan, setelah perawat pergi, Ansel mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada di samping Drabia.
"Pergilah, aku sudah menyuruh Ayah mengurusku ke sini" ucap Drabia, setelah dia sadar di ruang UGD, Drabia sempat mengirim pesan pada ayahnya sebelum Ansel di suruh masuk."Ingat Hafshah" cibirnya.
Ansel terdiam membeku, dia hampir lupa dengan Hafshah. Padahal demi bisa menikahi wanita itu, ia tega memperlakukan istrinya sendiri dengan kasar.
"Perjuanganku mempertahankan pernikahan kita sudah cukup sampai di sini" ucap Drabia lagi dengan suara tercekat di iringi air mata menetes dari sudut matanya.
Meski Ansel sudah menyakitinya, tapi rasa cinta itu tidak langsung hilang begitu saja. Ingin rasanya Drabia membenci lelaki itu, tapi rasa cinta itu mengalahkanya. Namun Drabia tidak ingin disakiti Ansel, sehingga ia memilih untuk melepaskan laki laki itu. Karena mengharapkan Ansel sama dengan sakit hati. Sudah cukup di sini saja.
Ansel masih membeku tidak tau harus mengatakan apa pada Drabia. Setelah semua yang menyakitkan ia lakukan pada Drabia, kenapa perasaannya terasa berat saat Drabia melepasnya?.Bukankah dia tidak mencintai Drabia?. atau tidak sadar dia juga mencintai Drabia.
"Pergilah Ansel jika kamu tidak ingin kubenci seumur hidupku. Dan juga, untuk apa kamu di sini?, aku bukan istrimu lagi" ucap Drabia lagi melihat Ansel membeku di tempat duduknya.
"Drabia, aku minta maaf!" lirih Ansel meraih tangan Drabia kembali.
"Jangan menyentuhku!" Drabia langsung menarik tangannya kasar.
*Bersambung