Bagaimana jadinya jika wanita yang telah ia rebut suaminya menikahi Ayahnya?
Ya, Dia adalah Maya, Wanita yang rumah tangganya di hancurkan oleh Vanya Adiyaksa Abrisam, Membalas perbuatan sang pelakor dengan balasan yang tidak pernah Vanya bayangkan sebelumnya.
Dengan bermain cantik, Maya diam-diam mendekati Adiyaksa Abrisam yang tak lain adalah Ayah dari Vanya sang pelakor hingga berhasil menikahinya.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah menjadi satu keluarga?
Ikuti keseruan pembalasan istri sah terhadap pelakor yang akan tersaji dalam Novel "Menikahi Ayah Pelakor"
Karya : Noor Hidayati
Add FB : I'tsmenoor
Instagram @_itsmenoor
Tiktok @itsmenoor12
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khayalan
Senyum Alvin tiba-tiba terhenti saat Maya dengang keras menendang bagian vi'talnya.
"Aowww..." Alvin langsung melepaskan cengkeramannya dan beralih memegangi benda yang menjadi kebanggaan laki-laki tersebut.
"Apa yang sedang kau pikirkan Alvin?"
"Jadi tadi hanya khayalan ku saja?" batin Alvin sambil menahan ngilu yang luar biasa.
"Maya... Apa ada orang di kamar mu?" tanya sang ibu.
"Aaaaaaaaaaa... Tolooooong...." melihat Maya berteriak, Alvin menjadi panik dan langsung melompat dari jendela, Sementara Abrisam yang berdiri di luar pintu bersama calon mertuanya, Langsung mendobrak pintu kamar Maya yang masih terkunci.
"Aowww... Sialllll..." ucap Alvin yang tersungkur hingga lututnya tertusuk sesuatu di bawah jendela.
"Maya! Apa yang terjadi?" tanya Abrisam yang berhasil membuka pintu.
"A-ada seseorang menyelinap masuk ke kamar ku," ucap Maya yang berlaga panik.
Mendengar hal itu, Abrisam melihat jendela yang terbuka dan langsung mendekati jendela tersebut.
Alvin yang menahan ngilu dan rasa sakit di lututnya, Susah payah meninggalkan kamar Maya sambil sedikit menyeret sebelah kakinya.
Abrisam yang melihat sosok pria berbaju putih belum jauh dari penglihatannya mencoba melompat dari jendela. Namun Maya segera menarik kembali tangan Abrisam untuk menghentikannya.
"Mas Adi..."
Abrisam menatap Maya sekilas dan melihat sosok pria tersebut yang kini telah menghilang di pekatnya malam.
"Mas Adi Aku takut sekali," ucap Maya yang langsung memeluk Abrisam dengan tangisan palsunya.
"Tenanglah Sayang, Tidak terjadi apapun." dengan penuh kelembutan Abrisam mengusap-usap rambut Maya, kemudian mengecup pucuk kepalanya.
"Aku tidak tau apa yang akan terjadi jika Mas Adi tidak datang kemari."
Mendengar hal itu Abrisam menjadi merasa bersalah pada Maya, Ia yang datang karena meragukan Maya, Tapi yang terjadi Maya tengah dalam bahaya mu.
"Maafkan Aku Sayang... Maafkan Aku," Abrisam memeluk erat Maya dan membuang jauh-jauh segala keraguan di hatinya.
"Ehem..!!!"
Abrisam langsung melepaskan pelukannya begitu menyadari calon ibu mertuanya berada di dekat mereka.
"M-maafkan Aku ibu," ucap Abrisam.
"Tidak apa-apa Nak Abrisam, Untung kamu datang, Jika tidak ntah apa yang terjadi pada Maya."
"E... Maya, Apa kamu sempat melihat seperti apa wajahnya?" tanya Abrisam.
"A... E... Aku tidak begitu jelas melihatnya karena dia datang saat Aku sudah tidur."
"Apa dia mencoba menyentuh mu atau dia ingin mencuri sesuatu?"
"Aku tidak tau, Begitu dia masuk, Aku langsung menjerit, Dan karena jeritan itu, Dia lari ketakutan."
"Baiklah, Tidak masalah yang penting kamu tidak papa, Jangan khawatir ini malam terakhir mu di sini, Besok kamu akan tinggal bersama ku, Kamu akan lebih aman disana." Abrisam kembali memeluk Maya. Dalam hatinya ada sedikit rasa bersalah karena telah meragukan Maya. Namun hal itu juga membuat hatinya semakin yakin jika Maya tidak akan pernah melakukan seperti apa yang ia dengar dari Vanya yang tengah berbicara di telfon.
"Alvin... Vanya... Kalian pikir kalian akan berhasil menggagalkan pernikahan ini? Hmm... Jangan pernah bermimpi!" batin Maya yang semakin ingin membalas dendam terhadap mereka berdua.
"Sayang... Apa menurutmu itu hanya maling, Bukan mantan suami mu yang tidak rela kamu akan menikah lagi?"
"Kejadiannya begitu cepat, Aku juga baru bangun tidur, Aku benar-benar tidak tau."
"Baiklah tidak masalah, Malam ini tidurlah dengan ibu mu, Aku tidak ingin dia kembali lagi dan berbuat sesuatu pada mu."
"Maafkan Aku Tuan Adiyaksa Abrisam, Aku tidak mengatakan jika Alvin adalah mantan suami ku yang di rebut oleh putri mu karena Aku ingin mereka hidup dalam kecemasan, Aku tidak ingin melihat mereka tenang sebelum Aku membalaskan dendam ku pada mereka berdua."
batin Maya sembari menganggukkan kepalanya menuruti perintah Abrisam yang memintanya tidur dengan ibunya.
•••
Dengan jalan terpincang-pincang Alvin sampai di rumahnya.
Vanya yang sudah menunggunya sejak tadi langsung berlari menyambutnya.
"Alvin... Apa yang terjadi dengan mu? Bagaimana rencana kita, Apakah kamu berhasil melakukannya?"
"Vanya! Tidak bisakah kamu melihat luka di kaki ku?!"
Vanya terdiam melihat lutut Alvin yang berdarah dengan celana robek di bagian lutut.
"Apa ini artinya kamu gagal menjalankan rencana kita?"
"Vanya! Tidak bisakah kamu melupakan itu sejenak dan pergi mengambil kotak obat untuk mengobati luka ku?"
"Tidak Alvin! Kamu harus jawab dulu, Kenapa kamu bisa seperti ini, Apa kamu ketahuan oleh Ayah, Apa Ayah menghajar mu hingga kamu terluka seperti ini?"
"Vanya benar-benar tidak mempedulikan ku sama sekali, Dia hanya mementingkan dirinya sendiri." batin Alvin kesal.
"Alvin! Kenapa kamu diam saja?!"
"Vanya! Aku terjatuh saat melarikan diri, Ayah mu tidak sempat mengetahui jika itu Aku yang datang ke kamar Maya, Apa skarang kamu bisa obati luka ku?!"
Dengan sedikit mengerucutkan bibirnya. Vanya pergi mengambil kotak obat.
"Aowww..."
"Mas Alviiiin... Kamu terluka?" Maya yang melihat pipi Alvin tergores alat pencukur, Langsung merasa panik dan berlari mengambil kotak obat. Dengan sangat hati-hati Maya membersihkan darah yang mengalir hingga ke tulang rahangnya.
"Apa ini sakit?" tanya Maya yang terlihat begitu khawatir.
"Bagaimana Aku merasa sakit jika kamu mengobatinya dengan penuh cinta seperti ini." Alvin menarik pinggang Maya hingga tubuh keduanya merapat sempurna.
"Benarkah, Bagaimana kalau begini?" Dengan senyum penuh arti, Maya menekan luka tersebut dengan kuat.
"Aowww... Maya janagn terl..." ucapan Alvin terhenti saat melihat Vanya yang ada di hadapannya sambil mengobati lukanya.
Vanya yang mendengar nama Maya keluar dari bibir suaminya pun terlihat begitu marah padanya.
"Apa kamu membayangkannya?!"
"Vanya Aku hanya..."
"Hanya apa? Hanya mengingat bagaimana ia mengobati mu dan membandingkan cara ku mengobati mu?"
Alvin tidak bisa menyangkal. Ia memang selalu teringat pada perlakuan lembut mantan istrinya ketika tidak mendapat perlakuan yang baik dari Vanya.
"Alvin! Jangan bilang kalau alasan yang sebenarnya adalah kamu masih mencintai Maya hingga tidak rela melihat Maya menikah dengan Ayah ku!"
"Itu tidak benar, Alasnya sudah jelas, Kita sudah membahasnya kemarin," ucap Alvin datar.
Meskipun Alvin mengatakan itu. Namun Vanya masih tidak percaya dengan apa yang Alvin katakan. Hal itu membuat dirinya yang semula ingin menggagalkan pernikahan Ayahnya dan Maya, Berpikir untuk melancarkan pernikahan tersebut agar Alvin tidak lagi memiliki kesempatan untuk kembali pada Maya.
Bersambung...
📌 Mohon di koreksi jika banyak typo 🙏
Dan Mohon maaf jika Update nya belum maksimal, Saya hanya Irt yang sibuk dengan segala macam aktivitas rumah tangga dan masih harus mengurus anak kecil dan menjaga ibu saya yang tengah sakit, Jadi buat yang sabar silahkan di ikuti, Buat yang tidak sabar saya tidak memaksa, Apapun itu terimakasih untuk kalian semua 😘❤️