NovelToon NovelToon
Pria Kedua

Pria Kedua

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Patahhati / Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 5
Nama Author: Lisa

Aira tidak pernah berharap menikah untuk kedua kalinya. Namun dia menyangka, takdir pernikahan pertamanya kandas dengan tragis. Seiring dengan kepedihan hatinya yang masih ada, takdir membawanya bertemu dengan seorang pria.


"Aku menerimamu dengan seluruh kegetiran dan kemarahanmu pada seorang lelaki. Aku akan menikahimu meski hatimu tidak tertuju padaku. Aku bersedia menunggu hatimu terbuka untukku," ujar pria itu.

"Kamu ... sakit jiwa," desis Aira kesal sambil menggeram marah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seseorang di ruang tamu

"Kenapa kalian berdua berwajah sama, muram?" tegur Aira yang muncul tiba-tiba. Ini membuat Kisi dan bik Misnah berjingkat kaget.

"Kak Aira ..." seru Kisi gemas. Bik Misnah mengelus dadanya.

"Segitu kagetnya. Memang sedang ngomongin apa?" di tanya begitu mereka kebingungan. Aira terus melangkah menuju meja makan. Dia hendak makan malam.

"Sudah saya siapin, Non. Baru saja mau antar ke kamar." Bik Misnah menunjukkan nampan berisi nasi, lauk pauk dan sayur dalam wadah berbeda.

"Aduh ... aku bukan orang sakit. Terima kasih sudah mau membawakan untukku." Aira melongok ke nampan tadi.

"Bik, bawa camilan di rak atas keluar." Mama muncul lagi memberi perintah. Kemudian masuk lagi ke ruang tamu.

"Iya."

Aira yang berdiri paling dekat dengan rak yang di maksud mama segera mengambilnya.

"Sudah ... Non Aira makan malam dulu."

"Iya sebentar lagi. Aku akan membawa ini keluar dulu baru makan." Aira dan Bik Misnah melebarkan mata terkejut.

"Jangan, Non," seru bik Misnah setengah berteriak. Kisi juga panik. Keduanya mendekat ke arah Aira.

"Taruh saja, Kak. Biar aku atau bik Misnah yanh membawanya." Kali ini Kisi yang berusaha mencegah.

"Kalian ini kenapa, sih? Sudah biar aku mengantarkan cemilan ini ke depan." Aira melesat ke depan.

"Aduh, bagaimana ini Non. Non Aira pasti akan segera tahu," ujar Bik Misnah setengah gemetar dan panik.

"Aku juga tidak tahu, Bi. Aku ..."

Pyar!!

Belum selesai Kisi bicara, dari depan terdengar suara pecahan. Di susul suara mama yang histeris.

"Bik! Bik Misnah! Cepat kemari!" Kisi dan Bik Misnah segera menuju asal suara, yaitu ruang tamu. Aira tengah berdiri tegang dengan pecahan kaca dari toples camilan yang di pegangnya tadi berserakan.

"Kakak ..., desis Kisi yang tahu apa yang sedang terjadi.

Aira menuju ke depan untuk membawa toples berisi camilan yang di minta mama. Bibirnya bersiap memasang senyum karena kemungkinan ini tamu penting mertua. Langkah kakinya di buat ringan.

Ternyata di ruang tamu itu ada hampir empat orang paruh baya. Kemudian Mama, Papa dan ... seseorang yang dia tahu siapa dia.

"Nara ...," desis Aira tertahan. Rasa marahnya naik. Seketika senyuman yang di siapkan lenyap. Mendengar suara Aira, mama menoleh.

"Aira." Mama terkejut menantunya, sudah berada di dekat sofa. Beliau beranjak berdiri dan menghampiri Aira. "Kenapa kesini? Bukannya mama menyuruh Bik Misnah." Mama kebingungan dengan munculnya perempuan ini. Papa juga terlihat terkejut melihat menantu perempuannya.

Semua mata melihat ke arah Aira yang menyebut nama Nara.

"Lebih baik kamu segera kembali ke belakang. Mama sedang ada tamu." Mama berupaya keras untuk membuat Aira kembali ke belakang.

"Tunggu, Ma." Aira tidak berniat hengkang dari ruang tamu.

"Halo," sapa Nara membuat mama menghentikan paksaannya mengajak Aira ke belakang. Suara perempuan muda itu membuat mama menoleh. Mendesah, seakan menyayangkan sapaan Nara yang terdengar seperti tantangan. Memicu percikan api yang akan membuat semuanya terbakar.

"Ai ...," sebut mama lirih, berusaha membuat Aira bisa mendengarkannya.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Aira dingin.

"Melakukan apa yang harus di lakukan." Nara mengatakannya dengan nada takut tapi juga menyebalkan. Wajah kalem itu menjadi memuakkan bagi Aira.

"Jadi ini Aira, istri Eros ..." ujar seorang ibu yang mungkin berumur sama dengan mama Eros.

"Tunggu, ibu ..." Mama melepas pegangannya pada lengan menantunya dan segera menoleh pada ibu itu. Beliau seperti berusaha menghalang-halangi ibu itu mengatakan sesuatu.

"Dia harus tahu, nyonya." Ibu itu memaksa.

"Benar. Saya paham itu. Biar saya dan suami yang memberitahunya." Mama membungkukkan tubuhnya memohon. Ibu itu enggan. Papa yang duduk mulai gerah.

"Aira, segera kembali ke belakang," ujar papa tegas dan kaku. Aira mendengar dan merasakan nada bicara mertuanya sedikit berbeda. Namun kakinya enggan melangkah pergi. Matanya masih melihat ke arah Nara.

"Aku mengandung anak Eros," ujar Nara singkat. Pyar! Toples yang di pegang Aira jatuh di lantai. Pecah dan hancur.

"Ai ...," pekik mama histeris melihat pecahan kaca yang berserakan di atas lantai. "Jangan bergerak, Aira. Jangan bergerak," pinta mama panik saat Aira justru berjalan mendekati Nara.

"Kisi, bawa kakakmu masuk ke dalam." perintah papa. Kisi mendekat. Namun dia kesulitan karena Bik misnah masih belum membersihkan lantai dari pecahan kaca. Beliau sedang mengambil alat kebersihan. Hingga akhirnya Kisi berputar untuk bisa mendekati Aira.

"Sudah pasti kamu akan hamil, Na. Karena kamu selalu melakukannya. Hubungan intim suami istri yang harusnya hanya Eros lakukan denganku. Kamu melakukannya bahkan sebelum kamu menikah. Selamat, Na." Kata-kata kemarahan Aira yang terdengar tabu membuat suasana di ruang tamu memanas.

Keluarga dari pihak Nara terkejut. Begitu juga mama dan papa. Kisi menghela napas berat mendengar itu. Namun apa mau dikata. Sebagai seorang istri dia patut marah. Mama dan papa ikut mendesah lelah.

"Apa yang kamu katakan?" tanya seorang perempuan yang lebih muda. Perempuan itu seperti tidak terima dengan perkataan Aira.

"Maaf. Saya permisi. Maaf, Ma, Pa ..." ucap Aira di luar dugaan. Crash! Kaki Aira menginjak pecahan kaca. Namun tidak ada raut wajah kesakitan. Hingga membuat ngilu orang-orang yang melihatnya.

Kisi mengikuti langkah kakak iparnya yang terasa lebar dan tidak bisa di sejajari. Hingga akhirnya Kisi memilih tidak mengikuti Aira. Perempuan itu masuk ke kamar dengan bekas darah tercecer sepanjang dia melangkah.

Bik Misnah masih membersihkan pecahan beling dan kue di atas lantai. Semua sudah kembali duduk di tempat semula. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir para orangtua setelah pengakuan Nara dan kemarahan Aira. Semua masih terkejut dengan kemunculan Aira tadi.

Terdengar suara deru mobil di luar. Semua menoleh. Bibir Nara tersenyum tipis. Dia sangat hapal dengan suara deru barusan. Itu milik mobil Eros. Dengan tergesa-gesa, pria itu masuk dan melihat ketegangan tercipta.

Di sela-sela napasnya yang tidak beraturan, Eros melihat ke arah kedua orangtuanya yang melihatnya dengan sedih dan marah. Sorot mata mereka menunjukkan kekecewaan yang dalam.

Bola mata Eros sama sekali tidak menoleh pada Nara. Sehingga bibir Nara sedikit tertekuk karena kecewa. Langkah Eros lambat saat masuk ke dalam rumah.

"Aku pulang."

"Duduklah, Eros," perintah papa yang kemungkinan besar sedang menahan amarah yang meluap. Eros duduk di dekat Nara. Karena hanya itu satu-satunya sofa kosong yang tersisa.

Kemudian dia duduk dengan perlahan dan hati-hati.

"Kamu pasti tahu siapa mereka, bukan?" tanya papa. Eros mengangguk pelan. Mereka adalah papa mama Nara beserta om dan tantenya.

"Jadi Eros ... Keponakanku ini telah hamil. Dia mengandung anakmu," kata om Nara. Eros menelan ludah. "Kamu pasti tahu maksud dari kedatangan kami setelah mendengar kabar itu." Eros diam dengan sedikit menunduk.

"Aku hamil, Er," ucap Nara setengah berbisik. Eros melirik sebentar dan menunduk. Nara menyempatkan menyentuh lengan Eros untuk memberitahu kabar gembira itu. Namun keadaan Eros sekarang begitu tertekan. Tidak ada rasa bahagia sama sekali yang terpancar dari wajahnya.

"Kita meminta putra Anda untuk menikahi Nara," ujar laki-laki yang di kenal Eros sebagai om Nara. "Eros harus bisa bertanggung jawab atas perbuatannya. Meskipun kehamilan Nara masih muda, kita tidak mau jika harus menggugurkannya. Eros wajib menikahinya."

"Bisa kita diskusikan dulu?" tanya papa memohon tenggat waktu.

"Jangan menunda." Papa Nara mengeluarkan nasehat dengan tegas.

"Tidak, tapi kita perlu waktu untuk berbicara lagi. Apalagi Eros juga punya istri." Mama berusaha meminta simpati.

"Itu urusan lain. Sekarang yang terpenting adalah Nara harus segera di nikahi sebelum perutnya membesar." Tante Nara lebih sengit saat mengatakannya.

"Baik. Kita akan memberi keputusan segera," sahut papa ingin mengakhiri perbincangan ini.

1
Inah Ilham
sudah baca 30 episode baru nyadar klo ini karya lady_ Ve, pantes mc nya wanita muda yg tangguh
Lienda nasution
alah....ceritanya bertele tele thor
Tri Lestari Endah
Dari awal sampai disini ceritanya buat greget
banyak pelajaran yang di dapat

berharap ada bonchap sampai aira melahirkan
masih terbawa kesel sm nara dan eros
rasa sakit dan trauma aira belum sebanding sakitnya nara dan penyesalan eros
Latifah Latifah: setujuuu
total 1 replies
Ririnyulianti Yulianti
Luar biasa
Bang Juky
umur 16 si aira dah kerja ya
Anik kartin
banyak pesan moral yg disampaikan pada tiap tokohnya..semoga kita bisa belajar dr tiap kejadian dan mengambil hikmahnya...semangat kak untuk karya selanjutnya..
Anik kartin
bukan cinta....tapi DOSA
Yomita Hervina
agak aneh ibrar jg ngomong wanitaku saat di dpn yuta n wira jg jk ga salah.kl sdh sprti itu kesannya dia mmg pny affair dgn prmpuan tsb,kecuali kl itu dia lakukan di dpn org asing/bukan kenalan.
Sri Widjiastuti
tegas mu telat eros
Sri Widjiastuti
oalah nduk2 sdh tau rasanya jd pencuri. sekarang parno kecurian
Sri Widjiastuti
adakah sosok ibrar beneran, hari gini😇😇
Tiadayanglain
Betul tu nara
Aira masih sangat ingin dekat eros
Buktinya dia masih g bisa move on
Tiadayanglain
Kok aneh perempuan ni udah di sakitin tapi kok susah move on
Kesan nya kayak perempuan bodoh
Tiadayanglain
Aneh kakak kok hri tu ibrar ngaku wanitaku
Tiadayanglain
Nah pelihara anak haram MU eros
Anak dalam nikah meninggal
Jadi aira ga da iktan lagi
seru_seruan
aku ngulang baca entah keberapa kalinya.
kalo Aira, kakaknya Ibrar dijodohin sama Yuta gimana y...?
Nurazmi Azmi
Kok nggak di cerita in Aira itu masih hamil apa keguguran ya, YG jelas dong Thor jangan bikin bingung
Adelia ZahrotusShifa
terus semangat berkarya thoooor
Sriza Juniarti
lanjut kk🥰💕
Sriza Juniarti
alurnya bagus saya suka🥰💕
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!