NovelToon NovelToon
Magang Di Hati Bos Muda

Magang Di Hati Bos Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Teen School/College / CEO / Romansa
Popularitas:10
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Satu kesalahan di lantai lima puluh memaksa Kirana menyerahkan kebebasannya. Demi menyelamatkan pekerjaan ayahnya, gadis berseragam putih-abu-abu itu harus tunduk pada perintah Arkan, sang pemimpin perusahaan yang sangat angkuh.
​"Mulai malam ini, kamu adalah milik saya," bisik Arkan dengan nada yang dingin.
​Terjebak dalam kontrak pelayan pribadi, Kirana perlahan menemukan rahasia gelap tentang utang nyawa yang mengikat keluarga mereka. Di balik kemewahan menara tinggi, sebuah permainan takdir yang berbahaya baru saja dimulai. Antara benci yang mendalam dan getaran yang tak terduga, Kirana harus memilih antara harga diri atau mengikuti kata hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Penculikan di Tengah Malam

Suara ledakan dari arah atap gedung membuat seluruh ruangan perawatan khusus itu berguncang hebat hingga debu berjatuhan dari sela langit-langit. Lampu darurat berwarna merah menyala dengan putaran yang sangat cepat, memberikan kesan mencekam pada wajah Kirana yang sudah sangat pucat pasi. Arkananta segera menarik Kirana ke dalam dekapannya, melindunginya dari serpihan beton yang mulai runtuh akibat guncangan yang tidak terduga tersebut.

"Mereka datang menggunakan helikopter tanpa tanda pengenal, Tuan!" teriak seorang pengawal yang berlari masuk dengan luka bakar di bagian lengan kanannya.

Arkananta tidak membuang waktu untuk bertanya lebih jauh, ia segera mengangkat tubuh Kirana dengan sangat tangkas seolah gadis itu tidak memiliki bobot sama sekali. Ia berlari menyusuri lorong beton yang sangat dingin menuju pintu rahasia yang terhubung langsung dengan landasan kendaraan bawah tanah. Kirana hanya bisa memejamkan matanya rapat-rapat sambil meremas kemeja Arkananta yang sudah sangat berantakan dan basah oleh keringat.

"Jangan tinggalkan ayah saya di sini, Tuan! Saya mohon selamatkan beliau!" jerit Kirana di tengah suara bising alarm yang terus meraung-raung.

Arkananta menghentikan langkahnya sejenak di depan pintu baja besar, menatap mata Kirana dengan pandangan yang sangat tajam sekaligus penuh dengan rasa bersalah yang tersembunyi. Ia tahu bahwa membawa Pak Baskoro dalam kondisi tidak sadar hanya akan memperlambat pelarian mereka dan membahayakan nyawa Kirana. Namun, ia juga menyadari bahwa membiarkan pria tua itu tertangkap sama saja dengan menyerahkan kunci kemenangan kepada pihak musuh.

"Tim medis sudah membawanya lewat jalur evakuasi yang berbeda, fokuslah pada keselamatanmu sendiri sekarang juga!" perintah Arkananta dengan nada suara yang sangat keras.

Mereka tiba di sebuah ruangan sempit yang berisi sebuah kendaraan taktis berwarna hitam pekat yang tampak sangat kokoh dan menakutkan. Arkananta mendorong Kirana masuk ke dalam kabin kendaraan tersebut, lalu ia sendiri duduk di kursi pengemudi dengan gerakan yang sangat cekatan. Mesin kendaraan tersebut menderu sangat kencang, menciptakan getaran yang sanggup membuat jantung siapa pun berdegup dua kali lebih cepat.

Pintu landasan terbuka secara otomatis, menampakkan jalanan hutan yang sangat gelap dan dipenuhi oleh pepohonan jati yang menjulang tinggi ke angkasa. Arkananta memacu kendaraannya menembus semak-semak yang rimbun, mengabaikan ranting-ranting pohon yang memukul permukaan baja kendaraan mereka dengan sangat keras. Kirana mencengkeram sabuk pengamannya hingga kuku-kukunya memutih karena rasa takut yang sudah melampaui batas kewajarannya.

"Siapa sebenarnya mereka? Kenapa mereka seolah tahu setiap pergerakan kita di markas ini?" tanya Kirana dengan sapaan yang bergetar hebat.

Arkananta tidak menjawab pertanyaan itu, matanya terus terfokus pada layar pemantau yang menunjukkan beberapa titik merah sedang mengejar mereka dari arah udara. Ia menyadari bahwa ada pengkhianat di dalam jajaran pengawal pribadinya yang telah membocorkan koordinat lokasi persembunyian mereka secara diam-diam. Amarah yang sangat besar kini berkumpul di dada Arkananta, membuat rahangnya mengeras sekeras batu gunung yang sangat kokoh.

"Ada penyusup di antara orang-orang kepercayaan saya, dan saya akan memastikan mereka membayar mahal untuk setiap tetes air matamu malam ini," desis Arkananta dengan suara yang sangat dingin.

Tiba-tiba, sebuah dentuman keras menghantam bagian belakang kendaraan mereka, membuat mobil taktis itu terpental beberapa meter ke depan hingga menabrak pohon besar. Kirana berteriak histeris saat kepalanya membentur kaca samping meskipun ia sudah mengenakan alat perlindungan diri yang cukup lengkap. Kesadaran Kirana mulai memudar, namun ia masih sempat melihat beberapa orang berpakaian serba hitam mulai mengepung kendaraan mereka dengan senjata yang sudah siap ditembakkan.

Salah satu pria berbaju hitam itu memecahkan kaca depan kendaraan dengan gagang senjata, lalu menarik Kirana keluar secara paksa dari dalam kabin yang mulai dipenuhi oleh asap putih. Arkananta berusaha melawan, namun ia segera dilumpuhkan oleh serangan kejutan listrik yang diarahkan tepat ke punggungnya hingga ia jatuh tersungkur di atas tanah. Kirana meronta-ronta dengan sisa tenaganya, namun tangan-tangan kekar para penculik itu terlalu kuat untuk ia lawan sendirian.

"Lepaskan saya! Tuan Arkan! Tolong saya!" teriak Kirana sebelum sebuah kain beraroma obat bius membekap mulut dan hidungnya dengan sangat rapat.

Dunia di sekitar Kirana mendadak menjadi sangat gelap dan sunyi seolah ia sedang tenggelam ke dalam dasar lautan yang paling dalam dan dingin. Ia tidak lagi merasakan tarikan kasar pada rambutnya atau mendengar suara deru mesin helikopter yang semakin mendekat ke arah lokasi kecelakaan tersebut. Para penculik itu segera membawa tubuh Kirana naik ke atas helikopter, meninggalkan Arkananta yang masih terkapar tidak berdaya di bawah rimbunnya pohon jati.

Beberapa jam kemudian, Kirana terbangun di sebuah ruangan yang sangat mewah namun terasa sangat asing dan menyesakkan napas bagi siapa pun yang masuk. Ia mendapati tangannya terikat oleh rantai emas halus pada kaki tempat tidur yang dilapisi oleh kain sutra berwarna merah darah. Di depan jendela besar yang menghadap ke arah laut lepas, berdiri seorang wanita yang sangat ia kenali dari masa lalunya yang pahit.

"Selamat datang di istana pribadiku, adik kecil yang selama ini sangat disayang oleh keluarga Dirgantara," sapa wanita itu sambil memutar kursi rodanya secara perlahan.

Kirana membelalak sempurna saat melihat wajah wanita itu yang sangat mirip dengan ibunya, namun memiliki sorot mata yang penuh dengan kebencian yang mendalam. Wanita itu memegang sebuah kalung liontin yang sama persis dengan milik Kirana, sebuah tanda pengenal keluarga yang selama ini menjadi misteri terbesar dalam hidupnya. Ketakutan yang baru kini merayapi hati Kirana, menyadari bahwa ia baru saja masuk ke dalam kandang singa yang sebenarnya.

"Ibu? Tidak mungkin... Ibu sudah meninggal dunia sepuluh tahun yang lalu dalam kebakaran itu!" ucap Kirana dengan suara yang nyaris hilang karena rasa terkejut yang luar biasa.

Wanita itu tertawa kecil, suara tawa yang terdengar sangat perih dan penuh dengan dendam yang sudah mengendap selama belasan-tahun lamanya. Ia mendekati Kirana dan mengelus pipi gadis itu dengan tangannya yang terasa sangat dingin seperti es yang membeku di kutub utara. Kirana menggigil hebat, ia tidak tahu harus merasa bahagia atau justru merasa sangat takut melihat sosok yang selama ini ia rindukan setiap malam.

"Wanita yang mati itu adalah saudara kembar saya, Kirana. Saya sengaja menukar posisi kami agar saya bisa membalas dendam pada keluarga Dirgantara melalui kamu."

Kirana merasa jantungnya seolah berhenti berdetak saat mendengar pengakuan yang sangat kejam dan tidak masuk akal tersebut dari mulut orang yang mirip ibunya. Ia menyadari bahwa keberadaannya selama ini hanyalah sebuah alat untuk menghancurkan Arkananta dari titik terlemahnya. Di luar sana, suara langkah kaki yang sangat berat mulai mendekat ke arah pintu kamar, membawa aura kekuasaan yang sangat besar dan sangat mengancam.

Pintu terbuka lebar, menampakkan sosok pria yang selama ini menjadi musuh bebuyutan keluarga Dirgantara, yang kini tersenyum penuh kemenangan ke arah Kirana. Pria itu memegang sebuah dokumen perjanjian yang sudah ditandatangani oleh ayah angkat Kirana sebelum ia tertembak di hutan tadi. Kirana menyadari bahwa ia kini berada di tengah-tengah pertarungan antara dua keluarga besar yang sangat rakus akan harta dan kekuasaan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!