Ibu Alya meninggal karena menyelamatkan anak majikannya yang bernama Bagas, dia adalah tuan muda dari keluarga Danantya.
~
Bagas patah hati karena kepercayaannya dihancurkan oleh calon istrinya Laras, sejak saat itu hatinya beku dan sikapnya berubah dingin.
~
Alya kini jadi yatim piatu, kedua orang tua Bagas yang tidak tega pun memutuskan untuk menjodohkan Bagas dan Alya.
~
Bagas menolak, begitupun Alya namun mereka terpaksa menikah karena terjadi sesuatu yang tidak terduga!
~
Apakah Bagas akan menerima Alya sebagai istrinya? Lalu bagaimana jika Alya ternyata diam-diam mencintai Bagas selama ini?
Mampukah Alya meluluhkan hati Bagas, atau rumah tangga mereka akan hancur?
Ikuti kisahnya hanya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14.
Alya yang mendengar perkataan Bagas langsung menggeleng tidak terima, tentu saja Alya tidak mau menikah karena di gerebek.
Toh dia tidak melakukan apapun, sudah jelas pula buktinya kenapa masih ada saja yang curiga padanya.
"Engga, kita gak ngelakuin apapun Bang jadi kita gak perlu nikah." Alya langsung menolak tanpa ragu.
Bagas menghela nafas berat, padahal dia sudah sangat siap jika harus menikah hari ini dengan Alya.
"Al, kamu beneran gak percaya sama aku?" tanya Bagas sedikit kecewa, Alya menggelengkan kepalanya.
"Bang, kita udah bahas ini sebelumnya." Alya mengatakan itu tapi tidak berani menatap Bagas, entahlah mungkin Bagas bisa meluluhkan hatinya atau melemahkan hatinya.
"Tapi-"
"Kalian bisa bilang begitu, tapi kan sebelum kami datang gatau apa yang terjadi soalnya disini cuma ada kalian berdua."
Terlihat si ibu yang memang kurang menyukai Alya mulai menyudutkan Alya, ya dia sudah melihat bukti jelas tadi.
Meskipun begitu dia tidak ingin langsung membiarkan Alya begitu saja, karena ini adalah kesempatan baik untuknya.
'Pria ini keliatan biasa aja, atau justru dia pura-pura keliatan kaya padahal aslinya miskin? Gak mungkin Alya bisa narik perhatian pria kaya, huh gadis sombong ini udah bikin anakku sakit hati.' batin wanita tua itu.
Ternyata oh ternyata wanita itu menaruh dendam karena dulu anaknya yang cinta pada Alya ditolak, padahal dia tidak setuju.
Alasannya simpel, wanita itu tidak suka karena menurutnya Alya tidak sepadan dengan mereka yang dikenal sebagai keluarga ya cukup mampu di desa ini.
Namun karena anaknya memaksa dengan berat hati dia setuju, namun Alya menolak karena tau betul wanita itu tidak setuju.
Anaknya sempat galau dan wanita itu tak Terima, dia merasa dipermalukan padahal harusnya Alya bersyukur karena putranya memilihnya namun malah ditolak ya jelas siapa yang mau bersama mertua julid sepertinya.
"Astaghfirullah Ibu, saya aja baru sadar sebelum kalian kesini banyak bukti tadi kan, Bang Bagas cuma nolongin saya." nafas Alya naik turun, masih saja ada yang menyudutkannya padahal bukti sudah jelas.
"Halah tetep aja gak ada yang tau sebelumnya kan, bisa aja kalian berbuat gak senonoh disini apalagi pergaulan jaman sekarang bobrok banget terutama orang yang diem di kota." cerocos wanita tua itu menghasut warga yang lain.
Benar saja beberapa orang mulai terhasut, mereka yang masih percaya jika kesialan akan segera datang karena ada perbuatan buruk di desa ini mulai mendesak Alya dan Bagas untuk menikah.
"Kayanya mereka memang harus tetap menikah Pak Kades, saya rasa itu lebih baik apalagi mereka kelihatannya punya hubungan."
"Iya Pak Kades, kalo mereka menikah mereka bebas melakukan apapun."
Para warga mulai bersuara dan ingin Alya tetap menikah, mendengar itu Alya ingin menangis padahal dia terbukti dijebak tapi masih saja di paksa untuk menikah.
"Pak saya korban disini Pak, masa iya saya harus menikah dengan cara terpaksa seperti ini." suara Alya bergetar menahan tangis, dia tidak ingin terjebak dalam hubungan yang akan membuatnya terluka.
Bagas memejamkan matanya, dia tidak suka mendengar Alya memohon seperti itu, Bagas juga tidak suka dituduh seperti ini, dia memang ingin menikahi Alya tapi bukan dengan cara seperti ini.
"Pak, saya memang ingin menikahi Alya tapi jika Alya tidak menginginkan pernikahan ini maka saya tidak akan pernah memaksanya, Bapak bisa menilai sendiri bagaimana kejadian yang sebenarnya tadi bukan?"
"Kenapa anda semua masih menuduh saya, lihat Alya sampai diberi obat oleh pria itu kalian dengan gampangnya menyudutkan seseorang, apa kalian sadar tindakan kalian itu bisa menghancurkan masa depan orang lain?"
Perkataan Bagas langsung menampar beberapa warga disana, bahkan wanita tua itu langsung bungkam.
"Nak Bagas, kita bisa bahas masalah ini-"
"Bagas."
Perkataan Pak Kades harus terhenti setelah mendengar suara pria yang baru saja datang, ternyata itu adalah Zaki dan Husna, Berlian juga ada disana bersama Joshua.
"Ayah."
Semua orang melihat kearah rombongan keluarga Bagas, para warga terkejut karena melihat Joshua si pengusaha terkenal, mereka juga baru sadar karena ada Zaki Danantya pemilik perusahaan besar.
"A-ayah, berarti dia anak dari keluarga Danantya." gumam wanita tua itu syok, seingat dirinya putra yang begitu dia banggakan bekerja di group danantya.
"Itu berarti mereka bosnya anakku, dan kalo Alya menikah sama pria itu artinya dia jadi nyonya Bos?" wanita tua itu langsung gemetaran.
"Jangan sampai anakku dipecat, aku harus minta maaf sama mereka." gumam wanita itu langsung panik.
Kembali pada Zaki dan Husna yang kini sudah berada di hadapan Bagas, Berlian sendiri langsung menghampiri Alya dan memeluknya dengan erat.
Joshua sendiri berdiri disamping istrinya sambil meminta penjelasan pada anak buahnya tentang apa yang terjadi sebelum mereka sampai kesini.
"Bagas, ada apa ini?" tanya Zaki serius.
"Iya Nak ada apa, kenapa banyak orang disini." Husna jelas khawatir apalagi pada Alya.
"Ceritanya panjang Ayah, Ibu, yang jelas Alya hampir aja di fitnah sama Paman-Bibinya."
"ASTAGHFIRULLAH!" Husna langsung memeluk Alya dengan erat, Zaki menghela nafas berat beruntung Bagas datang tepat waktu.
"Kamu gapapa Nak?" Husna menangkup wajah Alya yang kini berkaca-kaca.
"Alhamdulillah aku gapapa Tante." Alya mengangguk sambil mengusap airmatanya yang terjatuh.
"Jangan takut lagi Al, sekarang ada aku disini." Berlian hampir menangis, jika saja dia terlambat maka Berlian akan merasa bersalah pada Alya.
"Apa masalahnya udah selesai?" Zaki kembali bertanya pada Bagas.
"Paman sama Bibi Alya udah dibawa ke kantor polisi, mereka terbukti mau celakain Alya."
"Terus kenapa disini masih rame?"
"Mereka gak percaya kalo aku disini buat nolong Alya, mereka pikir aku berbuat hal buruk sama Alya jadi mereka mendesak aku menikah sama Alya."
"APA?!" Husna sampai berteriak kaget, hatinya sakit mendengar Berlian dituduh seperti itu bersama Bagas.
"Kenapa mereka jahat banget." Berlian kesal mendengar tuduhan itu, Alya menahan tangan Berlian yang ingin protes pada warga disana.
"Jangan Lian aku gapapa, aku gak salah." suara Alya sedikit bergetar.
"Tapi mereka udah keterlaluan Al."
"Semua bukti udah jelas, dan gak ada alasan aku harus tetep membela diri, mereka bakal tetep percaya sama apa yang mau mereka percayai." sindiran Alya begitu menohok.
Semua orang jelas tertampar, Berlian menghela nafas berat dia memeluk Alya kembali.
Zaki terdiam sebentar, sebelum akhirnya menatap Pak Kades.
"Saya rasa kita bisa membicarakan masalah ini dengan kepala dingin, pernikahan bukan hal main-main dan Alya berhak menentukan masa depannya sendiri." aura Zaki memang mengintimidasi warga disana.
"Baiklah, mari kita bicarakan ini secara baik-baik." Pak Kades langsung setuju begitupun para warga.
Mereka semua memutuskan duduk di ruang tengah untuk membicarakan masalah ini, sementara Alya tetap dikamarnya untuk menenangkan diri.
****
"Al, aku boleh tau apa alasan kamu nolak Abang? aku tau kamu selama ini punya perasaan sama Abang kan?"
DEG!
Perkataan Berlian membuat Alya langsung membeku, mereka duduk di sofa kamar dan Alya sudah menceritakan semua yang terjadi pada Berlian.
"G-gimana k-kamu tau?" tanya Alya terbata, dia sudah berusaha untuk menyembunyikan perasaannya pada Bagas.
"Nanti aku cerita, tapi sekarang jawab jujur dulu apa alesan kamu nolak Bang Bagas yang sebenernya." Berlian menggenggam tangan Alya, gadis itu menghela nafas berat.
"Alasannya aku tau seberapa besar cinta Bang Bagas buat perempuan itu, aku gamau hati aku terluka Berlian, lebih baik aku mundur."
"Al, kalo ternyata perasaan itu berubah dan pindah sama kamu gimana? apa kamu gak nyesel?"
Bersambung.........