Lunara Airi, gadis keturunan Jepang yang dikenal sebagai Queen dari klan mafia Black Wolf, tewas dalam kecelakaan brutal akibat pengkhianatan musuh lamanya. Namun alih-alih mati, ia terbangun di tubuh seorang gadis keturunan Jepang bernama Aeryn Vynne Hikari — korban koma akibat pembullyan.
Di dunia baru yang tampak tenang namun penuh rahasia gelap, Lunara kini didampingi oleh sebuah sistem yang muncul dalam pikirannya.
Dengan sistem itu, ia menapaki kembali jalan menuju kekuasaan, balas dendam, dan pengendalian dunia modern yang hanya terlihat damai di permukaan.
Lunara bukan lagi hanya Queen dari dunia bawah…
Kini, dia adalah Aeryn Vynne Hikari — pemilik sistem yang bisa menundukkan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elle Nova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SENGKETA PROPERTI HAKARI GROUP
Sebuah sedan hitam mewah yang disediakan sistem mengantar 'V' ke tujuan pertamanya: Kantor Tata Ruang Kota. 'V' keluar dari mobil, memancarkan aura profesional yang dingin. Kedatangannya yang tanpa janji temu jelas menarik perhatian, tetapi penampilannya yang berwibawa mencegah staf menanyakan terlalu banyak.
Menggunakan kartu nama resmi yang baru dibuat oleh sistem Atas Nama Valerie, Asisten Pribadi Aeryn V. Hakari, Vale meminta pertemuan mendesak dengan Kepala Divisi Perizinan.
Setelah menunggu singkat yang ia manfaatkan untuk mengulas data sekali lagi Vale diizinkan masuk. Kepala Divisi, Bapak Hartono, adalah pria paruh baya yang tampak lelah dan terbiasa dengan drama para pengembang.
"Selamat siang, Nona Valerie," sapa Hartono formal. "Perizinan properti Hakari Group di Jalan Merdeka itu memang rumit. Sudah macet berbulan-bulan."
Vale tidak membuang waktu dengan basa-basi. Dia langsung memproyeksikan tampilan data ringkas di tabletnya, menampilkan poin-poin krusial.
"Bapak Hartono, masalah ini tidak rumit. Masalah ini mandek," koreksi 'V' dengan suara tenang namun tegas. "Berdasarkan rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, penundaan perizinan ini telah mengakibatkan potensi kerugian pajak properti sebesar Rp 320 juta selama tiga bulan terakhir, sebuah kerugian bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota ini. Masalahnya ada pada Klasifikasi C-14 yang salah dimasukkan oleh Staf Administrasi bulan lalu, bukan pada regulasi dasarnya."
Hartono terkejut. Tidak ada pengembang atau pengacara yang pernah datang dengan detail birokrasi seakurat ini, apalagi menyajikan data kerugian PAD secara instan.
"Kami bisa menyelesaikan ini sekarang, Bapak," lanjut Vale, memanfaatkan Skill Negosiasi Tingkat Tinggi. "Saya sudah membawa semua dokumen pendukung yang terkomputerisasi dan siap diverifikasi cross-check. Anda hanya perlu mengoreksi kode klasifikasi dan menandatangani persetujuan ini. Anda akan mengamankan potensi pajak ratusan juta rupiah per tahun, sekaligus membersihkan tumpukan kasus lama."
Hartono, melihat kemudahan dan keuntungan yang ditawarkan menyerah pada efisiensi sistem Vale. Kurang dari satu jam, sengketa perizinan properti komersial Hakari selesai. Dokumen sah terbit, dan Vale mengirimkan laporan formal singkat kepada Raka Hakari.
Di kantor pusat Hakari Group, Raka Hakari, yang sedang meninjau laporan mingguan, hampir menjatuhkan pena saat membaca notifikasi di email pribadinya.
Pengirim: Valerie (Asisten Pribadi Nona Aeryn V. Hakari)
Subjek: Properti Komersial Jln. Merdeka – STATUS: CLEAR
Isi: Sengketa perizinan telah diselesaikan, dokumen resmi terlampir. Tindak lanjut penyewa menunggak sedang berjalan.
Lampiran: 1 file PDF (Perizinan Baru, ditandatangani hari ini).
Masalah yang dianggap Raka sebagai batu sandungan terlama Aeryn, selesai dalam waktu sehari. Ini tidak mungkin dilakukan oleh asisten biasa. Namun, hal yang paling mengejutkan Raka adalah nama pengirim.
Valerie ? Sejak kapan Aeryn punya asisten? Aeryn bahkan tidak pernah punya asisten pribadi untuk urusan sekolah. Raka segera memeriksa riwayat email, namun nama Valerie adalah kontak baru yang tiba-tiba muncul dengan laporan yang sangat profesional dan formal. Ini bukan tipikal Aeryn.
Raka segera menelepon nomor kontak 'V' yang tertera di signature email.
"Valerie," sapa Raka, nada suaranya kini penuh kewaspadaan, bukan lagi sinisme. "Jelaskan. Siapa Anda, dan sejak kapan Anda bekerja untuk Aeryn? Dan bagaimana Anda menyelesaikan masalah perizinan secepat itu? Pengacara terbaik kami menghabiskan waktu berbulan-bulan."
"Tuan Raka," jawab Vale dengan suara rendah yang tegas. "Saya adalah Asisten Pribadi Nona Aeryn yang baru dipekerjakan. Saya bertanggung jawab menangani semua urusan bisnis dan aset non-pendidikan beliau." Vale langsung beralih ke poin berikutnya, menghindari detail perekrutan. "Saya hanya mengikuti prosedur yang seharusnya dengan menganalisis data keuangan secara menyeluruh. Saya menemukan di mana letak kesalahan administrasi yang menahan proses. Detail teknisnya terlalu panjang untuk dibahas."
Vale kemudian membalikkan pertanyaan. "Saya harap laporan saya memuaskan. Apakah ada tugas lain untuk Nona Aeryn terkait aset Hakari saat ini?"
Jawaban Vale yang cerdas, profesional, dan menghindari detail operasional, membuat Raka terdiam. Asisten ini tidak hanya pintar, tetapi juga pandai menjaga batas dan loyalitas pada Aeryn. Raka memutuskan untuk tidak menekan lebih jauh, untuk saat ini.
"Laporan Anda... luar biasa, Valerie. Lanjutkan dengan penyewa yang menunggak," ujar Raka, menutup telepon. Kerutan di dahinya semakin dalam. Dia harus menilai kembali level ancaman dan kemampuan adiknya.
Tiga puluh menit kemudian, Vale tiba di kantor Tuan Johan.
Tuan Johan, penyewa lama yang menunggak dan berlindung di balik sengketa perizinan, menyambut Vale dengan senyum arogan. "Oh, perwakilan Hakari Group rupanya. Jika Anda datang untuk menagih, properti ini masih sengketa perizinan. Kontrak sewa batal, dan saya tidak akan membayar sepeser pun."
Vale tidak duduk. Dia hanya berdiri di depan meja Tuan Johan, meletakkan dua dokumen.
"Selamat sore, Tuan Johan. Izinkan saya mengoreksi Anda," kata Valerie. "Pertama, saya sudah membawa salinan perizinan properti yang baru disahkan hari ini. Alasan hukum Anda untuk menunggak sudah hilang."
Wajah Tuan Johan langsung pucat, senyumnya menghilang.
"Kedua," lanjut Valerie, "di tangan saya ada Tuntutan Pengusiran dan Penagihan Ganti Rugi Penuh. Anda memiliki waktu sampai besok pukul 10 pagi untuk membayar semua tunggakan, denda keterlambatan, dan biaya administrasi. Jika Anda gagal, tim hukum Hakari Group akan mengambil alih properti ini secara paksa dan menuntut kerugian di pengadilan. Anda akan kehilangan bisnis dan reputasi Anda."
Tuan Johan, yang terpojok tanpa ampun, mencoba mengancam. "Ini kotor! Aku punya koneksi politik!"
Vale menatapnya tanpa emosi. "Anda bisa mencoba. Tetapi, melawan Hakari Group dan mengancam Asisten Pribadi Nona Aeryn, akan menjadi kesalahan bisnis terbesar yang pernah Anda buat. Keputusan ada di tangan Anda."
Vale berbalik dan pergi, meninggalkan Tuan Johan yang panik dan segera menghubungi pengacaranya.
Saat Vale sedang sibuk di lapangan, Tuan Hardian, yang masih dipenuhi amarah, melancarkan serangan balasan Kampanye Hitam.
Di media sosial, akun anonim mulai menyebarkan tuduhan bahwa Suzu Café menggunakan bahan baku murah, bahkan diisukan menggunakan bahan pengawet berbahaya. Tujuannya adalah menghancurkan citra premium yang dibangun Aeryn.
Namun, Vale telah memprediksi serangan emosional ini. Sistem monitoring Suzu Café segera mendeteksi anomali traffic negatif. Dalam waktu 15 menit, tim krisis yang dipimpin Vale secara virtual merespons.
Mereka memposting video live streaming profesional yang disiarkan dari dapur Suzu Café yang bersih dan canggih. Video itu menampilkan Chef Kaito yang sedang menunjukkan stok bahan baku, lengkap dengan label sertifikasi BPOM dan Halal, serta menampilkan bukti transaksi pembelian bahan-bahan premium impor.
Teks Respon Cepat Vale “Kami tidak peduli dengan rumor murahan. Suzu Café hanya menyajikan kualitas kelas dunia. Kami mengundang otoritas terkait untuk datang dan memeriksa dapur kami kapan saja.”
Kampanye hitam Hardian gagal total. Publik, terutama segmen premium Hakari, menganggap tuduhan itu sebagai taktik putus asa pesaing. Media justru memuji transparansi Suzu Café. Profit harian kafe itu melonjak 20%, membuktikan bahwa backfire dari serangan lawan justru dapat diubah menjadi keuntungan.
Malam harinya, Aeryn sudah kembali dari sekolah dan beristirahat di kamarnya. Vale muncul dalam bentuk hologram di dekat mejanya, menyajikan laporan akhir hari itu.
"Selamat malam, Nona," sapa Vale. "Laporan hari ini ringkas."
Vale memproyeksikan tiga poin kunci:
Properti Hakari: Sengketa perizinan clean. Tuan Johan diberi ultimatum 24 jam. Misi ujian Tuan Raka 90% selesai.
Suzu Café: Serangan Kampanye Hitam Tuan Hardian berhasil diubah menjadi leverage citra positif. Profit harian hari ini naik 20%.
Evaluasi: Aset properti sudah teratasi, dan Suzu Café stabil.
Aeryn hanya bisa menatap Vale dengan tak percaya.
"Kamu... menyelesaikan masalah berbulan-bulan hanya dalam waktu beberapa jam, dan membalikkan serangan Tuan Hardian menjadi keuntungan?"
"Itu adalah tugas saya, Nona," jawab Vale. "Dengan tugas prioritas terselesaikan, saya memiliki saran untuk tugas Anda berikutnya."
Vale menampilkan skema pasar. "Untuk memaksimalkan Skill Bawaan Manajemen Mode dan Branding milik Anda, saya menyarankan agar Anda segera mengambil alih dan merevitalisasi Label Mode Haute Couture milik Hakari Group yang sedang merugi. Ini adalah tantangan sempurna untuk Anda."
Aeryn tersenyum tipis. Ia baru saja menemukan permainan baru yang jauh lebih menarik daripada sekadar sekolah.
"Baiklah, Vale. Mari kita ubah industri fashion di negara ini."
Bersambung…
mngkn dia bkln sdar,atw mngkin mkin gila....
aku udh mmpir....mskpn nysek d awl,tp mkin ksni mkin seru...smp ngebut bgt bcanya biar bsa komen....😁😁😁....
D tnggu up'ny y kk....smngttt....😘😘😘