Alma Seravina, seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai Hostess di sebuah klub malam, harus menghadapi pandangan merendahkan dari masyarakat sekitarnya. Pekerjaannya yang unik, yang memerlukan dia untuk bekerja di malam hari, sering kali disalahpahami sebagai pekerjaan yang tidak pantas. Namun, Alma tetap mempertahankan pekerjaannya untuk membesarkan anak satu-satunya. Meskipun pandangan masyarakat membebani dirinya, Alma tidak pernah menyerah sedikitpun apalagi setelah mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit parah.
Di tengah kebingungan, tiba-tiba saja seorang pemuda yang usianya jauh di bawah Alma memasuki kehidupannya untuk balas dendam atas kematian tunangannya yang berkaitan dengannya. Namun, bukannya berhasil membalaskan dendam, Gevan justru malah terjebak nikah dengan Alma.
"Ayo menikah dan tandatangani kontrak ini!"
Alma tersenyum remeh, "Apa kamu bercanda? Aku tidak pantas jadi istri kamu, aku lebih pantas jadi kakak atau Tante kamu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wulan_Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amukan istri sah
"Maaf Tuan Cemal, apa Anda menunggu sudah lama?" tanya Alma.
Tuan Cemal tersenyum lebar, "Aku siap menunggumu walaupun lama, Alma. Momen ini sudah lama aku nantikan," sahut Tuan Cemal.
Suasana diruangan ini terasa sangat dingin dan mencekam. padahal Alma sudah menyiapkan dirinya, tetapi masih saja dia merasa gugup dan takut.
"Tuan, bukankah Anda ingin menyampaikan sesuatu? Kalau boleh saya tahu, apa itu?" Alma membuka kembali percakapan agar tidak terasa canggung.
"Kamu minumlah terlebih dahulu," titah Tuan Cemal sambil memberikan segelas sampanye padanya.
Alma ragu, tetapi dia harus bersikap tenang agar Tuan Cemal tak merasa risih padanya, Tuan Cemal adalah harapan satu-satunya.
"Terima kasih, Tuan."
Alma mengambil gelas yang berisi minuman itu, lalu meneguknya perlahan-lahan.
"Seperti yang kamu sudah tahu Al, aku begitu tertarik kepadamu sudah sejak lama. Jadi, apakah kamu mau menjadi istriku?" tanya pria tua itu tanpa basa basi sambil memegang lengan Alma.
Alma merasa jijik, tetapi apa yang harus dia perbuat? Mungkin ini adalah satu-satunya cara agar Rose bisa selamat.
"Tetapi Tuan, bagaimana dengan istri dan anak Tuan? Saya yakin mereka tidak mungkin bisa menerima saya."
"Kamu jangan mengkhawatirkan masalah itu, karena mereka akan menyetujui apa yang aku inginkan," jawab Tuan Cemal.
Alma kembali menelan ludahnya, kepada keluarganya sendiri saja pria tua ini berkhianat, apalagi nanti kepadanya?
Alma melepaskan genggaman Tuan Cemal, "Maaf Tuan, saya takut ini akan menjadi masalah yang serius untuk kedepannya. Apa mungkin lebih baik jika Anda memberitahu istri dan anak-anak Anda terlebih dahulu agar semuanya tidak rumit dikemudian hari," ucap Alma.
Mendengar ucapan Alma, Tuan Cemal tertawa terbahak-bahak membuat jantung Alma berdebar kencang karena terkejut.
"Jadi maksudmu, kamu bersedia menjadi istri kedua aku?" tanyanya.
Alma memejamkan matanya, mengatur nafas agar dia tidak salah berbicara.
"Tetapi Tuan, apa boleh saya mengajukan persyaratan?"
"Apa itu?"
"Anak saya sedang kritis di rumah sakit, saya butuh biaya sebesar dua miliar, jika saya bersedia menikah dengan Anda, apa Tuan bersedia membayar semua biaya pengobatan rumah sakit anak saya?" tanya Alma.
Tuan Cemal kembali meneguk minumannya, "Tentu Al, apapun yang kamu mau pasti akan saya kabulkan, apalagi ini hanya masalah berobat anak kamu. Jika perlu kita bawa anak kamu ke luar negri agar dia mendapatkan pengobatan yang terbaik."
Mata Alma berbinar mendengar ucapan Tuan Cemal, apa benar ini adalah takdirnya?
Brak!
Percakapan belum selesai tetapi pintu baru saja di dobrak oleh orang tidak dikenal.
"Kurang ajar! Apa yang kalian lakukan, hah!"
beberapa orang pria memakai jas hitam masuk paksa kedalam ruangan itu, membuat Alma dan Tuan Cemal merasa terkejut.
"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang sedang kamu lakukan disini bersama wanita jalang ini!"
Deg.
Jantung Alma berdebar kencang, ternyata itu adalah Nyonya Dominic, istri dari Tuan Cemal.
Plak!
Satu tamparan keras mendarat tepat di wajah Alma.
"Berani kamu menggoda suami saya, dasar tidak tahu malu!" sentak Nyonya Dominic dengan penuh amarah.
Tuan Cemal yang sejak tadi berbicara omong kosong kini hanya terdiam mematung bahkan hingga tak berani memandang sorot mata istrinya sendiri, ternyata Tuan Cemal adalah laki-laki yang takut istri.
"Jelaskan! Sedang apa kamu berada di sini bersama wanita muda itu? Apa kamu ingin mengkhianati aku?" tanya Nyonya Dominic kepada Tuan Cemal.
Tuan Cemal berdiri, lalu berjalan menghampiri sang istri yang masih terlihat emosi.
"Tenang dulu sayang, aku di sini bersama Alma kami hanya sedang membicarakan bisnis, tidak lebih," tutur Tuan Cemal.
"Bisnis apa? Bisnis tidur bersama begitu maksud kamu?" sentak nya.
"Tidak sayang, bukan seperti itu," sangkal Tuan Cemal.
Nyonya Dominic menatap Alma dengan tatapan tajam, "Hei kamu wanita jalang, kemari dan jelaskan, apa kamu baru saja merayu suamiku?"
Alma hanya tersenyum tipis, rupanya dia salah telah datang kepada Tuan Cemal. Belum apa-apa saja dia sudah berbohong, untung saja Alma belum menyetujui apapun.
"Maafkan saya Nyonya, ini memang kesalahan saya. Tetapi Anda jangan khawatir, antara saya dan Tuan Cemal itu semua murni hanya tentang pekerjaan. Tuan Cemal adalah pelanggan setia kami, beliau mengajak saya bertemu hanya untuk makan malam, tidak lebih," tutur Alma.
"Bohong! Kamu pasti bohong!" tunjuk Nyonya Dominic.
"Apa yang diucapkan Alma benar sayang, kita hanya sedang membicarakan bisnis. Apa kamu sudah lupa dengan club yang ada di kota selatan? Aku meminta khusus kepada Alma agar dia menjadi hostess disana karena dia sangat berpengalaman, hanya itu."
"Pantas saja, ternyata kamu seorang hostess murahan! Cih, berani kamu menyenggol ku!"
Alma menundukkan kepalanya, kali ini dia memang sudah salah langkah. Dengan tulus Alma meminta maaf kepada Nyonya Dominic.
"Sekai lagi saya ucapkan minta maaf, Nyonya. Ini kesalahan saya, maaf jika saya sudah menyakiti hati Nyonya, tetapi antara saya dan Tuan Cemal, kami tidak ada hubungan apa-apa, percayalah," ucap Alma dengan tulus.
Ditengah suasana yang semakin tegang, tiba-tiba saja Gevan yang sudah mendengar semua keributan dari luar kini masuk untuk mencari kesempatan.
"Ada apa ini? Kenapa terdengar ribut sekali dari dalam ruangan ini," tanya Gevan dengan santai.
Semua orang menoleh ke arah suara, mata Alma melotot tajam.
"Dia lagi?"
"Tuan Gevan, oh ternyata Anda juga ada di sini?" tanya Tuan Cemal sembari merangkul Gevan dengan hangat.
Nyonya Dominic yang tahu siapa pemuda dihadapannya itu tersenyum hangat sambil mengulurkan tangannya.
"Halo Tuan Gevan, senang bertemu dengan anda di sini. Tidak disangka pertemuan kita terjadi karena ada keributan," ucap Nyonya Dominic.
Gevan tersenyum tipis, "Tidak masalah, aku hanya penasaran saja sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apa kalian sedang dalam kesulitan?" tanya Gevan.
"Tidak ada, ini semua hanya salam faham saja," sahut Tuan Cemal.
"Benarkah?" tanya Gevan lagi sambil menatap wajah Alma yang masih merah karena tamparan Nyonya Dominic.
Nyonya Dominic menyahut, "Benar, sepertinya aku tadi emosi karena cemburu melihat suamiku duduk berdua diruangan tertutup bersama seorang wanita yang lebih muda, ini semua hanya salah faham."
Nyonya Dominic adalah wanita elegan yang takut jika masalahnya menyebar luas, apalagi koneksi mereka tidaklah sedikit, banyak orang penting yang sangat menghormati keluarga Cemal karena keharmonisannya serta kekompakan dalam keluarga maupun bisnis. Padahal amarahnya masih sangat menggebu, tetapi Gevan juga bukan orang sembarangan dia adalah salah satu pewaris grup J&GK Corp.
"Rupanya begitu, lalu Anda Nona, apakah anda yang dicemburui Nyonya Dominic itu?" tanya Gevan kepada Alma.
Alma memutar kedua bola matanya dengan malas.
"Tuan, apa kami membuat anda tidak nyaman? Jika benar maka maafkan kami. Urusan kami di sini sudah selesai, kami permisi pamit dahulu," ucap Tuan Cemal sambil berlalu menarik sang istri pergi dari sana diikuti beberapa pengawal Nyonya Dominic.
Kini di ruangan itu kembali hanya ada Alma dan Gevan.
"Kenapa wajahmu?" tanya Gevan sambil menyentuh pipi Alma.
Alma menepis lengan Gevan, "Ini bukan urusan kamu!" sentak Alma.
"Apa kamu masih kesal kepadaku, hah?"
"Aku hanya heran, kenapa kamu selalu ada di saat mood ku tidak baik, apa mungkin kamu penyebabnya?" ucap Alma ketus.
Pemuda itu tersenyum tipis, "Bukankah aku penyelamat kamu? jika tidak ada aku datang, mungkin saat ini kamu tidak akan selamat dan mungkin akan berakhir ditangan Dominic," jelasnya dengan ekspresi menakuti Alma.
Alma menelan ludahnya, memang benar kali ini pemuda dihadapannya ini sudah menolongnya dari amukan istri sah.
"Baiklah, aku ucapkan terima kasih karena sudah datang tepat waktu," kata Alma.
"Hanya itu?"
Alma menoleh sambil mengerutkan keningnya, "Lalu apalagi? jangan macam-macam, ingat aku masih membawa senjata!" ancamnya.