NovelToon NovelToon
Jalan Menuju Balas Dendam

Jalan Menuju Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Matabatin / Iblis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: A.J Roby

Aldi remaja yang masih menyimpan kepedihan atas meninggalnya sang bapak beberapa tahun lalu. Dirinya merasa bapaknya meninggal dengan cara yang janggal.
Kepingan memori saat bapaknya masih hidup menguatkan tekadnya, mengorek kepedihannya semakin dalam. Mimpi-mimpi aneh yang melibatkan bapaknya terus mengganggu pikirannya hingga dirinya memutuskan untuk mendalami hal ghaib untuk mencari tahu kebenarannya.
Dari mimpi itu dirinya yakin bahwa bapaknya telah dibunuh, ia bertekad mencari siapapun yang menjadi dalang pembunuhan bapaknya.
Apakah benar bapaknya dibunuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.J Roby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Penyelamatan

Aldi perlahan masuk ke dalam kamar Firda, jendela sedikit dibuka guna sirkulasi udara. Tapi rasanya tetap sesak bagi dirinya untuk bernafas. Energi negatif yang kuat membuat Aldi tidak nyaman.

Firda terbaring lemah di atas ranjangnya, ia terlihat seperti sedang tidur tapi pada nyatanya yang di dalam raganya bukanlah dirinya. Melainkan sesosok nenek tua berpakaian persis seperti mak lampir dalam sinetron membawa tongkat kayu di puncaknya terukir sebuah tengkorak kepala manusia.

Sosok ini merupakan sosok paling kuat, namun ada sosok yang lain yang sepertinya bertugas membawa Sukma milik Firda.

Aldi duduk bersila tepat di samping ranjang Firda berbaring. Ia meletakkan rokoknya yang masih menyala di atas asbak lalu memejamkan mata. Dibantu Suro terbukalah alam ghaib yang ada di tempat ini.

Aldi mengedarkan pandangannya, ia berada di dalam pabrik tua terbengkalai. Luasnya mungkin dua kali lapangan futsal dalam ruangan ini. Ruangan ini kosong tak ada peralatan apapun. Tapi pandangan lurusnya kini menangkap sesuatu. Firda duduk bersimpuh tanpa sehelai kain yang menutupi tubuhnya. Kedua tangannya dirantai dan ujung kedua rantainya digenggam oleh dua sosok seperti babi hutan,  namun postur tubuhnya seperti manusia. Mereka seperti makhluk kembar, tapi babi yang memegang rantai di tangan kanan Firda juga membawa cambuk sedangkan yang satunya membawa sebuah belati.

Firda terlihat sudah tak berdaya dengan luka gores serta sayatan di sekujur tubuhnya. Bekas luka serta darah yang mengering membuatnya lemah. Mata mereka berdua bertemu, terlihat secercah harapan yang tegambar dalam sorot mata Firda.

“Tolong” Lirih Firda

Darah Aldi mendidih melihat pemandangan yang tak manusiawi itu, Tanpa tedeng aling-aling Aldi berlari menyerang babi yang membawa cambuk. Tendangan memutarnya berhasil mematahkan salah satu taringnya yang menjulur ke atas. Babi itu mundur beberapa langkah dan cengkramannya ke rantai otomatis terlepas.

Aldi melanjutkan memberi tendangan T ala pesilat ke babi yang membawa belati. Momen itu berlangsung sangat cepat. Langsung Aldi menggendong Firda yang tak berdaya lari menjauh. Setelah berada di pojok ruangan Aldi kembali meletakkan Firda dengan hati-hati.

“Tunggu sebentar ya mbak, bentar lagi mbak bisa bebas” Ujar Aldi tulus dengan senyum yang menyimpul.

Firda sendiri tak sadar bahwa dirinya telah dibawa oleh Aldi menjauh dari kedua babi itu, ia hanya mengangguk dengan berharap penuh ke Aldi yang kini kembali menyerang babi itu.

Kedua babi itu memasang kuda-kuda siap menyerang Aldi, lengah sebuah cambukan mengarah tepat ke pipi kanannya membuat Aldi hilang keseimbangan.

“Jangan pernah ikut campur urusanku!” Bentak babi yang membawa cambuk.

Babi yang membawa belati berlari ke arahnya siap menusuk Aldi, dengan cepat Aldi menendang kaki babi itu hingga tesungkur di lantai.

“Klontang”

Suara belati yang jatuh menggaung di dalam ruangan. Tak sia-siakan kesempatan Aldi meraih belati itu lalu menusukkannya ke belakang kepala babi yang terjatuh. Memuncratkan darah yang amat deras seperti aliran bendungan yang baru dibuka. Babi itu lenyap perlahan.

“Sisa satu babi lagi” Ujar Aldi tersenyum puas.

Melihat rekannya dikalahkan dengan mudah si babi tak terima. Ia berteriak keras hingga suaranya merusak langit-langit gudang.

Tubuhnya membesar dua kali lipat dilengkapi ototo-otot yang menonjol bak binaragawan tapi berkepala babi.

“Bagaimana sekarang bocah laknat?!” Ujar Babi sembari memberi tatapan mengejek.

Aldi mencoba menerjang lalu melayangkan uppercut namun sayang dengan cepat disadari. Tubuh Aldi ditabrakkan dengan tubuh babi itu hingga Aldi terpental jauh ke tembok.

Belum sempat bangun, tangan Aldi diseret hingga tubuhnya menabrak tembok lagi. Pelipisnya berdarah, pandangannya berkunang-kunang. Dengan napas yang lumayan tersengal Aldi mencoba berdiri kembali.

Tubuhnya kembali dihantam seakan Aldi tidak dipersilahkan berdiri. Tak kehabisan akal saat Aldi mencoba berdiri Aldi langsung menendang kaki babi itu dari bawah hingga tersungkur.

Aldi langsung berdiri menginjak kepala babi itu sekuat tenaga. Ia lakukan berkali-kali sampai babi tak berdaya. Aldi mengambil rantai yang masih mengikat tangan Firda lalu mematahkannya.

Rantai itu Aldi lilitkan pada leher babi sekuat tenaganya, urat yang menyembul di lengannya menandakan ia melilitkan dengan kekuatan penuh. Babi itu lenyap perlahan.

Aldi berjalan pelan sembari sedikit terhyung mendekat ke arah Firda.

“Ayo pulang mbak” Ucap Aldi pelan sambil menggenggam tangan Firda.

Firda mengangguk lalu menerima genggaman Aldi lalu keduanya memejamkan mata.

Aldi membuka mata posisi duduknya tetap seperti semula. Tapi rokok di asbaknya telah habis dimakan bara api. Sedangkan Pak Anto beserta Istri bersama Pak Hasan dan Ines memperhatikannya dari luar kamar sedari tadi sambil memasang muka khawatir.

“Uhuuuk”

Firda terbangun dengan terbatuk, ia memuntahkan semacam darah yang berwarna hitam. Pak Anto menghampiri anaknya dengan mata yang berbinar-binar melihat anaknya telah sembuh.

“Bu tolong ambilkan air minum buat Firda” Ujar Pak Anto kepada istrinya.

“Jangan dulu pak, kompres sama usap darahnya pake air hangat aja dulu” Potong Aldi

Kedua orang tua Firda menuruti perkataan Aldi, kini mereka semua kembali berkumpul di ruang tamu kecuali istri pak Anto yang menemani Firda di dalam kamar.

“Terimakasih banyak ya dik Aldi” Ujar Pak Anto dengan mata berkaca-kaca

“Iya pak sama-sama, sementara mbak Firda biarkan istirahat dulu” Balas Aldi.

Aldi menelisik ke sekitar area rumah namun tak menemukan Suro dan Melati. Akhirnya ia kembali duduk menikmati sebatang rokok.

Tak lama yang dicari Aldi muncul di depannya

Melati muncul dengan mencengkram sosok mak Lampir itu dengan kuat. Sosok itu terlihat tak berdaya, sepertinya telah terjadi pertarungan antara mereka.

“Ini mas aku pegangin hihi” Ujar Melati yang kembali ke setelan centil.

“Ini siapa?” Aldi bingung

“Ini yang bersemayam dalam raga wanita itu Al” Sahut Suro

Aldi hanya manggut-manggut sembari memegang dagunya, pusat kekuatan negatif ada dalam sosok nenek ini. Penampilannya sungguh mengerikan ditambah berbagai luka menghiasi wajahnya.

Di pertarungan tanpa Aldi, Melati memang  telah membombardir sosok nenek ini hingga tak berdaya. Melati sang kuntilanak hitam terlalu tangguh bagi  nenek lampir. Melati juga berhasil memberikan hasil cakaran kukunya di wajah si nenek.

“Kamu apain Mel?”

“Cakar dikit mas” Balas Melati tersenyum malu sambil menutupi mulutnya

Aldi berdehem keheranan bisa-bisanya Melati berbuat sejauh ini dan masih bisa memasang wajah centilnya.

“Dia punya informasi tentang pembunuh bapakmu” Sahut Suro.

Seketika Aldi membeku, tatapannya yang santai kini kian merah padam. Darahnya mendidih, tangannya gemetar. Ingin rasanya ia menyiksa nenek lampir itu. Tapi ia baru ingat bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat. Semuanya tidak ada yang menjadari karena Aldi berkomunikasi menggunakan telepati.

Aldi memutuskan untuk segera pamit dari rumah Pak Anto. Namun ia masih ditahan agar tak pulang terlebih dahulu. Tak lama tiba seseorang mengantarkan makanan.

Sebungkus nasi goreng dinikmati bersama pada malam ini setelah pertarungan yang melelahkan. Sebenarnya Aldi tak lupa dengan nenek lampir itu, tapi ia memutuskan untuk melanjutkannya di rumahnya dan kini fokusnya menikmati makanan yang telah disajikan untuknya.

Di sela-sela makan pak Anto bertanya kepada Aldi tentang apa yang terjadi pada putrinya.

“Saya ndak tahu  masalahnya apa pak, tapi intinya ada orang yang berusaha mencelakai mbak Firda”

Pak Anto menunduk seraya berpikir keras siapa yang telah tega mencelakai anaknya.

“Kalau pengen tahu jelasnya nanti aja pak, tunggu mbak Firda pulih biar bisa ditanyain”

Aldi lanjut menikmati nasi gorengnya sambil berkomunikasi dengan Melati.

“Kamu pulang duluan aja sama Suro, kunci itu nenek lampir jangan sampai kabur”

“Siap mas ganteng hihi” Balas Melati sambil mencolek dagu Aldi

Aldi merinding seketika. Melati dan Suro langsung menghilang.

Akhirnya setelah sekian lama Aldi diperbolehkan untuk pulang. Mereka bertiga kembali berjalan menuju rumah Pak Hasan karena motor Aldi terparkir di situ.

“Kak besok jadi kan?” Ujar Ines dengan sorot mata penuh harap

“Iyaa jadi kok Nes tenang aja”

“Horeeee”

“Tapi….”

“Tapi apa kak?” Potong Ines

“Tapi jangan marah kalau besok aku kesiangan hehehe”

“Huhh! Kirain apa” Sahut Ines memanyunkan bibirnya.

Mereka berjalan di belakang pak Hasan yang telah mendahului. Aldi menatap dalam-dalam wajah Ines, di bawah lampu jalan ia melihat wajahnya bersinar cerah seraya tersenyum.

“Kenapa kak?” Tanya Ines yang sadar diperhatikan sedari tadi

“Cantik”

Angin menerpa wajah Ines lembut, pipinya yang putih menjadi kemerahan. Ines langsung berlari menjauh karena salah tingkah yang sudah tak mampu dikontrol.

Akhirnya Aldi pamit dari rumah Pak Hasan. Ia melajukan motornya membelah kabut tengah malam. Sesampainya di rumah ia dibuat terkejut hingga hampir jatuh dari motornya.

Nenek lampir itu diikat di pohon asam jawa dengan kondisi terbalik, kepalanya berada di bawah. Terlihat ia memberontak sekuat tenaga tapi tak pernah berhasil.

“Mel kamu apain itu?”

“Kata mas kan jangan sampai kabur” Balas Melati santai

Aldi menepuk jidatnya.

“Yaudah terserah kamu deh, yang penting jagain ya jangan sampai kabur”

“Oke mas gantengku” Melati sambil memberikan gestur hormat.

Suro sendiri duduk tenang di atas lemari dalam kamar Aldi. Nampaknya energinya juga terkuras. Bukan karena pertarungan tapi karena menghadapi tingkah Melati.

1
Marss256
Banyakin aksi Melati thor
Was pray
lah isi suratnya apaan? para pembaca disuruh mengira Ira sendiri kah?
A.J. Roby: Seperti biasa, jawabannya kita cari tahu di bab selanjutnya😁
total 1 replies
Venaaaaa
Keren
A.J. Roby
Haloo para readers, semoga novel ini dapat dinikmati bersama. Pengalaman horor yang pernah author alami juga dituangkan di dalam novel ini. Semoga para readers suka


Kritik, saran dan masukan dari para readers sekalian sangat berarti bagi author, mengingat ini adalah karya pertama dari author. Happy reading😁
Was pray
suro dan melati gak mengawal Aldi ke balai desa kah? sehingga kemunculan pocong tengkorak gak terdeteksi
A.J. Roby: Mari kita cari tahu jawabannya di bab berikutnya😁
total 1 replies
Yudha Sukma
ditunggu updateannya thor
Tsumugi Kotobuki
Kapan ni thor? Seperti sudah lama sekali gak ada updatenya, rindu aksi si tokoh utama!
A.J. Roby: Haloo kak, terimakasih telah membaca cerita author yaa. InsyaAllah author akan udpate setiap hari kalau ga ada urusan mendadak. Tunggu terus update selanjutnya yaa
total 1 replies
Mưa buồn
Penulis luar biasa.
A.J. Roby: Terimakasih kak, semoga suka dan terhibur yaa
total 1 replies
LOLA SANCHEZ
Ngakak sampai sakit perut 😂
A.J. Roby: Terimakasih kak, semoga selalu terhibur dan tunggu update selanjutnya yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!