Paksaan sang ibu sukses merubah 'Status Hidup' Nadilla menjadi bertunangan.
Awalnya Nadilla punya rencana untuk membatalkan pertunangan karena si pria sudah mempunyai kekasih.
Semua situasi itu berubah saat mengetahui sisi baik pria yang ingin membahagiakan kedua orang tua melalui prestasi yang akan pria itu lakukan sendiri di sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14.
Nadilla terbangun saat ibunya memanggil melalui sambungan telepon, yang kemudian kaget melihat jendela hari sudah gelap.
"Ya allah sudah jam delapan malam"
"Udah mau pulang Dil?" Tanya Disky.
"Iya tadi ibu saya barusan nelpon enggak ke angkat"
"Biar saya yang antar kamu pulang"
"NO!" Tegas Nadilla
Walaupun Nadilla menolak, Disky tetap ingin mengantarkannya pulang.
"Disky tolong. KAMU ITU LAGI SAKIT. Kalau nanti di jalan kamu kenapa-kenapa gimana!"
"Saya pasti baik-baik saja Nadilla"
"Pokoknya enggak!"
"Ini cuma sakit biasa"
"Aneh banget, kenapa kamu bisa mendadak sakit coba?" Tanya Nadilla.
"Iya mana saya tau"
Nadilla terdiam teringat akan sesuatu yang hampir ia lupakan, merubah pandangan menjadi tajam untuk bertanya mengenai botol minuman yang ia temukan barusan.
"Kamu itu sebenarnya yang nyari penyakit"
Disky mengerut kening "Kok saya? orang gila mana yang hidup cuma nyari penyakit?"
"Iya kamu orangnya, udah tau kemarin sehat malah mabuk-mabukan"
"...." Disky terdiam kali ini. Ia enggan memberi tahu alasan kepada Nadilla mengenai mabuk nya semalam, Ia lakukan hanya karena ingin melupakan semua pikiran negatif sehabis di marahin oleh ayah nya.
"Kamu itu orangnya sering mabuk?" Tanya Dilla lagi.
"Enggak, cuma sekali itu aja" Jawab Disky.
"Jawab jujur gausah bohong!"
"Beneran Dilla"
"Tujuannya untuk apa? Kamu sadar kan kalau konsumsi minuman keras buat badan kamu sakit?"
"Iya"
"Saya enggak mau kalau punya suami tukang mabuk, tolong berhenti mulai dari sekarang!"
"Iya janji" Disky mengacungkan jari kelingking di hadapan Nadilla. Membuat Nadilla memasukan jari kelingkingnya di sela-sela itu.
"..." Nadilla terdiam sambil melirik sebal. Yang kemudian terkejut tiba-tiba dipeluk sama Disky.
"Sudah jangan marah lagi sayang" Kata Disky.
Dengan perilaku pria tersebut, sudah cukup membuat amarah Nadilla yang awal nya meluap perlahan mereda.
Pun belaian di kepala semakin membuat Nadilla tak bisa berkata-kata.
Hingga akhirnya Nadilla menabrakkan kepala di dada pria itu —sekaligus membalas pelukan nya.
"Nah begitu dong akur" Kata Bu Karina.
Sedangkan Novia mengambil foto, kemudian senyum-senyum semringah. "Sosweet banget si bang"
Nadilla reflek melepas kungkungan berupa dorongan yang membuat Disky terjengkang ke belakang.
"Ih kak kok dilepas sih?"
"Malu Nov"
"Jangan malu kak, kita kan sebentar lagi mau jadi saudara toh?"
"..." Nadilla hanya menarik nafas.
"Dilla" Panggil Bu Karina.
"Iya bu" Jawab Nadilla.
"Ibu kamu tadi barusan nelpon, kalau masih mau jaga Disky disini nginep aja tidur bareng Novia nanti" Kata Bu Karina.
Nadilla menggeleng kepala "Enggak deh bu, ini Nadilla juga mau siap-siap pulang"
"Tenang saja kak untuk seragam sekolah nanti bisa pinjem ke novi, ukuran badan kita kan gak jauh beda" Timpal Novi yang ikut menahan kepergian Nadilla.
"Enggak nov, masih ada yang mau Dilla kerjakan di rumah" Dilla kekeh menolak.
"Ya udah kak Dilla kalau mau pulang sih, yang jelas tadi Bu Gita udah izinin kakak nginap disini barang kali kemalaman" Kata Novia.
"Masih sore jam delapan"
"Yuk sayang" Kata Disky yang dari tadi menyimak sekarang ikut bersuara.
Nadilla mengerut kening "Yuk kemana?"
"Pulang"
"Saya bisa pulang sendiri, please lah kamu itu lagi sakit Disky"
"Enggak apa-apa Dilla, saya sudah biasa"
"Ya kamu jangan dijadikan kebiasaan!"
"Udah gak apa-apa biar saya anter kamu pulang" Kekeh Disky.
"Ya ampun Disky, egois banget si jadi orang tuh"
"Kak Dilla udah turutin aja, abang kalau udah ada niat pasti susah nurut kak" Timpal Novia.
"Tapi dia lagi sakit novi" Nadilla terus menolak karena ia peduli dengan keselamatan dan kesehatan Disky.
"Efek pacaran sama Maurel kak"
"Maksutnya?" Nadilla mengerut kening sembari berpikir "Jadi kesimpulannya Maurel yang ngajarin dia seperti ini?"
"Iya begitu lah"
"Udah gak bener! Cowok nya lagi sakit malah minta jemput! Pao tuh cewek!" Umpat Nadilla.
"Jangan bawa-bawa Maurel" Timpal Disky.
"Selain ini masih banyak lagi, Novi mau kakak tolong ubah kebiasaannya biar tau mana yang salah dan mana yang benar" Pinta Novia.
"..." Nadila kini terdiam hingga obrolan itu pun tersudahi, Nadilla memilih menuruti keinginan egois nya Disky.
"Hati-hati jangan ngebut jalan nya" Pinta Nadilla sebelum akhinya dia naik ke atas motor.
"Iya" Jawab Disky sambil menghidupkan mesin motor sekaligus menjalankannya.
Di menit sepuluh perjalanan mereka, Nadilla minta berhenti di jualan nasi goreng pinggir jalan.
"Saya beli nasi goreng dulu sekalian mau buat mamah dirumah"
Disky menatap Nadilla, membuka dompet lalu mengeluarkan uang untuk bayaran nasi goreng itu. "Beli tiga ya. saya yang bayarin, untuk saya pedas"
"Yaudah tunggu" Nadilla mengambil uang dari tangan Disky, sekaligus pergi ke arah gerobak nasi goreng itu. Memesan, menunggu, hingga menatap Disky yang terlihat sedang menahan pusing sembari menunduk.
Nadilla langsung pergi menemani disky di motor nya.
"Kok balik lagi?" Tanya Disky.
"Udah saya pesan" Jawab Nadilla sambil memeluk lembut kepala pria itu untuk ia pijit-pijit. "Kalau dibilang tuh nurut, masih sakit malah naik motor"
"Udah lepasin, malu dilihat orang"
"Biar cepat sembuh sayang" Kata Nadilla.
"Udah sayang lepasin" Disky mengusir kungkungan tangan Dilla di kepalanya.
"Pokoknya kalau sudah sampai rumah saya, kamu makan dulu sebelum pulang"
"Iya"
"Aku sayang kamu Disky" Kata Nadilla.
"Yes, me too!" Jawab Disky.
