KKN DI DESA BERACUN (SANTAU)

"Ambilkan saya kelapa muda, dan kelapa hijau, jangan sampai jatuh ketanah, tahu maksudnya--kan?" tanya pria sepuh itu, kepada Darmadi yang saat ini sedang merasakan khawatir pada rekannya.

Pemuda itu tampak diam. Ia bingung, bagaimana caranya mengambil kelapa tersebut, sedangkan ia tidak pandai memanjat pohon kelapa, sebab selama ini hanya dikait saja.

Tiba-tiba Yudi datang kerumah Atok Hasyim, dan kehadirannya langsung ditodong pekerjaan oleh Darmadi.

"Yud, ayo keluar sebentar." ia beranjak bangkit dari duduknya, lalu menghampiri pemuda itu, yang bahkan tak sempat untuk masuk ke dalam rumah.

"Mau kemana?" panjat hon kelapa?" sahutnya, lalu menggandeng tangan pria itu, agar tak membantah.

"Hah?! Manjat pohon kelapa? Serius?" pemuda itu meyakinkan ucapan ketua Tim mereka.

"Iya, soalnya Yayuk butuh kelapa itu, buat penawar racunnya." Darmadi menuju motornya. "Ayo. Naik!" pintanya.

Pemuda bernama Yudi utu akhirnya hanya pasrah, dan mengikuti apa yang diinginkan oleh Darmadi.

Keduanya menyusuri jalanan dusun, dan menuju sebuah rumah, yang mana diketahui ada memiliki pohon kelapa hijau.

"Kita kemana?" tanya Yudi penasaran. Sebab pemuda itu memasuki jalanan setapak yang semakin membawa mereka menuju ke arah yang lebih jauh. Disekeliling kanan dan kiri jalan, terdapat deretan pohon kelapa yang tumbuh cukup tinggi. Mungkin usianya jauh lebih tua dari usia para anak KKN tersebut.

"Bang, benarnya ini jalannya? Jangan kau buat kita nyasar," protes Yudi, dengan rasa curiga.

Sebab rumah penduduk terlihat berjauhan satu sama lainnya, dan parahnya nyamuk-nyamuk yang berukuran cukup besar, mengikuti mereka dan bergerombol disepanjang perjalanan.

"Tenanglah bentar lagi juga sampai," jawabnya.

Tak berselang lama terlibat sebuah rumah yang terletak dipaling penghujung. Yudi baru menyadari, jika tidak ada aliran listrik yang menuju kesana, sejak.mereka memasuki jalanan setapak.

"Lalu, bagimana mereka dapat mengakses dunia luar? Tudak ada televisi pastinya.

"Setibanya didepan rumah panggung tersebut, Darmadi menghentikan motornya. Lalu turun, dan menghampiri sang pemilik rumah.

"Assalammualaikum, Tok," sapanya dengan sopan.

"Waalaikumsalam, lama tak.berkunjung," sabut pria itu, me jawab salam dari Darmadi.

"Iya, sibuk kuliah," jawab pemuda itu.

Yudi mengerutkan keningnya. Apakah itu tandanya mereka saling mengenal?

"Yud, tolong ambilkan buah kelapanya, yang itu pohonnya, dan bawa ini, sebab tidak boleh dijatuhkan." ia memberikan karung goni yang dibentuk seperti tas sandang.

Yudi menatap benda tersebut, lalu mengjela nafasnya dengan berat. Kemudian menyambar karung goni, dan mulai berjalan menuju pohon kelapa, untuk memanjatnya.

Sementara itu, Yayu yang sedang duduk bersandar, kembali terbatuk dan pria sepuh itu datang dari arah dapur dengan membawa sebuah baskom berukuran besar. Sepertinya ia sudah sangat faham tentang apa yang akan terjadi.

"Uhuuuuuk." ia kembali terbatuk, dan benar saja, darah kental dengan serpihan seperti hati masuk kedalam baskom, dalam jumlah yang cukup banyak.

Kali ini, racun yang dikirimkan oleh si Pelaku lebih ganas, sebab terdiri dari tiga bahan mematikan yang sangat berbahaya.

Bagaimana tidak, serbuk pecahan gelas kaca, potongan rambut yang dihaluskan , dan juga kuku yang dijadikan satu.

Gadis itu mengalami sesak, bahkan, untuk menghirup.oksigen saja ia seolah hendak menghabiskan nyawa.

Fitri yang melihatnya merasa lemas. Bagaimana tidak, baru pertama kalinya ia melihat orang yang muntah darah dalam jumlah yang sangat banyak.

"Sebenarnya, santau itu apa, Tok?" tanya Fitri, dengan wajah pucat. Ia juga merasa bersalah, sebab terlupa untuk menutup gulai pucuk daun singkong saat tadi.

Ia tidak pernah menduga, jika semengerikan ini, tinggal didesa yang menjadi tempat mereka untuk melakukan KKN.

"Santau itu sejenis ilmu hitam, yang digunakan untuk membuat korbannya mengalami kematian, dengan jangka waktu yang telah ditentukan," pria itu menghela nafasnya dengan berat, dan menatap.wajah Yayuk yang sudah sangat pucat.

"Pelaku sepertinya sengaja memasukkan dalam jumlah banyak, dan berharap targetnya segera meninggal dalam waktu dekat," Atok Hasyim menjelaskan.

Ia melihat Yayuk sedang berdzikir dan memohon perlindungan.pada Rabb-Nya, agar segera disembuhkan dari segala penyakit yang dideritanya.

Setelah menunggu cukuo lama, akhirnya dua pemuda itu tiba didepan rumah, dengan membawa tiga butir kelapa hijau yang dibutuhkan sebagai ramuan untuk menyembuhkan sang gadis.

pria sepuh itu mengambil ketiga butir kelapa tersebut. Lalu membuka bagian atasnya. Ia mulai merapalkan doa, dan dzikir dengan butiran tasbih ditangannya.

Setelah selesai, ia menyerahkannya pada Fitri, agar membantu Yayuk untuk meminumnya.

"Minumlah, dan jngan lupa, baca shalawat tiga kali, Niat meminta kesembuhan, lalu surah Al-Fatiha," ucapnya dengan tenang

Yayuk hanya dapat mengangguk lemah, lalu mengikuti apa yang dikatakan oleh sang pria sepuh.

Ia meneguknya, dan saat air kelapa itu melewati tenggorokannya, ada sesuatu seperri tersapu ditenggorokannya, dan begitu juga pada bagian dadanya.

"Ingat pesan atok. Selama masa penyembuhan dalam kurun waktu tiga bulan, jangan pernah memakan rebung, nenas, makanan pedas, dan jangan meminum sesuatu yang mengandung soda," pesannya.

"Terimakasih, Tok" ucap Yayuk, masih dengan kondisi lemah, tetapi. Sudah dapat berbicar, ketimbang saat pertama kena racun tersebut.

Setelah mendapatkan pengobatan pertama, mereka pulang ke rumah koas dan akan lebih berhati-hati lagi, saat tinggal dikampung orang.

sementara itu, Emy, Yuli, dan juga Andana baru saja pulang dari pengajian disalah satu rumah warga. Melihat rekan-rekan mereka keluar dari rumah Atok Hasyim, rasa penasaran membuat mereka menghampiri.

"Kalian ada acara apa?" tanya Emy dengan penuh selidik.tidak mungkin juga undangan makan, sebab baru saja malam tadi .

"Yayuk kena Santau," jawab Fitri. Dan ternyata, ucapan didengar oleh Rodiah, yang merupakan istri dari Burhan, dan kebetulan tadi jalan bareng dengan ketiganya.

Wanita itu tersentak kaget, lalu berjalan terburu-buru. Langkahnya terlihat begitu cepat, dan dadanya dipenuhi oleh gemuruh yang sangat kuat.

"Astaghfirullah," ucap ketiganya. Mereka seolah tak percaya dengan apa yang didengar.

"Kok, bisa?" tanya Yuki, yang merasa ini hanya salah dengar saja.

"Iya, gak sengaja lupa nutup belanga berisi gulai, dan ada seseorang yang menyelinap dari arah belakang dapur, lalu memberikan racun tersebut pada gulai," Fitri menjelaskan kronologi kejadiannya, meski tidak spesifik.

"Kok adaya, orang sejahat itu? Kaya enggak, justru mencelakai orang," ungkapnya dengan kesal.

Lagipula, mereka disini bukan mengganggu. Hanya menerpakan ilmu yang didapat di kampus.

"Ya, ada, buktinya itu terjadi," sabut Emy, nyelutuk.

"Kami berboncengan, sebab Yayuk belum bisa berjalan cukup jauh," Darmadi menjelaskan.

"Biar aku yang bonceng, bang Darmadi aja yang jalan." ujar Yuli, lalu gadis itu naik ke atas motor, dan meminta Yayuk serta Fitri untuk untuk naik keatas boncengan .

Darmadi yang melihatnya tak.dapat membantah, sebab ia tahu jika berdebat dengan seorang wanita, jangankan unruk menang, seri saja tak bisa.