The Way He Touched Me

...❤︎...

...“Gadis itu jatuh cinta pada kebohongan (Julian) ... tapi menyerahkan tubuhnya pada kebenaran (Kael).”...

...❤︎...

Di sebuah kamar tidur yang sederhana dan tak begitu luas, Kael mencengkeram dagu Elika dengan sangat kuat. Ada dendam dan cinta yang menyatu di balik cengkeraman tangannya. Sorot mata Kael terlihat tegas, tapi tidak dengan hatinya.

Kael melepaskan cengkeramannya.

Namun Elika menahan lengan pria itu. "Aku siap masuk ke dalam hidupmu, meskipun aku tak bisa keluar lagi."

"Bukankah sejak awal sudah ku katakan? Aku berharap kau merusakku lebih jauh lagi," imbuh Elika percaya diri.

Kael kesal mendengarkan ucapan Elika. Ia menarik lengan gadis itu dan membawa Elika ke kamar yang ada di sebelah kamarnya. Lalu ia membuka pintu kamar itu dan menghidupkan lampu.

"Lihat!" Kael memegang bahu Elika dari belakang. Suaranya tinggi, seolah-olah sedang membangunkan Elika yang sedang mabuk oleh alkohol dan cinta yang buta.

Tubuh Elika bergetar hebat saat melihat isi kamar itu. Karena di sana, tak ada satu pun perabotan. Kosong. Menyisakan suara yang menggema.

Elika menoleh ke belakang, menatap Kael dengan segenap kesadaran yang tersisa. "Apa maksud dari semua ini, Julian?"

"Kael," ucap Kael dengan tegas.

"Kael?" Elika mengerutkan keningnya.

"Julian yang kau kenal ... pria itu tak ada."

"Maksud—"

"Kael Julian Greyson. Julian itu hanyalah nama tengahku. Dan aku ... bukan seorang tutor."

Elika tertawa terbahak-bahak. Seolah-olah yang ada di depannya saat ini adalah lelucon belaka. Alih-alih melangkah mundur, gadis itu melangkah maju, menatap Kael dengan sangat berani.

"Aku tak peduli kau siapa," bisik Elika sambil kedua tangannya mencengkeram kerah baju Kael. "Karena di mataku, Julian dan Kael adalah orang yang sama."

Kael menyeringai tipis. Menertawakan Elika yang sedang mementingkan ego darah muda dan nafsunya semata. "Kau akan berkata seperti itu sekarang."

"Tapi nanti, setelah tahu semuanya. Aku yakin, kau akan menyesali semua yang terjadi malam ini," imbuhnya putus asa.

"Maka lakukan," perintah Elika sambil menarik kerah baju Kael. Membuat tubuh pria itu condong ke depan, sehingga wajah mereka hanya menyisakan jarak 5 sentimeter. "Buat aku menyesal, sampai rasanya ingin mati."

Sesaat kemudian, Kael mendorong tubuh Elika ke dinding. Kedua tangan gadis itu ia angkat atas, lalu ia kunci ke dinding. Dengan nafas yang memburu, Kael menghisap bibir Elika dengan sangat kasar. Ada dendam dan cinta yang terhubung di sana.

"Ngh!" Elika tersentak saat satu tangan Kael memijat dadanya dengan kasar. Gerakan memijat yang Kael berikan, membuat ia tak sanggup untuk tak menggeliat.

Bibir Kael melepaskan bibir gadis yang ingin ia lumpuhkan. Lalu, ia menyusuri leher jenjang gadis itu dan meninggalkan beberapa tanda cinta di sana. Tak puas menyantap dalam keadaan berbusana, Kael menggendong Elika dan membawanya ke kamar.

Usai menghempaskan tubuh Elika ke atas ranjang, ia melepaskan kemeja yang membalut tubuhnya. Sementara Elika tak mau kalah. Ia ikut serta melepaskan pakaiannya. Menyisakan pakaian dalam berwarna coklat muda di tubuh yang mulus itu.

"Ck!" Kael berdecak saat melihat keberanian Elika. Ia merangkak ke atas tubuh Elika dan mendorong tubuh gadis itu sampai terlentang.

"Ternyata kau tak sepolos yang ku kira," gumam Kael. Matanya seperti ujung panah yang tajam, yang siap dilepaskan ke target. Ia menatap Elika dengan sangat mengerikan.

Alih-alih membalas ucapan Kael, Elika mengalungkan kedua tangannya ke leher Kael. "Malam ini ... hancurkan aku."

Kael membara. Tangan kanannya menyusuri tubuh Elika. Perlahan turun ke bawah dan mengobrak abrik kelembutan yang sudah basah di bawah sana. Sementara satu tangannya lagi mengunci tangan Elika ke atas. Bibirnya pun bekerja di dada Elika.

"Agh!" Elika tak bisa tenang. Tubuhnya menggeliat ke kiri dan ke kanan.

Kael semakin menguasai tubuh Elika. Gerakan tangannya di bawah sana semakin kencang, sementara hisapan bibirnya semakin kuat.

Tubuh Elika menegang. Kedua kakinya tertumpu dengan sangat kuat ke kasur. Kepalanya mendongak ke atas sembari bibirnya setengah terbuka. "Arghhh!"

Kael menyeringai puas. Tapi semua itu baru permulaan. Ia melepaskan sabuk di celananya. Lalu ia mengikat tangan Elika menggunakan sabuk. Kemudian, ia menempatkan tubuhnya di antara kedua paha Elika.

Pria dengan tubuh keras dan atletis itu membawa tubuhnya masuk ke dalam gadis itu. Perlahan. Sedikit demi sedikit. Namun, belum ada seperempat juniornya masuk ke dalam tubuh gadis itu, ada sesuatu yang menghalang.

"Mhh ...," Elika meringis. Ia sedikit kesakitan.

Kael terkejut. Gadis yang ia sangka berbohong, ternyata ... dia jujur. Bahwa ini pengalaman pertamanya.

Kael mengeram. Mencengkeram pinggul Elika dengan sangat kuat. "Kau yang meminta ini Elika."

"Nghhh!!!" Elika meringis dengan bibir tertutup, saat sebuah daging keras yang besar itu memaksa masuk ke dalam tubuhnya. Butuh perjuangan untuk ia menerima benda itu ke dalam tubuhnya.

Rasanya sakit, robek dan pedih. Tanpa terasa, airmata mengalir membasahi pipi Elika.

Kael yang melihat hal itu, ia semakin kesal. Hatinya menjadi berantakan. Ia benci dengan situasi saat ini. Situasi di mana ia menjadi pecundang. Karena satu sisi, ia harus membuat Conner merasakan penderitaan yang ia dan keluarganya rasakan. Sementara di satu sisi lainnya, ada gadis yang rela memberikan pengalaman pertama dan seluruh perasaan padanya.

Kael menghentakkan tubuhnnya. Memacu pergumulan dengan sepenuh hati dan brutal. Elika menggelinjang menerima kenikmatan yang tiada dua. Baru beberapa menit permainan bermulai, tubuh Elika menegang. Gadis itu mencapai klimaks dengan nafas yang tersengal-sengal.

Alih-alih memberi jeda pada Elika, Kael malah mempercepat tempo gerakannya. Bahkan ia menggagahi tubuh Elika dengan beberapa gaya yang berbeda.

"Julian ...."

Kael menghentak keras tubuhnya.

"Agh!" Pekik Elika.

"Kael. Aku bukan Julian."

Elika yang saat ini sedang di posisi merangkak membelakangi Kael, ia menoleh ke belakang. Namun dengan cepat tangan kasar Kael mencengkeram kasar leher Elika. Membuat gadis itu kembali menatap ke depan.

"Kael ...," Kael kembali menghentakkan tubuhnya dengan nafas yang berat. "Sebut namaku."

"Kael ...." lirih Elika di sela-sela desah yang tak berhenti.

"Good girl ...," lirih Kael sambil menyeringai puas. "Teruslah ingat namaku. Lupakan Julian."

Malam itu ... Kael menggagahi tubuh Elika tanpa henti. Karena ia tahu, setelah malam itu ... sulit untuk mereka kembali bercinta dengan kenyataan yang tak bisa dihapus oleh takdir.

...❤︎❤︎❤︎...

...To be continued .......