Budi seorang remaja tampan tak terduga mendapat warisan yang membuat nya menjadi kuat dan sakti
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Tempat
Selepas dhuhur baru asisten pak Baskoro datang membawa uang yang di suruh pak Baskoro .
Clara dan Budi langsung berpamitan karena ingin segera mencari tempat untuk membuka cafenya.
" Yang ke pasar dulu" ucap Clara yang melihat Budi akan membelok ke arah way Halim.
" Mau ngapain?" Tanya Budi , tapi ia membelokkan motornya menuju Tanjung Karang
" Mau beli hape buat kalian " ucap Clara santai,
" Eh jangan hape kan mahal, biar nanti kami beli sendiri" tolak Budi .
" Ga usah rewel, ayo " tegas Clara tak mau di bantah .
" Hadehh, kemaren perasaan ga gini deh, kok sekarang malah suka jadi maung wadon( macan betina)" gerutu Budi dalam hati. Clara sengaja agak galak agar Budi tak macam macam di belakangnya ,dia sangat mencintai Budi ,dan tak ingin kehilangannya jadi dia berpura pura galak.
Di Mall Ramayana Clara membeli 4 handphone , namun hanya buat Budi yang beda, tiga yang lainnya sama. Clara juga membelikan kartu perdananya juga, satu operator dengan miliknya .
" Nah sekarang baru kita nyari tempat buat cafe " ucap Clara setelah selesai membeli handphone. Budi walau belum pernah punya tetapi sering memakai milik Tony atau Bambang , jadi dia ga gaptek gaptek amat.
Clara yang di bonceng Budi merasa nyaman memeluk Budi dari belakang, tinggal budinya yang kembang kempis menahan hasratnya , karena punggungnya bergesekan dengan melon kembar Clara.
Budi Berkeliling dari jalan dua jalur sampai ke way Halim dan tembus ke Untung Suropati namun belum ada juga tempat yang cocok untuk membuka cafe.
" Eh itu ada tempat di sewakan!" Clara menunjuk salah satu toko yang tutup dan di beri tulisan di jual / di sewakan , di bawahnya ada juga no yang bisa di hubungi . Budi berhenti dan memperhatikan sekitar, toko itu di depan gang Pelita 2 , cocok kalau di buat cafe dengan target para mahasiswa karena di sekitar ada beberapa kampus . Saat Budi sedang mengamati sekitar , Clara menelpon no yang tertera di kertas itu, setelah mengetahui harga sewanya, pemilik toko menyuruh Clara menunggu dia akan menyuruh anaknya kesana sekalian membawa kunci toko.
" Budi!??" Seorang pemuda Budi membawa kunci, Budi menengok.
" His" desisnya dalam hati.
" Mas Purnomo" ucap Budi datar.
" Kamu yang mau menyewa tempat ini, apa kamu mampu!" Ejek Purnomo
" Di beli juga bisa, minta harga berapa kamu!" Clara yang melihat kekasihnya di ejek menjadi emosi,
" Tenang sayang, ga usah marah marah, ini orang emang suka begitu kalau salah minum obat" ucap Budi membuat Clara terkekeh, Purnomo memerah mukanya.
" Maksud loe apa ngomong begitu!" Purnomo berteriak kasar.
" Hei , berhenti, jangan berantem" seorang pria dengan jalan sedikit pincang berjalan mendekat.
" Met, udah sehat?" Tanya Budi, Slamet mengangguk.
" Kalian kenapa sih!?" Tanya nya heran pada Purnomo dan Budi
" Loe tanya kakak loe tuh, tiap ketemu gw sensi amat, salah minum obat apa!" Ucap Budi , selama ini dia selalu bersabar, dan mengalah, tapi semakin lama Purnomo semakin ngelunjak , puncak kekesalan Budi saat di rumah sakit , karena purnomo berkata akan ada yang hilang bila ia terus berada di situ, secara tak langsung menuduh Budi pencuri ,namun waktu itu mereka berada di rumah sakit yang tentunya mengganggu para pasien di sana bila ia menghajar Purnomo waktu itu, kini mereka di jalan Budi tentu saja tak tinggal diam.
" Kurang ajar makin ngelunjak nih anak" Purnomo yang emosi menyerang Budi .
" Diem aja di situ met, jangan ikut campur" teriak Budi melihat Slamet berusaha mencegah kakaknya, ia tahu kakaknya ikut perguruan silat Rajawali Hitam, Budi mungkin akan babak belur makanya ia ingin mencegah ia masih ingat pertolongan Budi di pasar tengah , kalau tak ada Budi mungkin ia akan mati kehabisan darah di sana, ia merandek mendengar bentakan Budi.
Wuuush
Purnomo menyerang dengan gerakan cakar elang yang cepat , namun dalam penglihatan Budi itu sangat lambat
Plak
Plak
Purnomo mundur sambil memegangi kedua pipinya yang di tampar Budi, untung Budi tak menggunakan tenaga dalam, bisa menyon rahang Purnomo nantinya.
Slamet kaget, setahunya kakaknya sangat hebat dalam berkelahi, tapi ini seperti anak kecil ketemu ayahnya tak berdaya menghadapi Budi
" Gw diem bukan takut, tapi males ngurusin urusan ga jelas" ucap Budi memandang Purnomo yang masih bengong ,
" Jangan bangga dulu, gw tadi cuma ceroboh, nih lihat serangan" Purnomo kembali menyerang Budi .
" Maaf yah met sepertinya loe harus minta bantuan orang nanti" kata Budi pelan , Slamet bingung minta bantu buat apa.
" Hiaaat "
" Swiiish"
Purnomo berteriak melancarkan serangan ,kesiur angin tajam keluar dari gerakan tangannya.
Budi juga mengerahkan 3 bagian tenaga dalamnya , saat Purnomo sudah dekat dengan gerakan cepat Budi menyerang
Buk
Buk
Desh
Braaak
Serangan Purnomo tak mengenai Budi, tapi tiga serangan Budi mendarat telak di dada perut dan paha Purnomo, membuat Purnomo terjengkang dan muntah darah.
Slamet baru mengerti ,rupanya karena ini dia di suruh mencari bantuan .
Budi melangkah mendekat ke Purnomo , Purnomo yang melihat Budi mendatanginya menjadi ketakutan .
" Jangan jangan kesini" teriak Purnomo ketakutan , kesombongannya tadi telah hancur
" Tahan Bud, demi gw " pinta Slamet menghalangi Budi yang mendekati kakaknya.
" Tenang aja met , gw ga bunuh orang kok, gw juga ga mau di penjara, gw mau nanya kenapa dia ga suka amat sama gw ,apa salah gw" ucap Budi, Slamet menghela napas lega ia menyingkir .
"Mas, emang salah gw sama loe apa?, kayanya loe benci bener sama gw?" Tanya Budi serius .
" Loe udah buat Ningsih ngejauh dari gw " teriak Purnomo kesal, Budi mengernyit, dia memang mengenal Ningsih saat tanding bola antara gang dakwah dan gang palapa di palapa 5, namun hanya mengobrol sebentar dan semenjak itu tak pernah ketemu lagi.
" Ngaco loe mas , gw ga ada hubungan sama Ningsih, itu pacar gw, ngapain gw cari cewek orang lain" ucap Budi menggelengkan kepala tak mengerti bagaimana jalan pikiran Purnomo , padahal usianya dua tahun lebih tua darinya.
" Karena kenal loe dia ngejauh dari gw " ucap Purnomo kesal. Budi menggelengkan kepala.
" Mas, jangan nyalahin orang coba koreksi diri dulu, dan gw harap ini yang terakhir ,besok kalau loe macem macem gw ga akan segan segan lagi" ucap Budi, meninggalkan Purnomo dan Slamet di sana.
" Nyewanya ga jadi ?" Tanya Clara ,
" Ga sayang, nanti dia nyari masalah melulu kalau kita menyewa tokonya , ayo aku antar pulang" ajak Budi.
" Lah nanti kamu pulangnya gimana kalau ngantar aku ?" Tanya Clara .
" Banyak ojek, jangan khawatir "sahut Budi .
Setelah mengantar Clara Budi langsung pulang ia tak sabar memberikan handphone yang di belikan oleh Clara .
" Lho kok pulang sendiri ?, Clara nya mana?" Nurul yang melihat Budi pulang dengan ojek bertanya.
" Udah pulang " ayo semua kumpul di rumah , ada hal penting yang mau di bicarakan" ucap Budi, Nurul langsung memanggil Anto dan juga Ade.
bukanya yg pwrtama hami
untung g nyungsep yaa