🚨🚨 Masih dalam tahap revisi. Mohon maaf, akan ada part yang berubah, karena adanya cacat alur di naskah awal.🙏
“Jangan sok suci, Kayuna! Kalau bukan aku yang menikahimu, kau hanya akan menjadi gadis murahan yang berkeliling menjual diri!”
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.
Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.
Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.
Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Adrian masuk ke ruangan tepat waktu — kala Niko mengayunkan tangannya di udara.
“Bedebah!” Adrian mencekal tangan Niko. Tatapannya meruncing sengit — menancap di wajah pria berdarah iblis itu.
Brak! Ia menghempaskannya kuat, sampai tubuh besar Niko terpelanting usai terbentur keras meja.
“Akhhh!” Niko mengerang, sambil mengepal erat.
Dengan postur tingginya, Adrian berdiri di depan Kayuna seolah melindungi, tak memberi celah siapapun yang hendak menyentuh Kayuna.
“Kamu nggak apa-apa?” tanyanya lembut setelah berbalik ke arah wanita yang tampak terkejut di sudut ruangan.
Kayuna berdiri kaku seraya meremas tali tas kecilnya. Ia mengangguk dengan tatapan lega setelah melihat Adrian muncul. “Aku nggak apa-apa.”
Niko tergopoh bangun dari jatuhnya. “Kalian ….”
“Security akan segera datang!” seru Danar yang masih berdiri di ambang pintu. “Bos, sebaiknya kita pergi sekarang.”
Adrian mengangguk, lalu meraih lengan Kayuna. “Kita keluar sekarang.”
Bersamaan dengan langkahnya yang menuju pintu. Niko berhasil mencengkram tangan Kayuna. “Mau ke mana, Kau?”
Adrian dan Kayuna terhenti. Lalu menoleh ke Niko.
“Singkirkan tangan kotormu!” sinis Adrian.
Niko tersenyum miring. “Kau lupa, Adrian? Kayuna masih istriku. Kau mau membawa kabur istri orang? Hah?!” Alisnya terangkat, jelas memprovokasi Adrian.
“Kau—”
“Kita akan bercerai!” Kayuna menghentakkan tangan kuat-kuat, melepas genggaman Niko. “AKU INGIN CERAI!”
Di ruangan sempit nan menyesakkan itu, udara AC menderu, seolah mengiringi perlahan tiap detakan jantung yang tak beraturan.
Niko masih mengeraskan tatapannya, tapi seketika luruh — menurunkan cengkeramannya. “Cerai?”
“Iya. Tunggu saja, kau akan segera dipanggil ke pengadilan.” Kayuna menajamkan kalimatnya, sebelum akhirnya keluar bersama Adrian.
‘Cerai? Bagus, Kayuna … kau mempermudah jalanku,’ batin Airin sambil menatap sinis.
"Kayuna! Kayuna!" Niko berteriak memanggil nama istrinya, tapi tak digubris sedikitpun oleh Kayuna.
***
Cahaya kuning dari sorot senja yang memantul di kaca jendela, menguarkan hangat. Namun, tak sedikitpun mampu menembus kilau dingin dari wajah Niko.
Laki-laki rupawan tapi berjiwa kejam itu berdiri tegak menatap tirai jendela kaca besar. Tangannya meremas erat sebuah map coklat berisi gugatan dari istrinya.
Mata Niko membias merah padam. “Wanita sialan itu!” geramnya.
Ceklek!
Niko menoleh. Dahinya mengerut kala melihat Kevin masuk ruangan dengan tergesa, bahkan tak mengetuk pintu. Tidak seperti biasanya.
“Ada apa?” tanyanya dingin.
“Maaf, Pak. Saya baru saja mendapat laporan dari departemen pemasaran, model yang ditunjuk menjadi BA membatalkan kontrak secara sepihak.” Kevin mengatakan dengan lugas, meski matanya menunjukan ketegangan.
Seringai sinis terulas di wajahnya. Niko sudah sangat menduga, ini adalah bagian dari rencana Adrian dan Kayuna.
“Gunakan saja model yang lain, aku akan mengurus dan membahasnya dengan Ferdy,” kata Niko santai.
“Tapi, Pak ….” Kevin tampak gelisah. “Pak Ferdy … ingin menarik kembali investasinya.”
Bola mata Niko berkilat tajam. “Apa?!”
“Asistennya menyampaikan, beliau akan kembali berinvestasi jika model BA-nya adalah Nyonya Kayuna, bukan yang lain,” jelas Kevin.
“Sial!” Niko mendengus kesal, cengkramannya pada map coklat itu semakin erat.
“Apa lagi? Cepat katakan!” bentaknya saat melihat Kevin terus memutar bola mata, seolah ingin menyampaikan hal lain.
Kevin meneguk ludah kasar. “Dan baru saja, saya mendengar berita tak mengenakkan. Para karyawan menggunjing Airin dan membicarakan tentang ….” Ia menggantung kalimatnya, ragu ingin melanjutkan.
“Apa? Bicara yang jelas!”
“Para karyawan terus membicarakan dugaan hubungan gelap antara Anda dan Airin. Berita kehamilan Airin sudah menyebar ke penjuru gedung.” Kevin mengatupkan bibir, setengah ngeri kalau-kalau salah melaporkan informasi.
“Sialan!” Niko meraup kasar wajahnya. Tangannya memijat erat pelipisnya.
Belakangan, masalah terus berentetan menyerangnya. Seolah tak memberinya celah untuk bernapas lega.
Ayahnya yang sudah bertahun-tahun di luar negeri, mendadak kembali dan membuatnya berada di ujung tekanan.
Istri kecil yang dianggapnya bodoh, tiba-tiba berubah menjadi jalang liar yang berani membangkang.
Investor yang sangat penting dan sulit didapatkan selama ini, menarik investasinya kembali tepat setelah ia berhasil memohon seperti pengemis, bahkan menurunkan ego dan harga diri.
Sekarang, ditambah lagi dengan masalah wanita simpanannya yang ternyata hamil, bahkan berita perselingkuhannya menjadi perbincangan hangat seluruh penghuni gedung.
“Arrghhh!” Niko membalikkan meja kerjanya.
Seluruh barang miliknya berhamburan di lantai. Komputer, ponsel, tumpukan dokumen, hingga plakat nama dan jabatannya pun jatuh, seolah sudah tak lagi berharga.
Dalam sekejap, hidupnya terasa diambang kehancuran.
***
Sudah beberapa bulan Kayuna masih berdiam di rumah Adrian. Setelah resmi bercerai dengan Niko. Proses perceraian itu lebih cepat dari perkiraan, karena Adrian mengerahkan cukup banyak koneksi lalu mengandalkan seorang pengacara ternama dan terpercaya.
Kedekatan keduanya pun sudah lumayan berkembang, meski terkadang canggung, tapi kini tampak sudah terbiasa hidup bersama.
Namun selama itu pula, Adrian terjebak dalam sebuah dilema. Ia duduk sambil menyandarkan bahunya di atas sofa, ia kembali teringat beberapa malam terakhir saat Kayuna tertidur dan berkali-kali mengigau — mimpi buruk.
Ia pun tak hanya sekali mendapati Kayuna sering melamun dengan raut sendu.
‘Titip Kayuna ya, Nak Adrian. Dia sudah cukup menderita selama ini, bahkan saya tak bisa berbuat apapun untuk melindungi putriku. Maaf merepotkanmu, tapi saya percaya … di dekatmu, Kayuna akan aman.’
Adrian membuka pesan dari Bu Harni — ibu Kayuna. Ia menatap lekat lalu meletakkan ponselnya kembali.
Pesan itu sangat mengguncang batinnya. Ia merasa seakan mendapat amanat dari sang ibu mertua untuk menjaga anak perempuannya.
Ia sempat mengulum senyum, namun kembali tersadar akan fakta, bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa.
Ceklek!
Kayuna membuka pintu kamar. “Kamu mau bicara denganku?” tanyanya pada Adrian.
Adrian bergegas menegakkan bahu. “Iya, cukup penting,” sahutnya.
Kayuna mengangguk lalu berjalan mendekati Adrian. Wanita itu tampil sederhana dengan balutan gaun yang baru saja dibelikan oleh Adrian sepulangnya dari bekerja.
“Gaun itu … cocok untukmu,” komentar Adrian sambil tersenyum.
“Ah, iya … kok kamu bisa tau ukuran bajuku,” balas Kayuna heran.
“Nebak aja tadinya, nggak nyangka pas banget di kamu.” Adrian menjawab dengan suara rendah sedikit gugup.
Segala keperluan Kayuna selama tinggal di rumahnya, seolah sudah menjadi tanggung jawab patennya. Dari pakaian, makan, hingga tempat tidur yang nyaman sebisa mungkin ia sediakan.
Kayuna mengangkat wajahnya penuh tanya. “Mau ngomong apa?”
Adrian membuka obrolan dengan wajah serius. Ia benar-benar berharap Kayuna bisa pulih dari keterpurukan, ia pun menyarankan agar Kayuna menjalani terapi di rumah sakit — tempatnya bekerja.
“Aku akan membantumu pulih, percayalah, datang ke rumah sakitku besok.” Adrian berkata dengan sungguh.
“Sebenarnya … aku ingin menghilang dan pergi jauh setelah menghukum Niko. Terapi? Kurasa, aku nggak butuh itu lagi,” ujar Kayuna.
Ia tahu, Adrian masih menaruh harapan besar padanya. Dari sikapnya yang bahkan rela memberikan seluruh nyawa, Kayuna paham. Adrian masih mencintainya.
Tapi, ia tak mau berlarut dan kembali serakah — memanfaatkan kebaikan Adrian. Ia sudah merasa tak pantas lagi bersanding dengan pria itu, apalagi dirinya kini yang sudah berstatus Janda.
“Menghilang? Apa maksudmu?” tanya Adrian.
Kayuna menarik napas dalam-dalam, lalu berdiri, tanpa menoleh ia membelakangi Adrian, tangannya bergerak pelan melonggarkan tali pinggang yang melingkar di gaunnya. Ia membuka satu per satu kancingnya, kain turun hingga ke bahu, memperlihatkan punggungnya.
Adrian spontan menutup mata. “Kayuna, apa yang kamu lakukan?”
“Kau mau tau apa alasanku sampai ingin menghilang, 'kan?”
Adrian tertegun sesaat, kemudian menurunkan kedua tangannya. Manik legamnya bergetar kala menatap bahu yang sengaja Kayuna biarkan bebas terbuka.
Tubuh mungil wanita itu sudah tak mulus lagi, di permukaan kulit kuning langsat bersih itu terbesit beberapa goresan dalam. Bekas memar, bahkan ada beberapa guratan jahitan, sudah pasti bukan luka ringan.
Adrian masih terpaku, memindai dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Ini yang kudapatkan selama dua tahun lebih menikah dengan Niko, jangan tanya bagaimana rasanya. Aku … sudah mati rasa,” ucap Kayuna.
“Oleh karena itu, aku nggak mau kamu menaruh harapan besar terhadapku. Aku—”
“Kamu nggak perlu membalas harapanku," potong Adrian. "Cukup tetaplah di sampingku, cukup itu."
Laki-laki itu beranjak dari sofa, tangannya meraih selimut lalu menutupi tubuh Kayuna. Ia menarik lembut bahu wanita itu untuk berbalik ke arahnya.
“Jangan berpikir yang tidak-tidak. Besok, datanglah ke rumah sakitku.”
.
.
“Aargggh!! Sakit!”
*
*
Bersambung.
Hai readers~ maaf ya kalau masih jauh dari ekspetasi kalian, boleh tinggalkan jejak, like atau saran di kolom komentar.
Semoga masih betah ya mengikuti kisah Kayuna. Terima kasih. 🫶🏻✨️