Spin off : Scandal Kakak Ipar
Tentang takdir yang memisahkan dua hati. Yang harus merubah hati untuk pasangan mereka yang baru. Tapi di balik itu semua Sasha bersyukur karena sifat Leo yang ternyata obsesif dan impulsif kepada dirinya, Sasha nekat menyerahkan tubuhnya pada pria lain karena Leo ingin memperkosanya karena Sasha tidak ingin menjadi perebut suami orang, sedangkan Sophia istri hasil perjodohan harus menelan pil pahit tepat setelah melakukan malam pertama. Leo menyatakan hanya mencintai Sasha yang sekarang sudah berstatus mantan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chariz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
"Ada apa?"
Deg.
Bukan kalimat itu yang Shopia harapkan, kata-kata itu seakan tidak pernah berharap akan kedatangan nya. Shopia mencoba menatap ke arah lain, berusaha meredam titik-titik kesakitan di relung hatinya.
"Mas, aku bawakan makan siang untuk mu" senyum mengulas di bibir nya, namun perasaan nya berkata lain.
"Aku sibuk, lebih baik kamu pulang saja" Leo mengambil tas makanan dari genggaman tangan Shopia.
"Masalah kalau aku ingin menemani mu makan siang"
"Tidak, tapi masalah nya aku bekerja di ruangan yang sama bersama tuan muda"
Shopia tidak melihat ada sedikit pun kebohongan di balik matanya.
"Kalau begitu kita cari tempat yang lain saja" Sophia semakin mendekat ke arah Leo, dan kini sudah tepat di hadapan nya.
"Ayolah mas, aku tidak setiap hari kan kesini" Sophia menyandarkan kepalanya di atas dada bidang itu.
Leo melirik sekilas ke arah Sophia " Baiklah kita ke pantry, tapi hanya sebentar "
"Iya" Sophia tersenyum manis.
Leo berjalan terlebih dahulu sembari tangannya menenteng cooler bag, di ikuti oleh Sophia dari belakang.
Leo menekan tombol lift. Ting. Pintu lift terbuka segera ia mengajak Shopia masuk ke dalam nya.
"Ayo masuk" ajak Leo setelah keduanya keluar dari dalam lift.
Shopia cukup takjub melihat pantry yang begitu mewah.
"Ini pantry khusus untuk tuan muda" ucap Leo, yang mengerti kekaguman Shopia.
"Apakah kita tidak masalah menggunakan nya?"
"Ya, aku sudah biasa menggunakan nya" Leo menyimpan cooler bag di atas meja.
Sophia mengangguk kemudian melangkah menuju kursi di dekatnya. Ia duduk di sana, kemudian mengeluarkan makanan yang ia bawa. Sedangkan Leo sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya.
"Ayo mas kita makan"
Aroma sop buntut yang segar langsung menyeruak ke dalam hidung.
"Sepertinya tuan muda juga akan suka" ucap Leo memasukkan makanan ke dalam mulut nya.
"Ini banyak kok" Sophia menyisihkan makanan untuk di bawa oleh Leo.
"Iya"
Sophia mengambil tisu, Leo melihat dengan perasaan yang canggung saat sentuhan lembut bergerak mengenai bibir nya.
"Pelan-pelan makan nya"
Leo memalingkan mukanya ke arah lain.
*****
Saat ini Rasyid dan Sophia tengah menunggu kedatangan Selena di bandara. Pesawat baru saja mendarat, tinggal menunggu para penumpang keluar dari dalam kabin.
Sophia sudah tidak sabar bertemu dengan adiknya.
Matanya terus saja berbinar menanti sosok yang ia rindukan.
"Papa, kak Sophia!" seorang gadis muda melambaikan tangan, ia sedikit mempercepat langkahnya.
"Selena" Rasyid dan Sophia serentak menghampiri ke arah suara berasal.
Ketiganya berpelukan hangat, saling menumpahkan rindu menyalurkan rasa ingin bertemu yang terpendam.
"Bagaimana sekolah kamu, nak?" Rasyid mengurai pelukan nya.
"Lancar pah" Selena menghapus jejak air matanya.
"Aku bahagia banget saat tahu kakak akan menikah" Selena kembali memeluk kakaknya.
Sophia mengusap pelan punggung adiknya itu.
"Ayo lebih baik kita segera pulang" Rasyid menggamit lengan kedua putrinya.
Di dalam mobil ada canda tawa yang selama ini mereka rindukan, di bawah langit senja keluarga kecil itu tampak saling melengkapi meskipun ada sesuatu yang lebih mereka rindukan lagi, seseorang yang hanya bisa di ingat dalam kenangan.
"Welcome to the home, Selena Hadinata"
"Ish lebay" Kedua saudara perempuan itu langsung tertawa bersama.
Rasyid melihat pemandangan di hadapannya dengan rasa haru. Seandainya dia masih ada di sini? Menyaksikan kedua putri mereka yang telah tumbuh besar dan cantik.