Rayna Sasa Revalia, gadis dengan karakter blak-blakan, humoris, ceria dan sangat aktif. Dia harus meninggalkan orang tua serta kehidupan sederhananya di kampung karena sebuah kesialan sendiri yang men-stransmigrasikan jiwa gadis itu ke dalam sebuah karakter novel.
Sedih? Tentu. Namun ... selaku pecinta cogan, bagaimana mungkin Rayna tidak menyukai kehidupan barunya? Masalahnya, yang dia masuki adalah novel Harem!
Tapi ... Kenapa jiwa Rayna harus merasuki tubuh Amira Rayna Medensen yang berkepribadian kebalikan dengannya?! Hal terpenting adalah ... Amira selalu di abaikan oleh keluarga sendiri hanya karena semua perhatian mereka selalu tertuju pada adik perempuannya. Karena keirian hati, Amira berakhir tragis di tangan semua pria pelindung Emira—adiknya.
Bagaimana Rayna menghadapi liku-liku kehidupan baru serta alur novel yang melenceng jauh?
~•~
- Author 'Rayna Transmigrasi' di wp dan di sini sama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alur Sama, Alasan Berbeda
Sinar matahari pagi, tidak secerah hati seseorang yang kini tengah bersiap-siap untuk bersekolah. Bibir merah alaminya tak henti-henti naik menjadi senyuman bahagia di sertai senandungan lirik lagu yang sering ia dengarkan.
Dia Rayna. Setelah gadis itu menguncir rambutnya, Rayna bercermin dan memoleskan sedikit bedak di wajahnya dan lip balm di bibirnya. Setelah puas dengan penampilannya, Rayna mengambil tas dan keluar kamar menuju ruang makan.
Melihat anggota keluarga ‘baru’nya yang sudah berkumpul, Rayna tersenyum riang dan menyapa,”Selamat pagi!”
Teriakan semangat dan riang itu mengalihkan atensi semua orang di meja, bahkan pembantu yang tengah mengerjakan pekerjaannya ikut menoleh.
“Pagi, Kak,”jawab Emira seraya tersenyum.
“Pagi, Rayn,”jawab Alisa.
Ketiga pria di meja itu hanya berdehem menjawab ucapan Rayna. Mereka sudah tidak terkejut lagi dengan penampilan Rayna, malah terkesan lebih imut. Bahkan sikap Rayna yang lebih ceria membuat suasana menjadi hidup.
Rayna duduk seraya melihat-lihat sarapan pagi di meja itu. Ia sedikit terbiasa dengan makanan ‘orang kaya’. Tapi gorengan menjadi sarapan pagi nomor satu di hatinya.
Rayna mengambil roti yang dengan selai cokelat yang sudah tersedia di piringnya. Setelah membaca doa, Rayna memasukan roti itu ke dalam mulutnya. Hampir setelah roti masuk, membuat pipinya mengembung lucu. Tak sadar, semua orang di meja yang tengah memperhatikannya menjadi gemas.
Rayna mengangkat kepalanya, sedikit terkejut semua mata mengarah padanya. Ia berkata dengan polos,”Kenapa?”
Mereka langsung mengalihkan pandangan dengan malu.
Galih terbatuk ringan,”Motor kamu ada di garasi.”
Mata Rayna terbuka lebar dengan senyum mengembang. Di langsung berdiri membuat orang di sana kaget. Rayna menatap Galih tidak percaya,”Beneran, Pah?!”
Tak terduga reaksinya sangat antusias. Galih mengangguk dengan bangga.
“Huaaaa makasiiihhh!!”teriak Rayna sekali lagi mengejutkan.
Dengan roti yang masih di dalam mulutnya, dan sisa di tangannya, Rayna melangkah mengelilingi meja seraya menghampiri Galih dan mencium pipi Papah barunya itu membuat orang yang di cium membeku dan yang menyaksikan tercengang.
Rayna langsung berlari keluar seraya berteriak,”Makasih! Papah ganteng! Rayna mau liat motor baru haha...”
Setelah suara Rayna menghilang, suasana ruangan itu menjadi hening. Seluruh mata menuju pada Galih.
Galilangsung tersadar, ia merasa senang mendapat ciuman putrinya yang sudah lama tidak ia dapatkan lagi. Namun rautnya tetap datar. Merasa semua mata tertuju padanya, Galih mengangkat alis,”Apa?”
“Sejak kapan papah beli motor itu?”tanya Alveno dengan bingung.
“Dari kemaren. Setelah Rayna minta motor, siangnya udah ada. Tapi papah baru kasih tau sekarang,”jawabnya santai.
Mereka terkejut lagi. Biasanya jika Alveno atau Evando meminta kendaraan atau sesuatu yang lebih mahal, prosesnya akan lama. Tapi, permintaan Rayna langsung terpenuhi hanya dalam beberapa jam. Mereka tidak cemburu, tapi sedikit aneh dengan papah mereka yang biasanya lebih tidak peduli.
“Motor apa?”tanya Emira penasaran. Lalu mengerutkan kening,”Kakak ‘kan gak bisa motor.”
“Kawasaki ninja ZX-10R.”
“Hah?!”kaget Alveno dan Evando berbarengan.
“Kenapa?”heran Galih.
“Papah serius?! Rayna gak bisa motor. Kenapa papah ngasih motor gitu?”seru Alveno tidak setuju.
“Papah sengaja. Papah emang ngasih dia motor, tapi bukan berarti papah ngasih izin untuk mengendarainya,”jawab Galih. Lalu menatap kedua putranya,”Jangan mau kalo dia minta ajarin motor.”
Semua orang menghela nafas lega. Alveno dan Evando mengangguk.
***
Mood Rayna semakin baik karena motor barunya. Sepanjang koridor menuju kelas, Rayna selalu menyapa siapapun dengan senyuman riang. Tentu saja mereka membalas karena keimutannya. Rayna juga sudah mereka kenal karena kejadian di kantin dengan si ratu bully. Jadi mereka mempunyai kesan baik tentangnya.
Saat sampai di depan kelasnya, Rayna langsung masuk dan berteriak,”ASSALAMU’ALAIKUM!”
Mereka kaget. Setelah bereaksi mereka menjawab,”Wa’alaikum salam.”
“Lo ngagetin!”gerutu Rian seraya mengusap dada.
Rayna terkikik,”Sorry! Paketu.”
Rian mendengus.
Mata Rayna berbinar ketika mendapati Arsa yang sudah duduk di bangkunya. Rayna langsung berjalan cepat ke belakang dan menyapanya,”Hai.”
Tidak diacuhkan seperti sebelumnya, Arsa mengangguk membalas tanpa menatapnya.
Senyum Rayna semakin melebar. Ia duduk dan menatapnya dengan pipi di topang dengan satu tangan,”Arsa.”
Arsa mengangkat kepalanya bertemu dengan tatapan cerahnya. Ia langsung mengalihkan pandangan dan berdehem,”Hmm.”
“Ceritain dong, soal malem. Kok lo bisa sama adek gue?”tuntut Rayna antusias. Meskipun ia sudah tahu alurnya, ia ingin langsung dengar dari tokohnya.
Yang membuat suasana hati Rayna baik karena alurnya tidak berubah. Ketika malam memang waktu ketika awal pendekatan Emira dengan Arsa, yaitu Emira menyelamatkan Arsa dari pengejaran musuh. Rayna baru sadar setelah kedatangan Arsa ke rumahnya.
Saat malam, Arsa hanya beberapa menit bertamu di rumahnya. Setelah berterima kasih, dia langsung pulang ketika temannya menjemputnya. Ia banyak diam, jadi tidak sempat cerita. Arsa sedikit kaku. Tapi ia hanya diam tanpa menjawab membuat Rayna cemberut,”Ya udah deh. Gue tanya ke adek gua aja nanti.”
“Dia adek lo?”tanya Arsa tiba-tiba dengan suara rendah.
Rayna kembali mengembangkan senyumnya seraya mengangguk antusias. Arsa pasti udah mulai suka Emira huaa!
Arsa menatap matanya,”Adek lo ngasih gue tumpangan karena motor gue mogok.”
Rayna cengo. Gak gitu ceritanya!
“Masa, sih? Terus kenapa lo ke rumah gue?”tanya Rayna curiga.
Arsa sedikit malu melihat tatapan curiganya. Ia bohong, ia di kejar musuhnya dan tidak punya pilihan lain selain menerima ajakan gadis yang sempat Arsa lihat selalu bersama Rayna. Arsa menebak mungkin ia teman dekat Rayna, jadi Arsa menerima ajakannya.
Gadis itu mengajaknya untuk ke rumahnya dulu. Arsa tidak menolak karena ia masih tidak aman dan menunggu temannya menjemput. Tapi tidak menyangka gadis itu adik Rayna. Ia merasa tidak sia-sia menerima ajakan gadis itu karena bisa bertemu dengan Rayna walau hanya sebentar.
Arsa bingung harus menjawab apa. Ia tidak yakin harus berkata sebenarnya.
Melihatnya diam, Rayna tidak bertanya tentang itu lagi. Tapi yang lain,”Gue mau tahu, gimana sih menurut lo waktu pertama kali ketemu sama Emira?”
Arsa mengernyit,”Emira?”
“Ah, maksud gue, adek gue gimana menurut lo?”
Arsa merasa bingung. Lalu mengangkat bahunya acuh tak acuh,”Gue gak tahu.”
“Kok gak tahu sih?”keluh Rayna jengkel,”Kesan lo baik kan sama dia?”
Arsa mengangguk malas.
Rayna tersenyum,”Cantik, ‘kan?”
Arsa mengangguk asal dengan raut datar.
Senyum Rayna berkurang,”Kok reaksi lo gak asik banget!”
Arsa hanya meliriknya heran. Terus, dia harus bagaimana?
Memahami pikirannya, Rayna menghela nafas. Menghibur dirinya sendiri. Mungkin terlalu awal. Jadi Arsa belum punya kesan yang dalam tentang Emira.
Rayna tidak bertanya lagi. Dia langsung menghadap ke depan. Arsa merasa tidak nyaman karena telinganya merasa kosong tidak mendengar ocehannya. Arsa menoleh melihatnya yang tengah melamun. Ia menjadi sedikit penasaran dengan apa yang gadis itu pikirkan