Ini adalah kisah Guru Spiritual dan Seorang Duyung yang mencoba menerobos perbudakan melalui segala macam kesulitan dan bahaya. akhirnya menjadi sebuah keluarga dan bergandengan tangan untuk melindungi rakyat jelata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 14
Belum sempat Jesly menjawab, Tzeitel tiba-tiba muncul menggunakan teleportasi. Sontak Jesly dan Lily berdiri, sedikit membungkuk. "Hormat, Asisten Tzeitel."
"Master Jesly, Yang Mulia ingin bertemu dengan anda."
Sontak Lily melihat ke arah Jesly dengan khawatir. Jesly mengangguk pelan.
.
.
.
Duyung memandangi kakinya yang tampak putih mulus. Ia merasa kagum dengan ekornya yang berubah menjadi kaki setelah berada di daratan. Ia mendengar suara langkah kaki. Ia merubah posisinya menjadi duduk tegak.
"Rumor duyung ternyata benar. Ekor duyung menghilang dan berubah menjadi kaki." Tuan Muda Alaric datang seorang diri mengunjungi duyung.
Duyung memalingkan wajahnya muak melihat wajah Tuan Muda Alaric. "Saya membiarkan anda menderita jadi, saya orang jahat. Jesly memberimu makan jadi, dia orang baik. Anda sudah hidup sangat lama di lautan sehingga membuat anda berpikiran sempit."
Duyung menatap Tuan Muda Alaric dengan tajam. "Saya ingin menunjukkan sesuatu pada anda." Tuan Muda Alaric menunjukkan benda pipih dengan desain khusus.
"Ini adalah plat kedudukan tertinggi di Kerajaan Vielstead. Jesly, dia juga memilikinya. Kenapa dia mendapatkannya? Dan kenapa Peri Ruby membiarkanmu di latih olehnya?"
Duyung hanya diam memikirkan pertanyaan Tuan Muda Alaric. "Ini Kerajaan Vielstead. Guru spiritual tidak akan baik pada mereka yang melanggar aturan tanpa alasan. Saya tumbuh besar bersama dirinya. Saya sudah banyak melihat taktik dia yang seperti ini."
Tuan Muda Alaric sedikit mencondongkan tubuhnya. "Pikirkan apa yang saya katakan!"
Duyung memalingkan wajahnya muak melihat wajah Tuan Muda Alaric. Setelah mengatakan itu, Tuan Muda Alaric tersenyum miring lalu pergi. Duyung memandang sekilas piring-piring kotor yang hanya tersisa makanan yang tadi ia lahap. Ia memikirkan perkataan Tuan Muda Alaric. Jika apa yang di katakannya itu benar, maka ia akan sangat marah dengan Jesly.
.
.
.
Jesly datang untuk menemui Yang Mulia Raja Heinrich. Berjalan dengan tegak memasuki ruang pribadi Yang Mulia Raja. Menundukkan pandangannya, sedikit membungkuk. "Salam hormat Yang Mulia."
"Jesly, saya dengar anda telah melatih duyung dengan sangat baik. Bahkan Alaric terluka karena anda, sehingga harus beristirahat beberapa hari. Anda terlalu sombong sehingga harus ada orang lain yang melaporkannya pada saya. Sebagai Raja, saya terlambat menyadarinya." Yang Mulia Heinrich menatap tajam Jesly.
Jesly langsung bersimpuh, menunduk. "Yang Mulia, saya sangat ceroboh sehingga melukai Tuan Muda. Saya harap Yang Mulia bisa memaafkannya. Jika Yang Mulia masih belum puas maka Jesly akan..."
"Anda melakukan pekerjaan dengan baik." Ucapan Jesly langsung di potong Yang Mulia Heinrich.
Jesly sedikit mendongak. "Dia harus sedikit menderita sebelum dia benar-benar tumbuh dewasa. Tapi saya harus memperingatkan anda Master Jesly. Karena ini adalah hal yang anda ambil alih sendiri. Anda sebaiknya mempertimbangkan untung dan ruginya. Tidak masalah untuk melupakan siapa diri anda untuk sementara. Tapi.. jangan sampai yang lain berfikir anda tidak seharusnya melakukannya. Jika anda kehilangan penawar salju maka tidak akan ada lagi penawarnya untuk anda."
Setelah cukup lama terdiam Jesly berkata, "Baik."
.
.
.
Jesly datang ke gua refleksi untuk menemui duyung. Ia berhenti melangkah menatap duyung yang sedang duduk tampak sedang melamun. Ia tersenyum sesaat lalu masuk ke dalam pelindung yang melindungi duyung. "Pria ekor besar," sapa Jesly.
Duyung hanya diam, pikirannya melayang memikirkan perkataan Tuan Muda Alaric. "Ini Kerajaan Vielstead. Guru spiritual tidak akan baik pada mereka yang melanggar aturan tanpa alasan."
Duyung menatap Jesly tajam. Jesly tak menghiraukannya. Ia duduk di samping duyung dan memperlihatkan apa yang ia bawa. "Lihatlah. Aku membawakan mu barang bagus."
Duyung melihat botol kecil di tangan Jesly. "Ini penawar yang sangat bagus. Setelah kamu meminumnya lukamu akan cepat pulih. Tapi sekali lagi, kami suka timbal balik. Apa kamu tau apa artinya itu?" Jesly tersenyum manis.
Duyung memalingkan wajahnya. Ia malas memandang Jesly yang ternyata munafik. "Aku memberimu obat untuk menyembuhkan lukamu. Dan kamu harus memberitahu ku siapa namamu. Dengar, na-ma-ku jes-ly." Tangan Jesly di udara menuliskan huruf-huruf namanya.
"Bagaimana denganmu? Kamu sangat tampan. Kamu juga punya nama yang bagus, bukan? Ikan yang sangat cantik. Kamu tidak bisu 'kan?"
Duyung membalas tatapan Jesly dengan raut biasa. Ia melirik sekilas benda pipih yang terdapat desain khusus terselip di pakaian Jesly. "Ini adalah plat kedudukan tertinggi di Kerajaan Vielstead. Jesly, dia juga memilikinya. Kenapa dia mendapatkannya? Dan kenapa Peri Ruby membiarkanmu di latih olehnya?" Perkataan Tuan Muda Alaric terngiang-ngiang di telinganya.
Dengan perasaan marah duyung melempar botol berisi obat tersebut dengan kasar hingga isi di dalam botol keluar berceceran. Duyung mengangkat tangan Jesly dan terkejut melihat akar hitam bergerak-gerak di tangan Jesly. Dengan cepat Jesly menyembunyikannya.
"Apa yang kamu lakukan? Jangan berfikir karena aku memanjakan mu, aku tidak akan memukulmu." ucap Jesly dengan sedikit meninggikan suaranya.
Duyung menunjukkan benda pipih yang sempat ia ambil tadi pada Jesly. Ia meminta penjelasan. Jesly mengambilnya kembali, berdiri. "Kamu fikir aku memegang plat ini untuk menikmati kemewahan dan kekayaan. Apa kamu fikir aku mau menjadi guru spiritual? Kamu sudah melihat lukaku. Jika aku tidak menghasilkan sesuatu untuk Kerajaan Vielstead, bagaimana bisa aku meninggalkan tempat yang seperti neraka ini? aku menggunakan segel abadiku untuk memblokir panah emas itu untukmu, mengoleskan obat untukmu, membelikan mu makanan yanga mana itu seharga pulau kecil. Dan pil salju itu, kamu tau seberapa sulit bagiku untuk menyelamatkan mu? Aku sendiri menahan diri untuk pil itu, tapi malah aku berikan padamu. Coba kamu fikir, apakah aku pernah menyakitimu? Aku hanya ingin berteman denganmu. Tapi kamu tidak mempercayaiku." ucap Jesly panjang lebar dengan sedih.
Jesly memalingkan wajahnya. "Tidak masalah jika kamu tidak mempercayaiku. Jika kamu fikir aku menganggu, aku tidak akan datang lagi. Membiarkanmu sendirian disini!" Jesly meninggalkan duyung dengan perasaan kesal, marah jadi satu.
Saat di pintu gua, Jesly bertemu dengan Tuan Muda dan Sisy. "Seperti yang diharapkan olehmu, Jesly, yang bisa membuat pidato yang sangat mengharukan dalam waktu singkat. Dalam hal akting, sepertinya tidak ada yang lebih baik darimu. Saya sendiri bahkan takut bisa percaya dengan kata-kata manismu."
Jesly tersenyum smirk. "Saya harusnya berfikir anda tidak akan melepaskannya."
"Melatih hati tidak hanya dengan menggunakan kelembutan tapi bukan ketulusan. Anda ceroboh!"
"Bagaimana anda bisa tau apa yang saya lakukan dan katakan hanya dengan kelembutan dan bukan ketulusan? Mungkin saya tulus setiap perkataan."
Tuan Muda Alaric berubah datar. "Saya sudah mendengar kata-kata manismu sejak berada di gua ular spiritual. Setiap kata yang keluar dari bibir anda itu mematahkan hati dan tidak bisa dilupakan."
Raut wajah Jesly berubah dingin. Otaknya berputar keberapa tahun silam saat ia masih kecil mendorong Tuan Muda Alaric ke jurang ular spiritual.