Alika tak pernah membayangkan hidupnya bisa berubah secepat ini. Semua berawal dari satu permintaan sepele saudari tirinya, yang menyuruh Alika pergi ke sebuah hotel.
Karena sebuah kekeliruan, Alika justru masuk ke kamar hotel yang salah dan menghabiskan malam dengan Sagara, sang CEO dingin dan arogan yang selama ini hanya dikenalnya dari jauh.
Apa yang terjadi malam itu seharusnya dilupakan. Tapi takdir berkata lain.
Saat Alika mengetahui dirinya hamil. Ia dihadapkan pada pilihan yang sulit, menyembunyikan semuanya demi harga diri, atau menghadapi kenyataan dengan kepala tegak.
Namun, yang paling mengejutkan, justru adalah keputusan Sagara. Pria yang katanya selama ini tak tersentuh, datang kembali ke dalam hidupnya, menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar tanggung jawab.
Cinta perlahan tumbuh di antara keduanya. Tapi mampukah cinta bertahan saat masa lalu terus menghantui dan realita kehidupan tak berpihak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14 Sagara Keras Kepala
“Maafkan aku, Kek. Aku tidak bisa menikahinya,” kata Sagara dengan suara berat. Ia berdiri tegak, kedua tangan terkepal di sisi tubuhnya, berusaha menyembunyikan guncangan dalam hatinya. “Bagaimana dengan Clarissa jika dia tahu aku menikahi wanita lain?”
Kakek Hermawan memandang cucunya dengan sorot mata tajam. Disaat seperti ini, bisa-bisanya Sagara masih memikirkan wanita tidak jelas itu!
“Kamu pikir kakek peduli soal dia? Kamu tidak punya pilihan, Sagara! Kakek tidak akan membiarkan nama keluarga kita tercoreng lagi, cukup satu kali kehormatan keluarga ini dirusak oleh kelakuanmu yang sembrono!”
“Kek!” seru Sagara, gusar. Tapi kakek Hermawan tidak memberi celah.
“Dan jangan lupa,” lanjutnya dingin. “Persyaratan itu masih berlaku. Cicit atau panti sosial?”
Sagara terdiam, giginya terkatup rapat. Ia tahu betul arti ancaman itu. Jika dia tidak memenuhi permintaan kakek Hermawan, maka seluruh hak warisnya akan dicabut dan alih-alih menjadi pewaris Adhitama Group, ia akan diasingkan, dijatuhkan, dan tidak lebih dari lelaki pengangguran biasa.
“Aku tidak mencintainya, Kek. Pernikahan ini hanya akan menghancurkan hidup kami berdua!” katanya, mencoba kembali berdalih.
“Siapa bilang?” tanya kakek Hermawan.
“Tentu saja aku! Tidak ada cinta di antara kami, dan tidak akan pernah ada!” Sagara berteriak, matanya menyala karena emosi.
“Cih! Kamu pikir kakek peduli soal cinta?” Kakek Hermawan mengangkat tongkatnya. “Ini tentang tanggung jawab, Sagara! Tentang kehormatan keluarga, dan masa depan anak yang akan lahir dari perbuatan bodohmu!”
“Kalau begitu, biarkan aku bertanggung jawab dengan cara lain. Aku bisa beri nafkah, perlindungan, apa pun yang dia butuhkan, asal jangan menikah dengannya!”
Tanpa aba-aba, tongkat kakek Hermawan mendarat tepat di kepala Sagara.
“Aduh!” Sagara memegangi kepalanya dan meringis kesakitan. “Kenapa memukulku, Kek?!”
“Karena kamu keras kepala!” sembur kakek Hermawan. “Kalau kamu masih nekat menolak, jangan harap besok kamu bisa melihat wajahku lagi. Lebih baik aku mati saja!”
Alika yang sejak tadi hanya mendengarkan dari tempat tidur, membeku. Matanya menatap kosong, dadanya sesak. Bahkan keputusan penting seperti pernikahan, ditentukan tanpa bertanya padanya. Ia merasa seperti boneka. Diperebutkan, ditentukan nasibnya, tanpa kuasa sedikitpun untuk memilih.
Kakek Hermawan kini memutar arah pandangannya ke langit-langit, lalu merintih.
“Tuhan... di usiaku yang sudah renta ini, aku hanya ingin satu hal. Menimang cicit dari garis keturunanku. Tapi cucuku sendiri terlalu egois. Mungkin memang waktuku sudah habis. Biarlah aku pergi, dunia ini terlalu kejam bagi orang tua sepertiku.”
Tangisan pura-pura itu terdengar memilukan. Sagara menatap sang kakek dengan bingung, antara kesal dan tidak tega.
“Baiklah! Aku akan menikah dengannya. Puas sekarang, Kek?!” serunya dengan geram.
Senyuman licik mengembang di wajah tua Kakek Hermawan. Dalam hati ia mengucap syukur karena tak sia-sia mengeluarkan jurus pamungkasnya.
“Terima kasih, Sagara. Kakek tahu kamu adalah pria yang bertanggung jawab,” katanya sembari menghapus air mata yang entah benar atau palsu dari sudut matanya.
Sagara menggeram pelan dan mengepalkan tangannya lebih erat. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Sagara terjebak dalam permainan yang tidak dia inginkan.
Alika masih terpaku di tempat. Matanya berkaca-kaca. Ia ingin berkata bahwa ia pun tidak ingin pernikahan ini. Tapi lidahnya kelu. Jangankan untuk didengar, untuk sekadar diberi ruang bicara pun ia tak diberi kesempatan.
“Tuan, saya—” ucapnya pelan, namun belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Sagara sudah lebih dulu bersuara.
“Rencanamu berhasil, gadis licik!” ucap Sagara begitu menyayat hati Alika.
Tak menunggu jawaban, Sagara langsung berbalik pergi, meninggalkan Alika yang menunduk dalam diam, berjuang menahan isakanya agar tak pecah di depan kakek Hermawan.
**
**
Di luar ruangan, Lee mondar-mandir gelisah. Ia tahu betul betapa meledaknya amarah Sagara ketika tahu kalau dia sudah mengkhianatinya.
Saat Sagara keluar, Lee menatapnya sambil mencoba tersenyum. Langkah Sagara begitu cepat dan matanya langsung menatap tajam ke arah sang asisten.
“Kena kamu, Lee!” gumam Sagara, yakin bahwa Lee adalah biang kerok dari semua kekacauan ini. Tidak mungkin ada orang lain yang membocorkan keberadaan Alika dan kehamilannya pada sang kakek kecuali dia.
Insting Sagara tidak pernah salah.
“Kamu yang bocorkan semuanya pada kakek, kan?”
Lee terdiam. Ia tidak mengangguk, tidak juga menggeleng. Tapi sikap diamnya sudah cukup menjadi jawaban.
“Kamu pengkhianat, Lee! Aku kecewa padamu!” bentak Sagara.
Lee menunduk sambil menggigit bibir bawahnya. “Saya hanya melakukan apa yang menurut saya benar, Tuan.”
“Yang menurutmu benar, belum tentu bagiku benar, Lee!”
“Saya melakukan ini karena tidak mau kehilangan anda, Tuan. Apalagi melihat anda jadi gembel.”
Sagara melotot. “Kamu ini!”
“Maafkan saya sekali lagi.”
“Terserah!” Sagara menghela berbalik, dan berjalan pergi dengan langkah cepat. Ia tahu semuanya sudah terlambat.
Tidak ada jalan kembali. Kini, Sagara akan menikah dengan gadis yang tidak ia cintai, membesarkan anak yang datang dari kesalahan, dan menjalani hidup yang sama sekali tidak ia rencanakan.
“Saya yakin, suatu saat anda akan mengerti kenapa tuan besar memilih keputusan sebesar ini, Tuan.” Lee menatap punggung Sagara yang mulai menjauh dari padangannya.
lain di bibir....
lain di hati..
bisa2 disuruh manfi kembang 7 rupa dan tidur di luar kamar RS...
😀😀😀❤❤❤❤
bisa saja cindy bohong...
❤❤❤❤❤