Ini kelanjutan cerita Mia dan Rafa di novel author Dibalik Cadar Istriku.
Saat mengikuti acara amal kampus ternyata Mia di jebak oleh seorang pria dengan memberinya obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Nahasnya Rafa juga tanpa sengaja meminum minuman yang dicampur obat perangsang itu.
Rafa yang menyadari ada yang tidak beres dengan minuman yang diminumnya seketika mengkhawatirkan keadaan Mia.
Dan benar saja, saat dirinya mencari keberadaan Mia, wanita itu hampir saja dilecehkan seseorang.
Namun, setelah Rafa berhasil menyelamatkan Mia, sesuatu yang tak terduga terjadi diantara mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Kembali ke rumah keluarga Hadiwijaya. Pagi itu Joane dan Rafa kembali mendatangi rumah itu atas permintaan Gilang.
Mereka duduk bersama berbicara di dalam sebuah ruangan tertutup.
"Mia sudah setuju untuk menerima tanggung jawab Rafa," ucap Gilang tepat di hadapan Joane dan Rafa.
Dua lelaki itu menghela napas. Rafa terpejam. Kepingan rasa bersalah kembali menusuk ke hati.
"Tapi, untuk dia ada beberapa permintaan," imbuh Gilang menatap Joane.
"Tentu saja, apapun itu akan kuberikan," balas Joane.
"Dia tidak ingin pernikahan mereka diketahui banyak orang. Dengan kata lain pernikahan mereka akan dilakukan secara tertutup dan hanya melibatkan keluarga inti. Setidaknya sampai mereka siap untuk mengumumkan pernikahan itu," terang Gilang. "Mia tidak mau pernikahan mendadak ini akan membuat orang lain berpikir buruk dan curiga. Apalagi kejadian di vila kemarin masih membuat temannya bertanya-tanya."
"Aku mengerti tentang itu. Apapun keputusan dan keinginan Mia akan kami penuhi."
Rafa yang sejak tadi menunduk itu hanya diam tanpa suara.
Sesekali matanya memandang ke arah pintu kamar yang berada tak jauh dari ruang keluarga.
Tertunduk lesu, rasa bersalah menyusup ke hati semakin dalam.
Khawatir jika apa yang ia takutkan akan terjadi, bahwa Mia akan sangat membencinya.
Ingin sekali rasanya ia menerobos masuk ke kamar itu dan berlutut di hadapan sang gadis.
Meminta maaf atas kelalaian dan ketidakmampuannya dalam mengendalikan nasfu yang menyeret mereka ke dalam lembah dosa.
"Om, apa boleh aku bertemu Mia?" tanya Rafa kepada Gilang.
Setidaknya, ia ingin menjelaskan sedikit dan memohon maaf pada gadis itu atas kesalahan semalam.
Gilang menatap pemuda di hadapannya dengan raut sedih.
Ia tahu Rafa merasa sangat bersalah. Namun, ia pun tak dapat memaksa putrinya.
"Lebih baik jangan dulu. Mia masih sangat syok. Semalaman dia terus menangis dan tidak bisa tidur. Dia mengguyur tubuhnya dengan air selama berjam-jam."
Rasanya dada semakin sesak, Rafa menarik napas dalam dengan mata terpejam.
Tangannya bergerak mengusap wajah, lalu tertunduk dengan frustrasi. Titik bening jatuh dari matanya.
"Tenanglah, Nak. Semua akan baik-baik saja," ucap Joane mengusap bahu putranya.
"Mia pasti merasa hancur, Ayah. Aku yang sudah menghancurkannya. Menghancurkan hidupnya, masa depannya, kehormatannya."
"Ya, tapi kamu juga merasakan hal yang sama. Kalian sama-sama terluka karena kejadian ini."
Tak ada yang dapat Joane katakan lagi. Sebab saat ini bukan hanya Mia yang merasa hancur, bahkan Rafa pun sama, bahkan lebih.
Di dalam kamar Airin sedang menemani putrinya yang duduk melamun di depan jendela. Menatap ke angkasa dengan tatapan kosong.
"Kita keluar sebentar ya, Nak. Ayah kamu sedang membicarakan pernikahan kalian. Kamu juga perlu tahu apa yang mereka bicarakan."
"Tidak mau, Bunda. Aku mau di sini saja. Aku malu bertemu mereka. Papa, Mama Resha, Om Joane dan Ibu. Aku malu di hadapan semua orang."
"Ya sudah, Sayang. Tidak apa-apa. Istirahat, ya," ucap Airin. "Apa yang kamu rasakan sekarang?"
"Badannya sakit, Bunda," keluh Mia merasakan seluruh tubuhnya pegal setelah kejadian semalam.
"Mau bunda pijat agar sakitnya berkurang?"
Mia hanya menyahut dengan gelengan kepala. Tanpa suara.
Airin tak dapat membayangkan reaksi obat yang ditenggak putrinya dalam dosis yang sangat tinggi.
Bahkan membuatnya tak mampu mengingat rentetan kejadian di vila.
**
**
"Mas, aku mau memberitahu kabar baik," ucap Zahra yang sedang berbicara dengan suaminya melalui sambungan telepon.
"Kabar baik apa, Senorita? Apa kamu hamil?" gurau Raka, membuat bibir istrinya mengerucut.
"Ish! Bukan!"
"Apa dong? Biasanya kan kalau istri memberi kabar baik ya karena hamil."
Zahra terkekeh. "Kan kamu yang bilang jangan hamil dulu."
"Iya. Pacaran saja dulu, kata Umi dan Abi."
"Pacaran jarak jauh," ucap Zahra manja.
"Ya sudah, kabar baiknya apa?"
"Kabar baiknya, Kak Rafa dan Mia akan menikah beberapa hari lagi."
"Kamu tidak sedang bercanda, kan?"
"Ya Allah, Mas. Apa aku bisa bercanda untuk urusan sepenting ini? Lagi pula, Mas Raka dekat dengan Kak Rafa, apa tidak dengar kabar?"
"Tidak. Beberapa hari ini aku sibuk, Sayang. Kenapa mendadak seperti ini?"
"Alhamdulillah, Mas. Mungkin sudah terbuka jodohnya. Kita doakan mereka saja, ya."
"Iya, Sayang. Semoga mereka berdua bisa membangun keluarga sakinah, ma waddah, wa rahma, aamiin."
Raka mendesah pelan.
Sebenarnya ia sudah tahu masalah antara Rafa dan Mia, sebab ketika Rafa dalam keadaan bimbang, dirinyalah yang akan dihubungi untuk pertama kali.
Bahkan kejadian di vila pun Raka sudah tahu.
Namun, di hadapan orang lain ia akan berpura-pura tidak tahu, termasuk di hadapan Zahra.
Hal itu ia lakukan demi menjaga kehormatan Mia.
"Kamu tidak pulang untuk menghadiri pernikahan mereka?" tanya Zahra setelahnya.
"Untuk menghadiri pernikahan mereka atau untuk menemani kamu bergadang?" Lagi, lelaki itu sengaja menggoda.
Ia dapat membayangkan betapa menggemaskan pipi Zahra yang merona saat ia menggodanya.
"Ah, Mas! Sengaja sekali membuatku malu!"
Gemas, Zahra menggerutu kesal. Hal yang membuat Raka terkekeh.
**
**
Kabar pernikahan antara Mia dan Rafa akhirnya terdengar oleh anggota keluarga yang lain.
Tentu kabar ini mengundang banyak tanda tanya, sebab rencananya pernikahan akan digelar secara tertutup dan hanya melibatkan keluarga inti.
Meskipun harus menghadapi berbagai macam pertanyaan, namun Gilang dan Airin sepakat untuk menutupi keadaan yang sebenarnya demi menjaga marwah putri mereka.
Dah akhirnya, hari itu tiba.
Dengan hanya disaksikan keluarga inti pernikahan digelar secara sederhana.
Tidak ada dekorasi mencolok, pesta meriah dan ribuan tamu undangan seperti di pernikahan Zahra.
"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyut taufiq." Suara lantang Rafa menggema melafazkan ijab kabulnya pagi itu.
Seruan kata 'sah' pun menggema disusul dengan doa bersama.
Sepasang mata Mia terpejam dengan hela napas pelan.
Matanya memandang punggung tegap lelaki yang baru saja mengucapkan ijab kabul atas namanya.
Airin menyeka air mata, berpelukan dengan sang mertua sambil saling menguatkan.
Setidaknya mereka tidak boleh terlihat sedih di hadapan Mia.
"Ayo, Nak," ucap Airin, menuntun putrinya untuk berdiri menemui sang suami untuk melakukan prosesi selanjutnya.
Mia yang tampak cantik dalam balutan kebaya menjuntai. Sebuah mahkota indah menghiasi kepala.
Berjalan menunduk, sesekali ia memandang ke arah suaminya. Jemarinya gemetar dan berkeringat.
Jika biasanya terlihat binar bahagia di mata sang pengantin, namun tidak pada Mia.
Hatinya remuk.
************
************
jangan mudah terhasut mia
apa Mia GX tinggal bareng Rafa, terus Rafa gmana
tambah lagi thor..🙏😁🫣