Dalam pusaran dunia mafia yang gelap, Alex, putra mahkota dari klan Moralez, dihadapkan pada ultimatum ayahnya, Marco Moralez, seorang mafia kejam tanpa belas kasihan.
Untuk membuktikan dirinya layak memimpin klan, Alex harus menemukan adiknya yang bertahun-tahun hilang, sebagai syarat.
Namun, di tengah pencarian nya terhadap sang adik, Alex justru bertemu dengan seorang gadis yang menarik perhatiannya, gadis yang mampu menggetarkan hatinya setelah lama mati.
Akankah dia berhasil menemukan adiknya dan memimpin klan ? Dan bagaimanakah kisah cinta akan mengubah arah hidupnya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquarius97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATAPAN PERMUSUHAN
Setelah puas mencoba gaunnya, Elzatta dan Leon pamit, lalu keluar dari butik. Leon melangkah keluar lebih dulu, sengaja menghindari interaksi dengan Bianca. Sebelum pergi, Elzatta meminta Miss Nadine untuk memperbaiki belahan dada pada gaunnya, karena menurut Leon, desainnya terlalu terbuka dan Elzatta sendiri juga tidak nyaman mengenakannya.
Sepanjang perjalanan ke mobil, Leon terus menggerutu, masih kesal dengan ulah Bianca yang tiba-tiba menciumnya. Elzatta yang berjalan di sampingnya hanya bisa tersenyum melihat wajah kesal Leon, dan entah kenapa, ekspresi Leon itu membuatnya merasa terhibur.
Bagaimana Leon tidak ilfeel dan merinding? Penampilan Bianca Jakartena ini bukan seperti perempuan jadi-jadian pada umumnya yang berdandan menor dan mengenakan pakaian sexy layaknya perempuan. Bianca memiliki tubuh kekar dengan otot-otot yang terbentuk dengan baik, namun tingkahnya sangat feminin dan rempong. Dengan mengenakan pakaian laki-laki serba hitam, serta aksesoris seperti rantai yang terpasang di celana layaknya preman, biasanya memberikan kesan sangar dan maskulin, tapi tidak dengan Bianca, karena ia mengenakan bando kelinci berwarna pink yang mencolok di kepalanya. Wajahnya dihiasi dengan lipstik merah, dan memakai wedges berhak tinggi. Kombinasi antara fisik kekar dan aksesoris feminin ini membuat Bianca terlihat sangat unik dan menarik perhatian. Tapi tidak dengan Leon, ia merasa kesal dengan penampilan Bianca yang menurutnya sangat mengganggu matanya, hahaha.
Coba bayangkan sendiri lah Reader's bagaimana model Bianca Jakartena yang terbilang nyeleneh itu 🤭
"Pokoknya, sampai menangis darah pun, aku tidak akan pernah menemanimu kesini lagi!" Seru Leon, bersungguh-sungguh.
BAM !!
Leon menutup pintu mobil, sedikit keras, membuat Elzatta nyengir, memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Kenapa ekspresi mu seperti itu? Kamu pasti seneng kan, aku di goda-godain? Hayoo ngaku!"
Seketika Elzatta mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar, lalu mendengus, memutar bola matanya. "Hoey, situ lagi PMS, Pak? Emosi amat, perasaan amat aja nggak emosi?"
Leon berdecak sebal, "Ck,, geli tauk, Za. Mana lipstik nya masih membekas!" Ucapnya sambil menggosok-gosok pipinya, terlihat sangat jijik.
Elzatta tertawa terbahak, sambil memegang perutnya. "Kenapa sih, nggak papa lagi, bukannya biasanya malah cipokan sama Betty," ujarnya, membuat Leon menoleh dan matanya membulat sempurna. "Eh, kenapa jadi bawa-bawa, Betty? Ya jelas beda lah, seenggaknya dia perempuan tulen."
Tawa Elzatta kembali meledak, ia terpingkal-pingkal hingga air matanya keluar. "Oh My God! Dasar dokter mesum!"Hardiknya, menggeleng-gelengkan kepala.
Betty, perawat cantik yang suka memakai seragam putih ketat, sangat tergila-gila dengan Dokter Leon. Tak jarang, Betty, selalu menggoda Leon di manapun dan kapanpun selagi ada kesempatan. Leon, yang memang seorang playboy, tak kuasa menahan diri saat di suguhkan tubuh sintal Betty. Suatu hari, Elzatta pernah memergoki keduanya dalam situasi yang tak pantas di ruangan Leon, di rumah sakit. Baju seragam Betty terlihat hampir terlepas, dengan Leon yang sibuk berada di dadanya.
Semenjak hari itu, Leon menjadi bulan-bulanan Elzatta, yang selalu mengungkit dan menggodanya tanpa ampun jika Leon tidak mau menuruti keinginannya.
***
Mobil Leon memasuki halaman rumah Elzatta. "Hey, kenapa kesini? Aku masih ingin bersama Bunda!" Elzatta berkata dengan nada kesal.
"Heh, kau punya rumah sendiri, kenapa suka sekali di rumahku? Kau tau, itu tidak baik jika dilihat para tetangga. Bagaimana pun, sebentar lagi kau akan menikah!" Kata Leon dengan tegas.
Elzatta memutar bola matanya, "Aish, kau berubah sekarang, sudah tidak asikk. Ayo cepat putar balik!" titah Elzatta.
Leon menggeleng, "Tidak, ayo kita turun. Tenang saja, aku akan mengantarmu dan menghadapi Ibu, agar mood nya membaik."
Entah kenapa, setiap kali bertemu dengan Leon, suasana hati Ibu Rosie menjadi tenang, beliau begitu nyaman bersama Leon, layaknya rasa nyaman seorang ibu terhadap anak laki-lakinya sendiri.
Mau tak mau, Elzatta keluar dari mobil dengan langkah gontai, wajahnya terlihat lesu. Namun, tidak lama, senyum lebar menghiasi bibirnya saat mendengar seseorang memanggil namanya.
"Ayahhhhhh...." Elzatta merentangkan kedua tangannya sambil berlari seperti anak kecil, menghampiri ayahnya yang berada di teras rumah lalu memeluknya sangat erat. "Ayah, kenapa ayah baru pulang. Elza sangat merindukan ayah,"katanya menumpahkan segala kerinduannya.
Leon menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya, sambil terus berjalan mengikuti Elzatta.
Dengan penuh kasih sayang, Tuan Mahardika membalas pelukan putrinya, dan mengecup pucuk kepalanya pelan. "Ayah juga rindu, nak. Maka dari itu, ayah berusaha semaksimal mungkin segera menyelesaikan pekerjaan ayah disana, supaya bisa cepat bertemu denganmu."
"Honey, kau dari mana?" tanya seorang pria tampan yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah. Elzatta sempat terpaku, tapi dengan cepat ia bisa menguasai diri dan menyambut nya dengan senyum ramah. "Ah, Honey, kapan kau datang?" tanyanya dengan nada santai.
"Aku sudah dari satu jam lalu menunggumu disini, aku khawatir karena ponselmu tidak bisa ku hubungi sejak semalam. Makanya aku langsung kesini." Ujarnya, dengan senyuman. "Ah, begitu. Maaf, aku lupa mencharger ponselku, Honey. Dan kupikir kau masih sibuk perjalanan bisnis, jadi aku meminta Leon menemaniku melihat baju pengantin kita."
"Baiklah, tidak papa, aku mengerti." Juan mengangguk dengan senyum manis di bibirnya.
"Sebaiknya, kita lanjut ngobrol di dalam saja yuk. Leon, terimakasih ya sudah menemani Elza. Mari kita masuk dulu." Ajak Tuan Mahardika.
"Iya yah sama-sama, tapi Leon mau langsung pulang saja. Bunda mengirim pesan, Leon diminta mengantar nya ke suatu tempat." Kilah Leon, yang sebenarnya tidak ingin lama-lama berada disana. Tapi, tiba-tiba Ibu Rosie keluar. "Loh, Leon, kamu disini nak. Ayo masuk dulu,"ajaknya, namun Leon menolak dengan lembut. "Maaf, Bu, sepertinya lain kali saja."
"Ayolah, sebentar saja, nak. Kebetulan ibu membuat kue tadi, kamu icip sedikit ya," bujuk Ibu Rosie berharap Leon mau menurutinya, dan benar saja, Leon yang selalu tidak tega hanya bisa mengangguk. "Baiklah."
Disaat satu persatu sudah masuk ke dalam rumah, Juan yang masih berada di belakang, tiba-tiba menahan dada Leon samar, mencoba menghalangi nya masuk. "Kuperingatkan sekali lagi untuk tidak dekat-dekat dengan Elzatta! Kamu ingat kan dia sudah memiliki calon suami," suaranya lirih, tapi penuh tekanan.
Tanpa takut sedikitpun, Leon menatap mata Juan dengan tajam, menyiratkan aura permusuhan di antara keduanya. "Kau tahu aku ini sahabatnya sedari kecil kan?" Balasnya.
Juan menyunggingkan senyum sinis, "Tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan. Pasti salah satunya menyimpan rasa lebih." Katanya, dengan tatapan mata tak kalah menusuk.
"Coba saja minta calon istri mu menjauhiku, aku sudah memintanya, tapi Elza yang selalu ingin dekat-dekat denganku," setelah berkata, Leon dengan sengaja menabrak pundak Juan sedikit keras dan masuk begitu saja.
Juan menatap punggung Leon dengan penuh kebencian, merasa Leon adalah suatu ancaman besar untuk rencananya.
Juan Elnando Winston, calon suami Elzatta.
...----------------...
Kepoin trus kelanjutan ceritanya yuk, jangan lupa tinggalkan Like, coment yak 🙏🏻 Tinkyu so much 😍 Semoga lancar terus rezekinya.
Alex, nackal banget kamu/Curse/