Lima tahun telah berlalu sejak Edeline putus dengan kekasihnya. Namun wanita itu masih belum mampu melupakan mantan kekasihnya itu. Setelah sekian lama kehilangan kontak dengan mantan kekasih, waktu akhirnya mempertemukan mereka kembali. Takdir keduanya pun telah berubah. Edeline kehilangan harapannya. Namun tanpa dirinya sadari ada seseorang yang selama ini diam-diam mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eriza Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#14 Kembali Ke Rumah Masa Kecil
...Bab. 14...
...KEMBALI KE RUMAH MASA KECIL...
Minggu pertama di awal bulan. Toko bunga tutup dan Keith tak tahu harus melakukan apa. Dia tidak suka hanya tiduran dan diam di rumah tanpa melakukan apa-apa. Dia teringat kembali pada ucapan Edeline semalam. Tiba-tiba ia jadi ingat pada suatu tempat yang sudah sangat lama tidak ia datangi. Keith agak ragu. Namun, kemudian ia pergi meninggalkan rumahnya.
Dengan menggunakan alat transportasi kereta, perjalanan menjadi lebih singkat. Keith akhirnya tiba di desa. Tidak banyak yang berubah dari desa kelahirannya. Keith masih agak ragu. Cukup lama ia duduk sendiri di padang tempat bermainnya dulu dengan pikiran yang berkecamuk di dada. Akhirnya dengan sebuah keberanian ia kembali melangkah.
Langkah kaki Keith berhenti tepat di depan sebuah rumah kayu tua yang nampak tidak terawat. Pagarnya mulai rusak bahkan kayunya sudah hilang di beberapa bagian. Rumput bahkan tumbuh tinggi di sekitar halaman. Keith agak terenyuh melihat kondisi rumah yang dulu pernah menjadi tempatnya pulang kini telah banyak berubah. Dengan pelan Keith melangkah memasuki halaman. Dengan perasaan campur aduk ia mengetuk pintu rumah tersebut. Tidak lama kemudian pintu terbuka. Nampak seorang pria berusia 50an tahun dengan rambut yang agak memutih berdiri di ambang pintu. Pria paruh baya itu menatap Keith dari kaki hingga atas kepala sambil mengingat-ingat. Dengan wajah kaget pria itu berteriak memanggil nama Keith.
"KEITH?! Benarkah ini kamu, Nak?!"
"Iya, Ayah. Ini aku," jawab Keith pelan.
Pria yang biasa dipanggil Henoch itu langsung memeluk Keith dengan erat. Terlihat jelas betapa rindunya dia kepada putranya.
"Keith ... Oh, akhirnya kamu pulang, Nak! Maafkan Ayah, Nak! Maafkan Ayah tidak bisa menjagamu dengan baik ...," isak Henoch dengan penuh sesal sekaligus haru.
"Aku juga minta maaf, Ayah! Aku tidak berbakti kepada Ayah." Keith berkata dengan lirih.
"Tidak, Nak! Ayah yang salah. Ayah yang harusnya minta maaf padamu. Ayah senang akhirnya kamu pulang. Ayo, masuklah, Nak!" ajak Henoch amat senang.
Ia membawa Keith masuk ke dalam rumah. Mereka duduk di ruang tamu. Keith sedikit lebih lega melihat kondisi di dalam rumah masih lebih baik dan terawat daripada di bagian luarnya tadi.
"Semenjak kamu pergi Ayah mulai sadar dan menyesali semua kesalahan Ayah. Ayah pikir kamu tidak akan pulang lagi. Ayah ingin mencarimu tapi Ayah tidak tahu harus ke mana. Ayah terus berdoa dan berharap suatu hari kamu akan pulang ke rumah ini lagi. Ayah sangat bahagia, akhirnya dapat melihatmu dengan kondisi yang sangat baik," tutur Henoch dengan wajah berseri-seri.
"Apakah Ayah baik-baik saja? Kenapa kondisi di luar rumah jadi tidak terawat seperti itu? Dan ... ke mana istri Ayah maksudku bibi?" tanya Keith pelan dan hati-hati.
"Ayah mengusir wanita itu sejak kamu pergi dari rumah. Ayah menyesal. Dia bukan wanita yang baik. Tidak masalah rumah ini begitu tidak terawat asal masih layak. Lagi pula Ayah hanya tinggal sendiri," jawab Henoch.
Sekian lama tidak bertemu muka, Keith dan Henoch saling berbagi cerita tentang banyak hal. Henoch juga banyak menanyakan kehidupan Keith di kota.
"Apa kamu pernah bertemu ibumu? Ayah dengar dia berada di kota yang sama denganmu tinggal sekarang," tanya Henoch.
"Tidak. Aku bahkan sudah lupa seperti apa wajahnya," jawab Keith.
Henoch mengerti. Vanesa, Ibu Keith; pergi saat Keith baru berusia lima tahun. Henoch berdiri, berjalan dengan pelan ke sebuah meja tua. Ia membuka laci meja itu kemudian mencari sesuatu. Setelah menemukannya, ia kembali duduk di tempatnya dengan nafas berat.
"Hanya foto ini yang tersisa. Dulu Ayah tidak sengaja menemukannya di kamarmu," kata Henoch sambil memberikan selembar foto lama kepada Keith.
Keith menerimanya dengan hati bergetar. Ia memperhatikan foto lama tersebut.
"Foto itu diambil di hari ulang tahunmu yang pertama. Lihat dirimu saat bayi. Lucu sekali, bukan!?" ujar Henoch sambil menunjuk bayi yang digendong seorang wanita cantik berambut pendek.
"Kenapa tidak ada Ayah di sini?" tanya Keith karena di foto itu hanya ada dirinya dan ibunya.
"Foto bersama Ayah sudah tidak ada. Semua foto bersama ibumu telah dibakar oleh wanita itu. Hanya ini yang tersisa. Meskipun Ayah dan ibumu berpisah dengan cara yang tidak baik, tapi Ayah sama sekali tidak pernah menyentuh barang yang ditinggalkan ibumu. Ayah benar-benar menyesal, Nak!" ungkap Henoch sambil mengenang.
"Sudahlah, Ayah. Itu sudah masa lalu. Yang penting sekarang aku sudah kembali. Aku sudah memaafkan semuanya. Kita bisa kembali memulai kehidupan baru lagi," papar Keith dengan tulus.
"Terima kasih, Nak! Kamu memang anak yang baik!" balas Henoch.
"Ayah, aku ingin Ayah pindah ke kota dan tinggal bersamaku. Ayah mau, kan?" tanya Keith penuh harap.
Perasaan Henoch begitu terharu mendengarnya. Ia tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Dia berkata, "Keith, selama ini Ayah tidak pernah memberikan kehidupan yang layak untukmu. Melihatmu kembali, tumbuh dewasa, dan hidup dengan baik seperti sekarang saja, Ayah sudah sangat bahagia sekali. Ayah tidak mau menyusahkanmu lagi, Nak! Biarlah Ayah yang tua ini habiskan waktu di rumah yang penuh kenangan ini. Meski kenangan itu hanya sebentar, setidaknya di rumah inilah Ayah bisa mengingat bagaimana Keith kecil Ayah lahir, belajar berbicara, dan memanggil Ayah. Ayah tidak bisa meninggalkan rumah ini, Nak!"
"Aku mengerti. Aku juga tidak akan memaksa Ayah. Tapi, aku minta Ayah untuk selalu menjaga kesehatan. Aku pasti akan lebih sering datang melihat Ayah." Keith berjanji.
Henoch mengangguk, tersenyum dengan bangga. Seharian ini Keith berada di rumah masa kecilnya. Ia mencari kayu, memperbaiki pagar, memotong rumput liar, dan membenahi apa yang rusak. Rumah itu pun nampak jauh lebih baik dari sebelumnya. Henoch juga menunjukkan kebun kecilnya di belakang rumah. Keith melihat tomat yang ditanam Henoch sebentar lagi sudah bisa dipanen.
Siang itu Ariana hendak pergi ke toko bunga. Ternyata toko bunga sedang tutup. Ia berdiri sebentar di depan toko sambil berpikir. Kemudian ia pergi. Ia sampai di rumah Edeline. Namun Edeline tidak berada di rumah. Mama Edeline yang membukakan pintu. Ia berbasa-basi sebentar sambil menanyakan perihal toko tutup. Mama Edeline menjelaskan bahwa setiap hari minggu toko tidak buka. Ariana kemudian bertanya alamat rumah Keith. Mama Edeline pun memberitahukannya.
Ariana tiba di rumah Keith. Beberapa kali ia mengetuk pintu namun rupanya Keith juga tidak ada di rumah. Ia pun pergi.
Malam itu di kamar, Keith berbaring sambil menatap foto lama dirinya bersama sang ibu. Foto ibunya yang masih muda sedang menggendong dirinya yang baru berusia satu tahun. Di balik foto itu tertulis tanggal dan nama ibunya. Dengan foto itu dia mungkin bisa mencari ibunya. Namun dia tidak yakin apakah masih bisa mengenali ibunya karena foto itu sudah sangat lama dan mungkin wajah ibunya sudah berubah. Di tambah lagi dia tidak tahu apakah ibunya masih ingat dirinya atau tidak. Semakin banyak keraguan di hati Keith. Ia kemudian menyimpan foto tersebut ke dalam dompetnya.
^^^bersambung...^^^
karna buka kisah baru itu perlu tenaga jga hirup udara yg pas😌 utk qm edeline semangat ya buat kisah baru nya lgi😌
ga segampang itu menjalani kisah baru dan melupakan yg lama
cari kerjaan baru mngkn akan berubah kehidupan baru dan pastinya akan bertemu dgn org yg baru
semangat
masih nyangkut masa lalu jgn mulai buka halaman baru
bisa aja qm yg selanjutnya menyakiti perasaan nya 🙄 pahamkan itu jgn asal hdup aja🙄
basa basi