Bermodal paras cantik dan tubuh yang indah. Gendhis, bukan nama aslinya. Bertahan hidup dengan bekerja sebagai koki di sebuah hotel bintang lima. Namun, sesuatu hal yang tak terduga terjadi padanya, hingga Gendhis bertekad untuk mengambil pekerjaan sampingan sebagai "teman kencan semalam" tamu-tamu VIP hotel Pacifik.
Narendra Arjuna Guinandra, pengusaha di bidang perhotelan dan pariwisata yang terobsesi untuk menyewa jasa Gendhis. Berapa pun budget yang dia keluarkan, dia tidak perduli. Asalkan gadis itu tetap berada dalam genggaman dan menuruti segala perintahnya.
Sebuah fakta terungkap, membuat Narendra terperosok semakin jauh ke dalam dendam dan kebencian atas kejadian yang tidak pernah dilakukan oleh Gendhis. Hingga gadis itu harus berjuang untuk sebuah kepercayaan yang menyakinkan hati seorang Narendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Camelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Good Job
Happy reading..
"Cepat ke sini, kau!" titah Sang Tuan mudanya.
Gendhis yang baru keluar dari kamar mandi, perlahan menatap ke arah Narendra yang langsung bertabrakan dengan manik hitam yang tengah memperhatikan dirinya sejak tadi.
Wanita itu begitu tercengang, tampak menelan ludahnya susah payah. Pria yang sedari tadi keluar dari kamar mandi itu, hingga sekarang tubuh kekarnya masih terbalut jubah mandi berwarna putih yang hanya menutup hingga ke bawah bagian primitif nya. Reflek Gendhis dengan cepat membuang muka ke sembarangan arah.
"Sini kau!" titahnya lagi. "Tuli, kamu!" desisnya.
Tanpa menunggu suara bariton Tuannya kembali mengudara, Gendhis segera mengayunkan langkahnya ke arah pria yang menatapnya tajam.
Gendhis berhenti tepat berada di depan Narendra. Terdengar hembusan nafas berat dari hidungnya yang kembang kempis dengan rahang yang mengetat. Tebakan Gendhis dalam batin adalah Sang Tuan mudanya sedang menahan amarahnya. 'Benar-benar aneh! Sebentar-bentar baik, sebentar lagi marah-marah! Apa sih sebenernya yang ada di pikiran dan hati Tuan Gapian ini? Ganteng tapi aneh!' kekeh Gendhis dalam batinnya. 'Mungkin karna itu, dia tidak ingin memiliki pasangan hidup!' Gendhis menerka-nerka sendiri.
"Lihat aku!" bentaknya lagi.
"Sudah, Tuan Gapian!" jawab Gendhis, langsung menatap Narendra sangat dekat, hampir tak ada celah. Napas berat Narendra langsung menyapu kulit mulus wajah Gendhis. Wangi mint yang menyeruak sekejap membuat merinding bulu kuduknya.
Gendhis berkacak pinggang sambil menatap ke dalam manik hitam milik Tuannya. "Apa yang harus aku kerjakan, Tuan Gapian?" ucapnya tanpa ada rasa takut sedikit pun.
Tanpa bicara, Narendra menarik tangan Gendhis. Ia menyeret ke arah walk in closet. Lantas mendorong tubuh Gendhis. Wanita yang tak siap dengan posisinya berdiri itu, seketika terhuyung hingga di depan lemari besar milik Narendra. Untung saja, Gendhis bisa langsung menyeimbangkan badannya. Jika tidak, sudah bisa dipastikan wajahnya akan mendarat dengan sempurna ke lantai marmer.
Gendhis berdecak kesal saat memutar wajahnya dengan tatapan tajam pada Sang Tuan Gapian nya. "Dasar, Tuan durhakim! Bisa-bisa mati berdiri!" umpatnya.
Alih-alih merasa bersalah, Narendra tidak menggubris umpatan wanita yang ada di depannya itu. Malah kini, pria itu berkacak pinggang dengan tatapan mengintimidasi pada Gendhis. Manik hitamnya menghunus tajam, lantas menggerakkan bola matanya, seolah memberikan isyarat pada Gendhis ke arah lemari besar milik nya.
Dengan suara berat dan tegas, Narendra memerintahkan Gendhis. "Cepat pilihkan aku pakaian untuk ke kantor!"
Gendhis mendengus, ekor matanya memberikan tatapan sinis pada Sang Tuan.
Dengan cekatan Gendhis mengambil satu setelan jas berwarna biru dengan kemeja putih dan dasi berwarna hitam metalik. Kemudian, Gendhis menyodorkan pada Narendra dengan tetap tersenyum, padahal batinnya terus mengomel tiada henti.
"Pakaikan sekalian!" perintah Narendra lagi, yang langsung mendapatkan tatapan sinis dari wanita yang berdiri mematung dengan membawa setelan jas.
"Manja!" umpatnya.
"Ayo cepat! Lelet!" gertak Narendra.
"Enggak punya tangan apa! Lagian tumbenan manja!" gerutunya lagi.
"Lambat kali kerjamu, Nayaka! Membuang waktu ku saja!" desak Narendra.
Dengan menahan kekesalan, Gendhis menjalankan perintah Tuan mudanya.
"Ya sudah, cepat buka jubah mandinya," ucap Gendhis.
"Kenapa jadi kau yang memerintah aku! Ya kamu lah yang buka!" sahut Narendra dengan santainya.
Gendhis terkejut dengan ucapan yang barusan Narendra lontarkan. Mulutnya menganga sempurna dengan bola mata melotot.
"What? Parah ini orang!" desis Gendhis. "Dikira bayi gede gitu!" decaknya kesal.
"Ck! Ayo tunggu apalagi! Benar-benar lambat!" Narendra mendesak tubuh Gendhis, hingga Gendhis memundurkan langkahnya.
"Aiisshh.. Sabar napa!" Gendhis mendesis kesal. "Tapi, Tuan sudah pakai da_lamankan?"
"Banyak omong kamu!" sentak Narendra.
Narendra menyeringai. 'Rasakan hukuman dariku, jika kau berani macam-macam di luar sana!'
Refleks, Gendhis menoleh ke arah Narendra, dia bisa melihat dengan jelas, Sang Tuannya menyunggingkan senyum kemenangan.
Tangan Gendhis bergetar membuka perlahan jubah mandi yang dipakai oleh Narendra. Di saat Gendhis menarik ujung tali pengikat jubah itu, lalu melepaskannya. Dan..
Kedua mata Gendhis tertutup rapat, ia sampai mengigit bibir bawahnya.
"Nayaka, dimana penglihatan kamu! Fokus.. Fokus jika bekerja!" bentaknya. Lantas dia mencondongkan wajahnya pada wajah Gendhis sambil memicingkan matanya dengan tatapan sinis, lalu dia berkata, "Kenapa kau pejamkan mata? Bukankah kau sudah melihat dan merasakannya, jangan pura-pura malu, Nayaka?" sindir Narendra. "Kau harus selalu menurut pada perintah ku. Paham!" bisik Narendra di telinga Gendhis.
'Apa aku salah jika aku mendoakan biar tangan Tuan Muda sombong dan angkuh ini, benar-benar tak bisa digunakan lagi!' gumam Gendhis.
Setelah melakukan drama yang panjang di pagi hari dengan bayi gedenya. Dan terakhir Gendhis memasangkan dasi yang berbahan sutra itu ke dalam kerah kemeja, lalu mengaitkan benda itu dengan rapi.
"Aah, selesai juga akhirnya," ucap Gendhis bertepuk tangan dengan senyum cerah.
Narendra mengerutkan dahi. "Hai, jangan senang dulu! Belum selesai tugasmu!" ucapnya.
"Apalagi, Tuan Gapian!" sahut Gendhis malas.
"Sarapan pagi!" ucap Narendra dengan menempelkan jari telunjuknya di bibir.
Hening. Gendhis berusaha menetralkan jantungnya yang sedari tadi berdebar kencang. Bahkan bisa jadi Sang Tuannya juga dapat mendengar dengan jelas degup jantungnya yang bertalu dengan kencang.
"Ehem!" terdengar deheman dari pria yang berdiri tegap di depannya.
"Nayaka.. Jangan buat aku menunggu dan menunggu! Atau kau tak bosan melihat aku marah!"
"Maaf," hanya itu yang bisa diucapkan oleh Gendhis. Bibirnya terasa kelu dan kedua matanya seolah buram usai mendengar permintaan konyol Narendra.
"Cepat lakukan!" ucap Narendra dengan nada tegas.
Wanita itu tidak mau menuruti perintah Tuannya, malah Gendhis menggelengkan kepalanya, membuat Narendra geram dan naik pitam, hingga akhirnya dia menjambak rambut hitam Gendhis. Wanita itu hanya bisa meringis dengan wajah yang mendongak menatap wajah arogan Tuannya.
"Cepat!" Narendra langsung menundukkan kepala. Bibir seksinya tepat berada di depan bibir merah milik Gendhis. Napas Narendra yang memburu sangat terasa di wajah Gendhis.
Dengan tubuh bergetar, Gendhis menempelkan bibirnya pada bibir Tuannya. Narendra langsung melahap bibir ranum milik Gendhis. Hingga beberapa menit kedua anak manusia itu saling bertukar saliva dan saling mengecap.
Setelah pu_as Narendra melepaskan bibir Gendhis yang telah membuat candu baginya.
"Good job!" terbit senyum iblis di bibir Narendra, menandakan kemenangannya.
Lalu, menghempaskan wajah Gendhis dari hadapannya. Sebelum itu dia berkata. "Ingat selalu tugas terpenting untukmu adalah melayaniku!" Menatap Gendhis dengan mata bengisnya.
Gendhis meringis dengan air mata yang lolos kembali begitu saja di pipinya tanpa persetujuan darinya. 'Tunggu hari di mana kau akan bertekuk lutut di hadapanku untuk memohon cinta dan pengampunan dariku, Tuan sombong dan angkuh!'
🍁🍁🍁🍁
dan semoga nayaka berbahagia dengan ...... tuan gapian . yesss 😍
ganbatte, nay 💪💪💪
di novel aja ada judulnya tuh
CINTA DAN DENDAM
atau
CINTA DI ANTARA DENDAM
atau
MENIKAH KARENA DENDAM
awalnya mah dendam, nay.... eehhhh ujung ujung nya duit ...ehhh salah 😅
ujung ujungnya cinta lahhh
kaya miskin
cantik jelek
....... bukanlah suatu patokan akan hadirnya cinta dan kemana cinta akan bermuara .
jadi .... jangan pesimis, nay ..... 💪😁