Shaerin seorang gadis cantik yang berusia 18 tahun, hidupnya yang tidak berkecukupan dan sederhana kadang-kadang menjadi ejekan di sekolahnya.
Dia memiliki kekasih dan sahabat yang selalu menyemangatinya dan membantu kerap jika Shaerin sedang dalam masa sulit.
Tapi tanpa disangka, mereka berdua justru telah mengkhianati Shaerin dengan hubungan gelapnya, hal itu membuat Shaerin kecewa dan sakit hati.
Suatu hari dirinya diharuskan menikah oleh sang Ibu untuk melunasi semua hutangnya kepada keluarga Algio, Shaerin di nikahkan dengan anak tengah dari keluarga Algio.
Sifat laki-laki itu berbanding balik dengan Shaerin. Cuek, kasar dan keras kepala. tapi jauh dari itu semua ternyata ia memiliki trauma masa kecil yang membuatnya menjadi sangat menderita.
Akankah Shaerin dapat membantu laki-laki itu untuk menghilangkan rasa trauma masa kecilnya? Karena mau bagaimanapun mereka menikah tanpa di dasari cinta dan hanya di atas kertas saja. ataukah mereka akan saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NG STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Ziel mendudukan Shaerin kedalam bathup, sebelum mereka sampai rumah, Tiara sudah menyiapkan air hangat untuk Shaerin.
"Cepat bersihkan tubuhmu sekarang." ucapnya dengan nada suara yang seperti biasa, dingin.
Dengan mata sembabnya Shaerin melihat Ziel yang sudah keluar dari kamar mandi, gadis itu keluar dari bathup dan melihat pantulan dirinya sendiri di cermin.
Air matanya kembali mengalir, mengingat sahabat dan juga kekasihnya yang tega sekali melakukan hal yang menjijikan seperti itu di belakangnya.
Tiara memasuki kamar Ziel dengan membawa dua gelas coklat panas, ia meletakan gelas itu di atas laci.
"Tuan Muda, apa yang sebenarnya terjadi kepada Nona Kecil?" tanya Tiara yang memang penasaran juga.
"Apakah karena kau memperlakukannya dengan tidak baik?" imbuhnya lagi.
Ziel yang tadinya ingin melepaskan kemejanya yang sudah basah kuyup seketika ia urungkan, ia melihat wajah Tiara sambil mengerutkan keningnya.
"Aku juga tidak tahu. Hei Tiara, kenapa kau jadi lebih mengkhawatirkan dia daripada aku?"
"Kau tidak lihat? pakaianku juga basah kuyup karenanya."
Tiara tersenyum tipis, ia mendekati Ziel lalu mengusap punggung laki-laki itu dengan lembut.
"Ya, aku khawatir kepadamu. terima kasih karena kau sudah menggendong Nona Kecil seperti tadi." ucapnya dengan nada yang meledek.
"Tiara, kau benar-benar."
"Tuan Muda lebih baik kau keluar terlebih dahulu, aku ingin berbicara sebentar dengan Nona Shaerin."
"Setelah itu kau mengusirku?" tanya Ziel memasang wajah kecewa.
"Astaga, kau ini seperti anak kecil saja." seru Tiara tertawa sambil memukul pelan lengan Ziel.
Setelah membawa baju ganti, Ziel keluar sesuai dengan permintaan Tiara, saat baru saja keluar ia bisa melihat Kenan yang sedang menunggunya di depan kamar.
"Kakak belum menjelaskan kepadaku, kenapa bisa menikah dengan gadis yang seusia denganku itu?" tanyanya begitu melihat Ziel.
Ziel menghembuskan nafasnya kasar sambil melangkahkan kakinya ke kamar mandi yang ada di dekat dapur.
"Kakak tidak mau menjelaskannya?" tanya Kenan lagi, dari tadi ia mengikuti langkah Ziel.
"Aku tidak tahu, tanyakan saja kepada Papah." jawabnya lalu dengan cepat menutup pintu kamar mandi.
"Ada apa?" tanya Jayendra menghampiri Kenan yang wajahnya sudah di tekuk masam.
"Kak Ziel tidak ingin memberitahu kenapa dia bisa menikah dengan gadis seusiaku, aku sangat penasaran sekali kak." jawab Kenan
"Dia pasti di paksa oleh Papah, kau tidak perlu mengetahuinya lagi."
"Tapi kak-"
"Diamlah Kenan, biar itu menjadi urusanku." potong Jayendra dengan cepat.
Kenan menghembuskan nafasnya lalu lebih memilih untuk kembali ke dalam kamarnya, ia masih merasa kesal karena masalah itu.
Sedangkan disisi lain Shaerin sudah memakai pakaian tidur yang baru saja di pilih oleh Tiara, mereka berdua duduk di sofa yang ada disana.
"Nona tidak ingin memberitahuku, masalah apa yang terjadi kepada Nona?" tanya Tiara sambil menggenggam erat tangan Shaerin.
Gadis itu hanya diam saja, terlarut dalam lamunannya, ia masih memikirkan mantan kekasih dan juga sahabatnya itu.
"Apakah Nona tidak merasa berat untuk menyimpan cerita itu sendirian?" tanya Tiara lagi saat melihat Shaerin hanya diam saja tidak menjawab pertanyaannya.
"Tidak apa-apa, ini masalahku, aku bisa mengatasinya sendiri, Bi." jawab Shaerin begitu sadar.
Tiara menghela nafas lalu mengusap lembut punggung gadis yang ada disampingnya itu.
"Jika Nona tidak ingin bercerita lebih baik Nona beristirahat saja." imbuh Tiara seraya menuntun Shaerin ke kasur.
Wanita paruh baya itu menarik selimut sehingga menutupi tubuh Shaerin, ia menunggu beberapa saat lalu setelah Shaerin sudah tertidur lelap, Tiara pun langsung keluar dari kamar Ziel.
"Tuan Muda, Nona Shaerin sudah tidur, mungkin karena kelelahan." kata Tiara begitu melihat Ziel yang ada di ruang keluarga.
Laki-laki itu hanya menganggukan kepalanya saja, lalu beranjak berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamar.
.
.
.
Sudah jam 12 malam, Ziel tidak kunjung tidur, dari tadi laki-laki itu mengerjakan berkas kerjasama perusahaannya dengan sekolah High School.
Ziel mengalihkan perhatiannya kearah Shaerin yang sedang tertidur di atas kasur, ia kembali mengingat saat dirinya terbangun tadi pagi dan mendapati jika Shaerin sedang memeluknya erat.
Shaerin dari tadi tidak bisa diam untuk mencari posisi tidur yang nyaman, rasanya saat ini tubuhnya benar-benar sakit sekali.
Ziel yang melihat hal itu pun langsung menghampiri istrinya dan duduk di tepian kasur.
"Ada apa?"
Shaerin membuka mata dan melihat dengan jelas Ziel yang ada di sampingnya, ia pun mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.
"Apakah Tuan menyalakan AC? sangat dingin sekali."
"Aku tidak menyalakan AC."
Ziel menempelkan telapak tangannya di kening istrinya yang ternyata terasa panas, mata Shaerin pun terlihat memerah.
"Tidurlah, aku akan memanggilkan Tiara untuk menyiapkan air hangat untukmu."
"T-tidak perlu Tuan, besok juga aku akan baik-baik saja." imbuh Shaerin menggelengkan kepalanya.
"Aku juga tidak ingin menggangu orang rumah yang sudah tidur nyenyak."
"Biarkan aku saja yang membawanya, kau diam saja dan ikuti perintahku!" kata Ziel langsung berdiri dan melangkahkan kakinya meninggalkan Shaerin di kamar.
Beberapa menit kemudian Ziel kembali sambil membawa baskom yang berisi air hangat dan juga handuk kecil untuk mengompres kening istrinya.
Laki-laki itu duduk kembali di tepian kasur lalu mulai mengompres Shaerin, sepanjang malam Ziel mengurus Shaerin yang sedang sakit itu sendirian.
"Terima kasih, Tuan." ucap Shaerin yang langsung memejamkan matanya karena merasa ngantuk.
"Aku melakukannya karena tidak ingin berhutang kepadamu."