Kisah cinta 3 karakter dari dua insan sejoli berbeda latar belakang sosial antara Kemal dengan Safitri.
Kemal adalah pribadi yang sinis, kejam, acuh dan tak punya hati, tapi sejak kejadian sang Mama, Kemal memiliki trauma akut yang membuat dia selalu dihantui mimpi buruk dan keesokan harinya Kemal berubah menjadi Rico yang memiliki kepribadian hangat, sabar, suka menolong serta romantis 180 derajat berbeda dengan sifat Kemal dalam dirinya.
Safitri yang terjebak pernikahan bohong dengan Kemal demi melunasi hutang mendiang ayahnya di buat bingung dengan kepribadian ganda yang di miliki Kemal.
Mampukah Safitri terus bertahan di samping pribadi Kemal yang kejam juga dingin dan Rico yang hangat penuh cinta untuknya
.
Yuk baca cerita komedi romantis receh kedua ku reader kesayangan. Jan lupa jadiin favorit ya Kaka"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebingungan Bastian
Walaupun ruang tunggu IGD tidak ramai oleh para keluarga pasie tapi riskan untuk Bastian menghampiri Safitri apalagi mengajaknya mengobrol. Bastian mendekatkan tubuhnya ke arah Ismail lalu dia berbisik sambil bola matanya berputar memperhatikan sekeliling, takut ada yang mendengar apa yang akan disampaikannya pada Ismail.
"Kamu bawa dia diam-diam ke ruang kerjaku sekarang juga, dan ingat jangan sampai mencolok perhatian," pesan Bastian sebelum pergi berlalu meninggalkan ruang tunggu IGD.
Ismail menoleh ke arah Safitri dengan perasaan campur aduk Antara kasihan, bingung dan juga cemas. Kasihan karena Safitri gadis desa itu akan berhadapan dengan orang-orang berkuasa yang kasar.
'Neng, ikut saya." ajak Ismail pada Safitri yang dibalas dengan tatapan mata lelah yang begitu pasrah.
Safitri mengikuti langkah Ismail menyusuri koridor rumah sakit untuk menuju ke ruang kerja Bastian yang ada di lantai 11 Rumah sakit tersebut. Selama di dalam lift Safitri diam 1000 bahasa dengan tatapan lelahnya, sesekali Ismail melirik ke arah gadis itu.
Ting.
Tepat di lantai 11 pintu lift terbuka Ismail melangkah lebih dulu keluar dari lift diikuti oleh langkah kecil Safitri.
"Mas Rico Mas Rico, kenapa masalah jadi rumit seperti ini. Haissstt...bingung dah gue." gumam Ismail bicara sendiri sambil menggelengkan kepala dengan wajah bingung.
Beberapa perawat yang mengenal Ismail menatap heran saat berpapasan dengannya.
"Liatin sis, kelamaan ngejomblo jadi suka ngomong sendiri. Ihh kasihan ya ganteng-ganteng stress." bisik seorang perawat pada temannya sambil bergidik.
"Husstt." balas temannya berkedip sambil menggeleng.
Tok tok tok
Ceklek
"Permisi Tuan, dia sudah ada di sini." dengan sangat hormat Ismail memberitahu tuanya.
"Bawa dia masuk." perintah Bastian yang sedang duduk di kursi kerja kebanggaannya.
Ismail mempersilahkan Safitri memasuki ruang kerja Bastian, dengan sangat tenang dan tanpa perasaan grogi atau takut Safitri melangkah ringan memasuki ruangan itu. ruangan yang untuk sebagian besar bawahan Bastian adalah ruangan yang sangat menyeramkan.
Safitri langsung menangkap sosok lelaki rentah yang usianya kurang lebih 70 tahunan dengan kerutan yang tampak hampir di seluruh wajah leher dan juga kedua punggung telapak tangannya yang saling mengait menopang dagu dengan meja sebagai alasnya.
Bastian menggerakkan jari telunjuk dan tengah tangan kanannya ke arah Ismail sebagai kode agar dia keluar dari ruangan itu dan Ismail langsung mengerti. Begitu keluar Ismail langsung menutup rapat pintu ruang kerja Bastian.
Kini tinggal Bastian dan Safitri di ruangan yang cukup besar dengan nuansa putih yang mendominasi. Untuk beberapa menit mereka saling menatap dengan tatapan yang berbeda.
"Huh, cukup tenang dan percaya diri gadis ini, walaupun dia hanya seorang gadis kampung. Aku tak melihat ada kegugupan sedikitpun dalam dirinya, dia benar-benar seorang gadis pemberani." batin Bastian salut menelisik Safitri.
"Siapa namamu?" pertanyaan Bastian memecah keheningan diantara mereka berdua.
"Safitri Abah." jawab Safitri singkat tanpa ekspresi apapun.
"Hah? Kamu panggil aku apa tadi?" tanya Bastian terkejut ingin meyakinkan pendengarannya.
"Abah. Apa saya salah panggil Abah? Masa Fitri harus panggil om kan itu mah namanya moyok(ngeledek)," jawab Safitri yang masih lengket dengan logat Sundanya.
"Monyong? Siapa yang monyong?" Bastian mulai naik darah mendengar kata yang di anggapnya tidak sopan keluar dari mulut Safitri.
"Bukan monyong Abah tapi moyok, itu mah artinya naon nyak? Emmm...Antosan sakedap(tunggu dulu sebentar)....Apa ya bahasa Jakarta nya mah ngeledek iya itu Abah. Maksud kuring bercanda." jawab Safitri sambil tangannya menggaruk pelipisnya yang ditumbuhi anak rambut makin membuat Bastian bertambah bingung dan terbahak.
"Hahaha." tawa pecah di ruang kerja Bastian karena sikap Safitri yang polos dan kampungan bikin Bastian terhibur.
Bastian yang lahir dari keturunan Jawa Belanda jelas tidak paham benar dengan bahasa Sunda, walaupun dia juga memiliki rumah di wilayah Jawa barat tapi sulit bagi Bastian untuk memahami bahasa Sunda.
"Wis wis.. pakai bahasa Indonesia yang benar, jangan pakai bahasa gado gado bikin tidak nyambung kita." ucap Bastian menyudahi tertawanya.
"Duduklah Fit." perintah Bastian menyuruh Safitri duduk di depannya.
Safitri duduk memasang tubuh tegak menghadap Bastian seperti seorang sekretaris yang siap menerima perintah dari bosnya.
"Berapa kamu dibayar sama cucuku untuk pura-pura menjadi istrinya?" tanya Bastian langsung to the point sepertinya dia tidak ingin bertele-tele dan kembali memasang wajah sombongnya.
"Kunaon ieu buyut jeung incu, naha sipatna sarua persis, gampang robah jeung pusing(Ini kakek sama cucu kenapa sama persis ya sifatnya, gampang berubah bikin pusing aja)" batin Safitri bingung dengan sikap Bastian yang cepat berubah.
"Kenapa diam?" tanya Bastian kembali.
"Maaf Abah, Fitri bingung dengan pertanyaan Abah." jawab Safitri sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Apa yang bikin kamu bingung?" kembali Bastian bertanya sambil mengerutkan dahi.
Bastian merubah posisi duduknya dia menyandarkan tubuhnya di kursi kebanggaan sambil menyilangkan kaki.
"Saya mah terpaksa menikah sama cucu Abah gara-gara kami digerebek sama warga di kampung saya, itu semua ulah cucu Abah yang mesum dan kurang ajar bukan karena saya dibayar sama cucu Abah." jawab Safitri sambil cemberut.
"Hah? Di gerebek? memang apa yang kalian lakukan berdua sampai di gerebek warga?" Bastian makin bingung dengan penjelasan Safitri.
"Dua hari yang lalu Aa pingsan di rumah Fitri pas malam-malam entah kenapa dan ada keperluan apa datang ke rumah Fitri. Akhirnya dia tertidur sampai pagi di ruang tamu rumah Fitri. Nah pas pagi-pagi bangun tidur tidak sengaja Fitri kesandung sama anyaman tikar terus nubruk si Aa habis itu dia malah meluk Fitri dan ternyata pas kejadian itu para warga sudah sudah menginginkan rumah Fitri dari semalam karena mobil Aa ada di halaman rumah Fitri, ya udah akhirnya kita digerebek sama warga terus dipaksa untuk nikah siri di kampung saya." jelas Safitri mulai keluar cerewet nya tanpa koma dan titik.
antara percaya dan tidak percaya Bastian mencerna penjelasan Safitri, bagaimana mungkin seorang Kemal mau mendekati gadis seperti Safitri karena dia tahu benar sikap cucunya yang tidak bakal sembarangan mendekati atau bahkan melakukan hal mesum seperti yang dikatakan Safitri.
"Apa buktinya kalau kalian memang benar sudah menikah." desak Bastian.
Safitri membuka tas selempang dari kulit pandan hasil karyanya, lalu mengeluarkan dua lembar kertas keterangan nikah siri dan akta nikah siri yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah desa lalu menyerahkan kepada Bastian.
Bastian menerima dua lembar surat itu lalu memperhatikan setiap detail isi yang tertera di atasnya dan betapa terkejutnya dia saat Bastian memperhatikan tanda tangan di atas materai.
"Rico?" seketika wajah Bastian berubah kaget bercampur cemas.
Bastian mengambil hp-nya yang terletak di atas meja selalu menyambungkan pada nomor seseorang.
"Masuk ke dalam." perintah Bastian langsung menutup telepon begitu selesai bicara.
Tak lama kemudian Ismail kembali masuk dalam ruang Bastian.
"Antarkan dia pulang ke rumah." perintah Bastian pada Ismail yang langsung dibalas dengan anggukan kepala hormat.
"Mari neng ikut saya." Ismail mempersilahkan Safitri untuk mengikuti.
"Is," panggil Bastian saat Ismail hampir melangkah keluar.
"Panggil dia nyonya." perintah Bastian.
"Maaf Tuan. Baiklah." balas Bastian sambil sedikit membungkuk.
Begitu Ismail dan Safitri sudah keluar dari ruang kerjanya, mata Bastian tidak beralih dari tanda tangan Rico.
"Coco. Kenapa anak itu tiba-tiba muncul lagi setelah sekian lama dan sejak kapan?" gumam Bastian bertanya-tanya.
"Aku harus bicara dengan Susan, ini tidak bisa di biarkan. Lalu bagaimana dengan gadis itu seandainya Rico kembali menjadi Kemal? Ahh ...ada saja masalah yang mereka buat." gumam Bastian lalu beranjak keluar dari ruang kerjanya.
To be continued.......
secara kn Bastian semalam abis makan masakannya Fitri..
hmm.. smoga baik² aja