NovelToon NovelToon
Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: NiSeeRINA

Lucianna Forger adalah seorang pelacur di sebuah klub malam. Walaupun hidup sebagai pelacur, Luci tetap memiliki impian untuk mempunyai suami dan anak.

Malam itu ia bertemu dengan Daniel Radcliffe, orang yang dia target menjadi pelanggan selanjutnya. Setelah melalui malam yang panas di rumah Daniel. Ia malah bertemu dengan tiga anak kembar.

Luci baru saja berpikir kalau dia bermalam dengan suami orang lain. Namun nyatanya Daniel adalah seorang duda. Ini memberikan kesempatan Luci untuk mendekati Daniel.

Sulit untuk mendekati Daniel, Luci pun memilih untuk mendekati anak-anaknya terlebih dahulu.

Apakah Daniel bisa menerima Luci dengan latar belakang seorang pelacur?

__________________________________________
Yang penasaran sama ceritanya silahkan baca🙌

[Warning!! konten dewasa]
[Karya ini hanya fantasi authornya, tidak membawa hal apapun yang berkaitan agama dalam novel ini🙌]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NiSeeRINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[PIAIT] Bab 13 : Kebun binatang pertama

Pagi itu, si kembar terbangun lebih awal dari biasanya. Dengan langkah riang, mereka menuju kamar Lucianna. Sentuhan lembut mereka di wajah Lucianna membangunkannya dari tidur lelap.

"Luci, bangunlah," bisik Revan, berusaha membangunkannya dengan lembut.

Lucianna membuka matanya, disambut oleh wajah-wajah polos si kembar yang mengelilinginya. Senyum hangat terukir di bibirnya saat menatap mereka. Ia bangkit duduk di ranjangnya.

"Luci, bagaimana dengan rencana ke kebun binatang? Apakah Papa mengizinkan?" tanya Devan, penuh harap.

Senyum Lucianna perlahan memudar, teringat akan perdebatan semalam. Dengan lembut, ia memeluk kedua anak itu, lalu mengusap kepala mereka dengan sayang.

Sambil menarik napas dalam-dalam, Lucianna berkata, "Kita tetap bisa pergi ke kebun binatang."

Mendengar itu, si kembar bersorak gembira dan melompat-lompat di atas kasur. Lucianna meminta mereka untuk tenang agar ia dapat melanjutkan perkataannya.

"Namun, Papa kalian tidak bisa ikut. Dia harus bekerja," ucap Lucianna dengan nada tenang. Mendengar hal itu, wajah si kembar kembali murung.

Lucianna meminta mereka untuk duduk dan menepuk kepala mereka dengan lembut. "Tidak apa-apa, kalian bisa pergi bersamaku. Nanti kalau Papa kalian sedang libur, baru kita pergi bersama-sama," hibur Lucianna.

Si kembar berusaha memasang senyum di wajah mereka. Mereka berusaha memahami kesibukan Papa mereka.

"Iya, tidak apa-apa. Kita pergi berempat saja," ucap Devan, mencoba menghibur dirinya sendiri.

Lucianna tahu bahwa anak-anak itu sangat mengharapkan dapat pergi bersama Papa mereka. Sayang sekali, harapan itu belum dapat terwujud. Dalam hati, Lucianna berharap Daniel akan segera menyadari bahwa anak-anaknya sangat membutuhkannya.

Setelah menenangkan si kembar, Lucianna bergegas menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

Saat Lucianna sedang menata hidangan di meja makan, Daniel turun dari lantai atas sudah lengkap dengan jas rapinya. Ia menghampiri anak-anaknya yang sedang menyantap sarapan mereka.

'Dia benar-benar pergi bekerja,' batin Lucianna dengan nada kecewa. Ia berharap bentakannya semalam dapat menyadarkan Daniel, namun ternyata tidak.

Daniel dan Lucianna saling berhadapan. Daniel mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. Sebuah kartu debit, yang merupakan simbol kekayaannya.

Namun, bukan itu yang Lucianna inginkan. Ia menatap si kembar, merasa iba terhadap mereka. Dengan lesu, Lucianna menerima kartu tersebut, lalu beranjak menuju kamar untuk menyiapkan pakaian yang akan dikenakan si kembar nanti.

Ini adalah sikap Lucianna yang belum pernah dilihat oleh Daniel sebelumnya. Lucianna yang selama ini selalu berusaha tersenyum dan menggoda Daniel, kini memasang wajah murung di hadapannya.

Sebenarnya, Daniel juga merasa bersalah karena tidak dapat menemani anak-anaknya. Namun, ia merasa bahwa pekerjaan ini juga sangat penting untuk masa depan mereka.

Daniel mengusap kepala anak-anaknya dengan lembut. "Maafkan Papa, Papa tidak bisa ikut kalian, ya. Jika nanti Papa memiliki waktu luang, baru kita berlibur bersama," ucap Daniel dengan nada menyesal.

"Tidak apa-apa. Semoga saja pekerjaan Papa cepat selesai, agar kita bisa berlibur bersama," jawab si kembar dengan senyuman yang tulus. Daniel kembali merasa tidak tega.

Sebelum wajah manis itu mengubah keputusannya, Daniel segera berpamitan dan bergegas pergi.

......................

Saat ini, Lucianna dan si kembar telah tiba di kebun binatang. Pemandangan di sekeliling mereka dipenuhi dengan keceriaan anak-anak yang bersemangat. Si kembar tampak begitu bahagia, seolah ketidakhadiran Papa mereka tidak mengurangi sedikit pun kegembiraan mereka. Lucianna merasa lega melihatnya.

"Luci, lihat! Itu jerapah!" seru Revan, menunjuk ke arah hewan berleher panjang yang sedang memakan dedaunan. Lucianna tersenyum dan mengangguk, mengiyakan ucapan Revan.

"Dengan kaki sepanjang itu, dia pasti bisa melewati kandang ini dengan mudah," celetuk Devan dengan nada polos.

Revan menyenggol pelan tubuh Devan, "Jangan memberikan ide seperti itu. Bagaimana kalau dia mendengarnya dan berusaha kabur?"

Lucianna terkekeh mendengar obrolan lucu kedua anak itu. Mereka benar-benar menggemaskan.

Si kembar terlihat begitu menikmati setiap momen dalam kunjungan ini. Hewan-hewan yang selama ini hanya bisa mereka lihat melalui layar ponsel atau halaman buku, kini dapat mereka saksikan secara langsung. Mata mereka berbinar-binar penuh kekaguman.

"Rehan, lihat itu kembaranmu!" ujar Revan, menunjuk seekor kera yang sedang bergelantungan di dalam kandang.

"Jika dia kembaranku, berarti dia juga kembaran kita," balas Rehan dengan nada dingin.

"Oh, iya. Kita kan kembar," Revan mengakui dengan polos. Mereka pun tertawa bersama, menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan.

Setelah puas berkeliling dan melihat berbagai macam hewan, mereka menyempatkan diri untuk makan siang di salah satu restoran yang ada di dalam kebun binatang. Setelah mengisi perut, mereka melanjutkan petualangan mereka ke tempat burung-burung dan hewan-hewan air.

"Luci, apa kita boleh membuat akuarium di rumah?" tanya Devan dengan nada antusias saat melihat ikan-ikan yang berenang dengan anggun di dalam akuarium besar.

Lucianna berpikir sejenak, mempertimbangkan permintaan Devan. "Bisa saja, tapi aku tidak tahu cara merawat ikan. Jika kita tidak bisa merawatnya dengan baik, ikan-ikan itu bisa mati," jawab Lucianna dengan nada bijaksana.

"Bukankah hanya perlu diberi makan?" tanya Revan, merasa bingung.

"Bukan hanya diberi makan, mereka juga membutuhkan tempat yang bersih. Akuarium harus dibersihkan secara rutin. Kamu juga harus tahu apakah ikan ini akan cocok berada satu akuarium dengan ikan itu," jelas Rehan dengan nada serius.

"Ucapan Rehan benar. Kalau kita tidak memiliki keterampilan dalam merawat hewan, kita bisa saja tidak sengaja menyiksa hewan itu," lanjut Lucianna, memberikan penjelasan lebih.

Wajah Revan sedikit murung karena tidak bisa memelihara ikan di rumah. Untuk menghibur Revan dan mengembalikan senyum di wajahnya, Lucianna mengajak mereka untuk membeli es krim. Sekaligus, untuk mengakhiri kunjungan mereka di kebun binatang.

......................

Lucianna membawa si kembar ke kedai es krim yang tidak jauh dari kandang burung. Aroma manis es krim segera menyeruak, menambah keceriaan suasana.

"Bagaimana es krimnya?" tanya Lucianna, menatap wajah-wajah mungil yang belepotan es krim. Anak-anak itu menjawabnya dengan anggukan bahagia dan senyum lebar.

"Luci, terima kasih banyak sudah mengajak kami dan membujuk Papa agar kami bisa pergi ke kebun binatang," ucap Devan tulus.

"Iya, ini akan jadi kenangan terbaik kami karena ini pertama kalinya kami ke kebun binatang. Ya... walaupun tanpa Papa," timpal Revan, nada suaranya sedikit melirih di akhir kalimat.

Lucianna tersenyum hangat mendengar ucapan mereka. "Ini juga akan menjadi kenangan terbaikku," katanya, matanya berbinar.

"Kenapa?" tanya Rehan, penasaran.

"Ini juga pertama kalinya aku pergi ke kebun binatang," jawab Lucianna. Anak-anak itu terkejut, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.

"Sungguh?" Devan memastikan, matanya membulat.

"Iya. Dulu aku tinggal di panti asuhan yang kurang mendapat perhatian dari donatur. Aku juga tidak punya uang untuk pergi. Saat sudah dewasa, aku bekerja dan aku lupa pada keinginan kecilku ini," cerita Lucianna singkat, senyumnya sedikit getir. Mendengar kisah Lucianna, raut wajah si kembar berubah menjadi iba.

"Itu berarti ini adalah kenangan spesial kita bersama Luci, karena kita sama-sama belum pernah ke kebun binatang!" seru Revan dengan senyum ceria, berhasil mencairkan suasana yang sempat sendu.

Lucianna mengangguk bahagia. "Bagaimana kalau kita mengambil foto?" usulnya.

Anak-anak itu berseru "Ya!" dengan antusias. Mereka segera mendekat ke Lucianna. Dengan es krim yang masih mereka genggam, Lucianna menekan tombol dan mengambil foto mereka berempat. Senyum bahagia terukir jelas di wajah mereka semua dalam bidikan kamera.

Anak-anak kembali asyik mengobrol, sementara Lucianna diam-diam mengirimkan foto itu ke Daniel.

"Baiklah, setelah ini kita pulang, ya!" ucap Lucianna.

"Baiklah!" jawab si kembar bersamaan, meskipun ada sedikit nada kecewa karena petualangan mereka akan segera berakhir.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Bersambung...

1
Cut syifa
biarlah soal profesi, yg penting hatinya baik
Cut syifa
dasar lucianna benar benar 😄😄, meresahkan sekali kmyyuuuu🤭
mama Al
jangan bilang Luci nekat bawa anak anak ke kebun binatang. 😁
mama Al
berasa ibunya anak-anak 🤭
mama Al
si Daniel antisipasi takut para emak emak smake down lagi
Dewi Ink
Daniel kuat bgt imannya 😂😂
Dewi Ink
wadduuuww di tepi kolam loh itu 😭
Dewi Ink
di rumah kan ada kolam renang
Istri Zhiguang!: anggap aja liburan bersama kak😭
total 1 replies
Cut syifa
untung bukan ramadhan dasar kamu lucianna 🤣🤣🤣
Drezzlle
ayo ajak ke Zoo Lucianaa kasihan mereka
Drezzlle
ya pasti anak-anak pilih kamu lah Lucianaa
Nurika Hikmawati
mantaaaap... kamu masih kuat iman aja Niel. padahal Luci udh mengerahkan semua skillnya tuh /Facepalm/
Nurika Hikmawati
Beda tenaga ya Luc... kalau utk yg gini mah tenaganya gak akan prnh habis
Rosse Roo
aah dasar bocahhh🤣🤦‍♀️
Rosse Roo
yeeeey aku juga ikutt senang.... 😌😄
Rosse Roo
tidak akan ada waktu untuk mengulang kebersamaan dengan anak-anak pak Daniel... nanti kalau mereka udah dewasa. menyesal lah kau, tak pernah menyenangkan mereka.
mama Al
wkwkwkwk kalah telak
mama Al
tetap saja harus berusaha keras, Luci.
mama Al
Daniel ini gengsinya gede ya.
padahal dalam hati 🤭
Cut syifa
gak semua pelacur benar2 niat jadi pelacur🥺😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!