Pertemuan pertama Alana dengan Randy terjadi secara kebetulan, dimana Alana langsung terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tak disangka - sangka, ternyata Randy adalah pemuda yang dijodohkan dengannya oleh nenek mereka berdua karena persahabatan. Namun saat Randy mengajak Alana berbicara empat mata, pemuda itu mengakui bahwa ia telah memiliki seorang kekasih, dan ia bersedia menikahi Alana hanya karena tak ingin mengecewakan neneknya. Pada akhirnya Alana pun terjebak dalam pernikahan yang semu, yang membuatnya harus menyembunyikan cintanya di balik kisah asmara Randy dan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Flowers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENGADUAN
Satu minggu sejak hari pernikahan telah berlalu. Alana sibuk belajar untuk ujian masuk perguruan tinggi. Jika ia tidak lulus, nenek Ranita akan membayar biaya yang lebih besar untuk meloloskannya. Alana tahu itu bukan hal yang sulit bagi nenek mertuanya itu, tetapi ia ingin mencoba berjuang dengan seluruh kemampuannya terlebih dahulu. Kamar yang seharusnya dihuni oleh sepasang suami istri, kini ia tempati sendiri. Randy mempunyai ruang kerja, dan untuk menyamarkan pisah ranjang dengan Alana dari pandangan pelayan, pemuda itu telah membeli lagi sebuah tempat tidur yang ditempatkan di ruang kerjanya yang luas. Meski ukurannya tidak terlalu besar, tapi kualitasnya sangat baik sehingga tidak kalah nyaman dengan tempat tidur yang ada di kamar Alana. Sepulang kerja, ia akan melanjutkan pekerjaannya hingga larut malam sekaligus beristirahat sampai pagi di ruang kerjanya. Jadi, ada alasan baginya untuk terus berada di ruangan itu.
Beberapa hari berlalu tanpa hal yang mencurigakan, karena Alana juga selalu menyiapkan pakaian dan minuman hangat untuk suaminya sebelum sarapan pagi. Mereka tetap terlihat harmonis di mata para pekerja di rumah itu. Namun pagi itu, tiba - tiba Delia datang ke rumah Randy. Seorang pelayan yang akrab dipanggil Bibi Senior terkejut saat membukakan pintu, karena ia tahu bahwa Delia adalah mantan kekasih Randy.
"Nona Delia?" ucap Bibi Senior sambil memandang Delia dengan penuh kecemasan.
"Ya, ini aku, kenapa Bibi seperti melihat hantu?" sahut Delia dengan cueknya dan ia langsung masuk ke dalam rumah, menuju ke ruang kerja Randy. Bibi Senior mengejarnya, tapi tak berani mencegahnya.
"Siapkan saja minuman jus segar untukku," perintah Delia sambil membuka pintu ruang kerja Randy. Lalu wanita cantik itu terkejut saat melihat Alana berada di dalam ruangan itu. Alana juga terkejut melihatnya datang tiba - tiba.
"Alana? Kenapa kamu di sini? " tanyanya pada Alana dengan nada seakan tidak terima.
"Aku mengantarkan pakaian dan minuman untuk Randy," jawab Alana, ia merasa tidak nyaman dengan pertanyaan itu. Tak lama kemudian Randy muncul di balik almari kayu besar yang menjadi pembatas ruang kerja dengan tempat tidurnya. Ia tampak seperti habis mandi dengan rambutnya yang basah.
"Delia?" Randy tak kalah terkejutnya melihat Delia berada di ruangan itu. Delia segera berlari ke arah Randy dan memeluknya dengan manja.
"Sayang, aku baru dari bandara, lalu mampir ke sini.." ucapnya, "dan aku juga akan ke kantor untuk membahas perpanjangan kontrak dengan perusahaanmu. Jadi aku menjemputmu untuk berangkat bersama."
Alana membalikkan badannya dan segera pergi. Randy hanya melihatnya tanpa bisa berkata - kata karena pelukan Delia terlalu mendadak, sehingga ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya.
"Iya, sayang.. ayo, duduklah dulu di sini," ujar Randy sambil mengajak Delia duduk di kursi tamu ruangan itu. Delia menurut dan tersenyum senang.
"Sebenarnya kamu bisa langsung ke kantor agar tidak terlihat orang lain di sini," tambah Randy lagi.
"Aku kan ingin membuktikan secara langsung apakah kamu benar - benar sudah pindah tidur ke ruangan kerja," sahut Delia, "tapi kenapa dia juga ada di sini?"
"Alana setiap pagi selalu ke sini untuk menyiapkan keperluanku. Jika tidak begitu, maka pelayan di rumah ini akan curiga. Bagaimanapun kami harus tampak seperti sepasang suami istri yang harmonis," jawab Randy.
"Huh," Delia mendengus kesal. Randy tersenyum sambil membelai rambut kekasihnya itu.
"Kamu tunggu di sini, aku akan bersiap - siap dulu. Nanti kita akan berangkat bersama tapi dengan mobil masing - masing, ya.." ujar pemuda itu sambil mengambil pakaian kerjanya yang sudah disiapkan Alana, "ingatlah, jangan sampai orang lain curiga. Kita harus menjaga sikap di hadapan semua orang."
"Membosankan," keluh Delia.
Bibi Senior muncul dan mengetuk pintu yang setengah terbuka.
"Nona Delia, ini jusnya," ujarnya. Delia mengangguk dan Bibi Senior segera masuk dan meletakkan minuman itu di meja, kemudian keluar meninggalkan ruangan dan kembali ke dapur.
Beberapa saat kemudian Alana menuju ke dapur untuk mengambil sarapannya. Sudah jelas pagi ini mereka tidak akan sarapan bersama karena Randy kedatangan tamu spesial.
"Bibi, siapa wanita cantik tadi? Aku seperti pernah melihat wajahnya," tanya seorang pelayan muda pada Bibi Senior. Alana menghentikan langkahnya saat mendengar percakapan itu.
"Itu mantan tuan muda. Dia adalah model utama produk perusahaan," jawab Bibi Senior, "Padahal Nyonya Ranita sudah melarangnya kemari sejak perjodohan itu dan meminta mereka putus. Kenapa dia berani kemari lagi, ya?"
"Wow.. padahal mereka serasi sekali, ya.. " sahut pelayan muda itu. Ia memang masih baru di rumah ini, dan ia adalah keponakan Bibi Senior sendiri. Alana menelan ludah mendengarnya, dia benar, batinnya sedih.
"Daripada dengan gadis desa itu, dia hanya seorang gadis yang terlalu beruntung mendapatkan tuan Randy sebagai suaminya," celoteh pelayan muda itu.
"Jangan bicara macam - macam, Friska.. kamu dan aku juga dari desa," potong Bibi Senior, "dan nyonya muda juga cantik, baik hati pula. Tidak bisa dibandingkan dengan nona Delia yang sombong itu."
"Tapi ini seru sekali, Bi.." ujar Friska, pelayan muda itu, "aku yakin tuan Randy masih mencintai model itu."
"Tidak boleh begitu! Aku akan mengadukannya pada Nyonya Ranita kalau mantan kekasih tuan Randy datang kemari.." sahut Bibi Senior dengan emosi. Mendengar hal itu, Alana segera muncul ke hadapan kedua pelayan itu. Mereka tampak sangat terkejut, apalagi Friska yang dari tadi berbicara tidak baik tentang Alana, ia tampak salah tingkah.
"Bibi Senior tidak boleh mengadukan tentang kedatangan nona Delia pada nenek," ujar Alana cepat.
"Nyonya muda.. sejak kapan Nyonya di sini?" tanya Bibi Senior ketakutan.
"Baru saja, Bi..," jawab Alana, "aku mendengar Bibi akan mengadukan nona Delia, itu sama sekali tidak boleh. Jika nenek mendengar hal ini tentu beliau akan terkejut dan marah, itu tidak baik untuk kesehatannya. Lagipula, nona Delia hanya ingin membahas kontraknya dengan suamiku, dan itu bukan masalah besar. Percayalah, Bi."
"Baik, nona.. saya tidak akan menceritakan hal ini pada Nyonya Ranita.." Bibi Senior berjanji.
Alana tersenyum, "Baik, terimakasih, Bi." Lalu Alana segera mengambil sarapannya dan membawanya ke kamar. Friska sang pelayan muda meliriknya dengan penuh rasa penasaran.
Tidak lama kemudian setelah Alana berlalu, Friska segera berlari ke taman dan menunggu saat yang dinantikannya. Di luar pagar rumah mewah itu terparkir mobil Delia. Cekrek! ia memotretnya dengan ponselnya. Tak lama kemudian ia bersembunyi di bawah pohon dan tanaman yang rimbun, dan saat melihat Randy keluar rumah dengan Delia, Friska pun segera mengabadikan momen itu dari kejauhan.
Sementara itu di desa, nenek Ranita sedang duduk santai di ruang tamu rumah nenek Mira, menemani nenek Mira yang sedang asyik menjahit baju pelanggannya. Tiba - tiba terdengar notifikasi pesan di ponselnya, dan beliau pun segera membukanya. Pesan dari pelayan barunya, Friska, "Nyonya, pagi ini tuan muda kedatangan tamu, kata Bibi Senior itu mantan kekasihnya. Maaf, saya hanya khawatir saja." Dan terlihatlah foto cucunya sedang berjalan dengan Delia, wanita yang sudah ia minta untuk menjauhi cucunya itu. Nenek Ranita segera menutup pesan itu dan berpura - pura tidak terjadi apa - apa di hadapan nenek Mira, meski hatinya teramat geram.