Setelah kakak ku tiada, aku dipaksa menikah dengan kakak iparku, karena aku tidak cinta dan membencinya, aku menyia-nyiakan dia, hingga suatu hari tanpa aku tau dia masuk kerumah sakit, dan dokter memberi vonis kalau dia sudah meninggal, aku menangis, karena menyesal, aku ingin diberikan kesempatan untuk memperbaikinya, akankah keajaiban datang ?
ingin tau baca novel SUAMI YANG DISIA-SIAKAN.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Kepanikan Bu Lita
Raihan sangat senang, melihat uang yang masuk ke rekeningnya, dia tertawa puas setelah Nadira pergi.
"Sangat mudah mempengaruhi kamu, bodoh, kamu gadis bodoh Nadira, eh tapi tidak sebodoh itu, buktinya kamu tidak bisa aku ajak bersenang-senang." Ujar Raihan.
"Tapi gak apa-apa, dengan uang ini aku bisa bersenang-senang dengan cewek lain, Nadira, Nadira, lihat saja nanti aku pasti bisa menikmati apa yang selama ini kamu pertahankan," ujar Raihan lagi dan setelah itu dia pun pergi dari cafe itu.
***
Senja nampak begitu indah, seorang lelaki duduk ditepi pantai, sepertinya enggan untuk beranjak, lelaki tampan yang sebentar lagi melepas gelar dudanya yang sebulan lebih, matanya terus memandang senja yang sebentar lagi akan berubah menjadi gelap.
Lelaki tampan yang tidak lain adalah Adrian, dia terus menatap indahnya senja, entah apa yang membuat sedang dia bayangkan Tidka ada yang tau, sementara Rian yang baru keluar dari kantor, dia langsung ke tepi pantai setelah mendapatkan kabar dari pengawal pribadinya Adrian.
"Bos Rian, sepertinya tuan Adrian tidak mau pulang, sebaiknya anda kesini, kamu sudah membujuknya tapi tuan tetap tidak mau pulang." lapor Anton yang memperhatikan bosnya itu.
"Baiklah, kalian tetap kawal dia, sebentar lagi aku kesana." Jawab Rian melalui sambungan telepon.
Rian sebenarnya sangat lelah sehabis dari kantor, dia ingin istirahat, tapi bosnya sekaligus sahabatnya sangat memprihatinkan, jadi walaupun lelah dia harus tetap kepantai dan akan membujuk Adrian.
Ketika hari sudah hampir gelap, Rian tiba ditepi pantai, Anton dan Fajar sudah menunggunya.
Rian langsung menghampiri sahabatnya itu, Rian duduk disisi Adrian.
"Senja begitu indah, keindahannya membuat setiap orang memandangnya akan terpesona, tapi sebentar lagi akan hilang berganti dengan malam, begitu juga dengan manusia, jika Tuhan sudah berkehendak maka dia akan pergi juga."
Adrian menoleh ke sisinya, dia mantap Rian dengan datar, setelah itu Adrian kembali menatap senja yang sebentar lagi akan hilang berganti dengan malam seperti yang Rian katakan tadi.
Adrian tau kalau sahabatnya itu menyindir dirinya. Tapi Adrian tidak mempedulikannya.
"Ikhlaskan apa yang terjadi, semua manusia akan pergi jika janjinya sudah tiba, kita yang masih hidup hanya mampu menerima, jika kita mengikhlaskan dia akan tenang disana." Tambah Rian lagi.
Adrian tidak menanggapi, dia bangkit dari duduknya, dan pergi ke mobil, Adrian tentu saja tidak akan mudah melupakan istrinya, dia sangat mencintai Nadia, namun dia membenarkan apa yang dikatakan Rian tadi, manusia akan pergi jika janjinya sudah tiba.
Anton yang melihat tuannya menuju mobil, dia langsung membuka pintu, sedangkan Rian, dia juga masuk kedalam mobilnya.
"Tuan kita mau kemana ?" tanya Anton yang duduk disamping pengemudi.
"Pulang." Segitu singkat jawaban dari Adrian.
mendapat perintah dari tuannya, Fajar yang duduk dibalik kemudian, dia langsung menjalankan mobilnya.
Tidak butuh waktu lama, Adrian dan kedua pengawalnya tiba dirumah Adrian. Sementara Rian, dia pulang ke apartemennya.
Tubuhnya begitu lelah, dia ingin segera istirahat.
***
"Nadia." Panggil adrian saat melihat wanita yang dia cintai berdiri tidak jauh dari dirinya.
orang yang dipanggil menoleh, dia tersenyum dan menghampiri Adrian.
"Mas, lupakan aku, ikhlaskan kepergianku, mas, menikahlah dengan Nadira, tolong jaga dia bimbing dia, aku akan tenang jika mas menuruti permintaan terakhirku." Setelah itu Nadia melangkahkan kakinya menjauh hingga hilang dibalik kabut putih.
"Nadia..." teriak Adrian, hingga dirinya terduduk, Adrian terbangun dari mimpinya.
Keringat dingin membasahi dahinya, dia ingat betul apa yang Nadia katakan padanya.
"Ternyata hanya mimpi." Adrian menepuk pipinya memastikan apakah benar dia mimpi.
Biarpun dalam mimpi namun kata-kata Nadia seperti nyata, Adrian merasa nadia menyuruhnya menjaga adiknya.
"Maafkan aku sayang, aku masih belum bisa melupakan dirimu, namun aku akan menuruti permintaan mu, aku janji, aku akan menjaga Nadira dan juga keluarga kita." Adrian yakin dan mantap dia akan menuruti permintaan istrinya.
Malam telah berlalu, pagi yang indah datang menyapa, suasana pagi ini begitu cerah dan hangat, matahari seakan bangga menampakkan dirinya.
Namun cerahnya mentari pagi bagaikan tidak berarti untuk dua anak manusia yang pikiran dan hatinya redup.
Dirumah sederhana didalam sebuah kamar, terlihat raut wajah gadis yang sebentar lagi akan berubah status sangat sendu, matanya menggambarkan redup sangat berbeda dengan mentari di pagi ini.
Diluar nampak dia orang wanita yang sebaya dengan Nadira masih berdiri didepan pintu kamar seorang gadis yang sebentar lagi akan berubah status dari gadis menjadi istri orang, perempuan yang tidak lain adalah Nadira, dia enggan beranjak dari tempat tidurnya saat dia wanita mengetuk pintu kamarnya.
Bu Lita yang melihat kedua orang yang dia undang untuk mendandani Nadira, ia langsung menghampiri, dan membantu mereka mengutuk pintu kamar Nadira.
"Nadira, Nadira ..., Nadira..." tiga kali sudah Bu Lita memanggil dan mengetuk pintu itu, namun tidak juga ada jawaban dari dalam.
Bu Lita dilanda kecemasan, dia takut kalau Nadira kabur ataupun bunuh diri.
Bu Lita langsung memanggil suaminya, Bu Lita berteriak sambil berjalan cepat memanggil suaminya yang sedang menyiram tanaman diluar rumah.
"Pak, Bapak..." teriak Bu Lita setelah sampai diteras rumah.
Pak Gunawan yang mendengar suara istrinya berteriak dengan nada kecemasan, dia langsung menghampiri istrinya itu.
"Ada apa Bu, kenapa berteriak ?" tanya Pak Gunawan karena dia belum tau apa-apa.
"Pa, tolong Pa, Nadira, Pa, Nadira." Ujar Bu Lita dengan nafas yang memburu seperti orang ketakutan dan panik.
"Nadira, kenapa dengan Nadira, bukankah orang yang Ibu undang sudah datang ?" tanya Pak Gunawan belum paham situasi.
"Iya Pak, mereka sudah datang, tapi Nadira, dia tidak ada dikamar, Ibuk sudah memanggil dan mengetuk pintu kamarnya beberapa kali, tapi tapi tidak ada respon, apa mungkin Nadira kabur, atau dia bunuh-" Bu Lita tidak sanggup meneruskan kalimatnya.
Pak Gunawan yang mendengar istrinya berkata Nadira melarikan diri, dia juga ikut panik dan takut, tentu saja ia takut karena akan malu dengan Adrian nanti.
Pak Gunawan segera bergegas kekamar Nadira, dia melihat dua orang perias masih menunggu didepan pintu kamar Nadira.
Namun berbeda dengan Bu Lita, kalau Bu Lita teriak-teriak memanggil Nadira, lain halnya dengan Pak Gunawan, dia begitu lembut dan sabar memanggil putrinya sembari mengetuk pelan.
"Nadira, sayang, nak, buka pintunya nak, Bapak ingin bicara sama kamu, bukalah nak." Dengan lembut dan sabar Pak Gunawan membujuk putrinya itu.
Nadira yang enggan, akhirnya bangun, dia berjalan seperti orang tanpa semangat menuju pintu kamarnya.
Walaupun Nadira menerima pernikahan itu, tapi dia tetap saja tidak bersemangat karena dia aslinya tidak mau menikah dengan kakak iparnya itu, tapi semua ia lakukan karena terpaksa dari pada dicoret dari kartu keluarga.
Bersambung.
pd akhirnya kau akan menyesal nadira