Winda Happy Azhari, seorang penulis novel yang memakai nama pena Happy terjerumus masuk bertransmigrasi ke dalam novel yang dia tulis sendiri. Di sana, dia menjadi tokoh antagonis atau penjahat dalam novel nya yang ditakdirkan mati di tangan pengawal pribadinya.
Tak mampu lepas dari kehidupan barunya, Happy hanya bisa menerimanya dan memutuskan untuk mengubah takdir yang telah dia tulis dalam novelnya itu dengan harapan dia tidak akan dibunuh oleh pengawal pribadinya. Tak peduli jika hidupnya menjadi sulit atau berantakan, selama ia masih hidup, dia akan berusaha melewatinya agar bisa kembali ke dunianya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Acara Berburu
Sudah beberapa minggu sejak pertemuan Elizabeth dengan Pangeran Lewis. Dia masih belum tahu alasan perubahan sikap mendadak dari Pangeran Lewis, tetapi dia memutuskan untuk mengabaikannya, menganggap itu bukan masalah besar karena itu hanya pertemuan kecil saja.
Dia mendengar dari orang tuanya tentang acara berburu yang akan diadakan dua minggu lagi. Acara itu berlangsung satu hari dan hanya bisa dihadiri oleh para ksatria dan dari keluarga bangsawan. Para wanita diperbolehkan menonton dan memberikan dukungan kepada tunangan mereka atau pria mana pun yang mereka sukai.
"Kakak, apa kakak mau pergi?" Tanya Elizabeth saat mereka sedang makan malam.
Robert menggelengkan kepalanya.
"Aku ada pekerjaan jadi aku tidak bisa hadir. Kau tidak berencana untuk pergi, kan?" Balas Robert balik bertanya.
"Ayah yakin Elizabeth lebih suka tinggal di rumah karena Yang Mulia Pangeran hampir tidak pernah menghadiri acara berburu." Ucap ayah mereka.
Telinga Elizabeth menajam mendengar apa yang dikatakan ayahnya.
'Yang Mulia Pangeran tidak hadir? Kalau begitu, aku harus pergi!' pikir Elizabeth.
"Hm, aku berencana untuk pergi." Ucap Elizabeth.
"Kenapa begitu tiba-tiba ingin pergi?" Tanya ibunya terkesiap.
Elizabeth mengangguk.
"Banyak wanita seusiaku yang akan pergi karena usia kami baru akan menginjak dewasa tahun depan." Ucap Elizabeth.
Robert menatapnya dengan mata muram.
"Kenapa kamu malah pergi saat aku tidak bisa hadir? Apa kamu begitu tidak menyukaiku?" Ucap Robert.
Elizabeth tampak cemas.
"Tentu saja tidak, Kak. Malahan, aku berharap kakak bisa hadir agar aku bisa memberi kakak sapu tangan sulaman buatan tanganku sendiri." Ucap Elizabeth.
Mata Robert membesar dengan tatapan sendu, seolah-olah dia akan menangis.
"Kau membuat sapu tangan bordir buatan tanganmu sendiri? Dunia ini benar-benar tidak adil..." gumam Robert sambil menyantap makanannya dengan lesu.
Elizabeth menepuk-nepuk punggungnya, mencoba menghiburnya, tetapi tidak berhasil.
Setelah makan malam, Elizabeth menyuruh salah satu pembantu menyiapkan benang bordir dan sapu tangan putih polos.
"Ada alasan apa Nona pergi ke acara berburu?" Tanya Alex setelah menutup pintu kamar Elizabeth.
Elizabeth mengangguk.
"Aku tidak benar-benar tahu dunia luar selain istana, rumah ini dan kota ini. Jadi, pergi ke sana akan memberiku lebih banyak pengetahuan, dan ditambah lagi banyak wanita yang menghadiri acaranya. Aku bisa mendapatkan banyak gosip dan informasi tambahan." Jawab Elizabeth.
Sambil mengalihkan pandangannya dari Alex, Elizabeth bergumam pada dirinya sendiri.
"Dan mungkin ada pria-pria tampan di sana. Rasanya seperti menonton drama yang sedang berlangsung! Oh! Bagaimana kalau seperti drama-drama di televisi? Seru sekali!" Ucap Elizabeth antusias.
"Drama? Televisi?" Ucap Alex bingung.
"Ya drama!" Ucap Elizabeth mengangguk antusias.
Elizabeth membayangkan di tempat berburu, seorang ksatria berhasil merebut hadiah utama dan berlutut dengan satu kaki demi wanita yang dicintainya! Setiap wanita pasti iri pada wanita yang mendapatkan pengakuan dari pemenang perburuan itu.
Elizabeth menjerit dan tersenyum lebar saat dia tenggelam dalam imajinasinya. Alex menatapnya dengan tatapan menghakimi sebelum menggelengkan kepalanya.
"Saya benar-benar tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran Anda Nona." Ucap Alex.
Elizabeth tertawa dan mengedipkan matanya pada Alex.
"Bukankah itu bagian yang menyenangkan?" Ucap Elizabeth.
"Tidak, itu bagian yang melelahkan." Balas Alex.
"Diam, Alex." Ucap Elizabeth.
Pelayan yang Elizabeth perintahkan tadi, datang dan menyerahkan semua yang dimintanya sebelum pergi lagi. Elizabeth menatap sapu tangan itu sebelum menatap Alex.
"Apa yang biasanya orang bordir pada sapu tangan?" Tanya Elizabeth.
“Biasanya bunga." Jawab Alex.
Elizabeth menatap Alex dengan ekspresi acuh tak acuh.
"Huh, membosankan sekali. Ada yang lain?" Tanya Elizabeth.
“Anda bisa menyulam huruf seperti inisial Anda atau inisial orang yang ingin Anda berikan." Jawab Alex lagi.
Elizabeth meletakkan tangannya di dagunya dan merenungkannya.
"Hm, mungkin aku bisa melakukan itu." Ucap Elizabeth.
Dengan hati-hati, dia menyusun skema pemilihan benang sebelum memilih benang biru dan kuning. Dia menenunnya ke dalam lubang jarum dan mulai menyulam.
"Kepada siapa Nona akan memberikan sapu tangan itu?" Tanya Alex.
"Untukku sendiri." Jawab Elizabeth santai.
"Apa?" Ucap Alex bingung.
"Aku bercanda, ini untuk Kak Robert. Kalau aku membuatkan ini untuknya, dia akan senang dan berhenti bersedih karena tidak bisa datang ke acara itu." Ucap Elizabeth.
"Ah... begitu. Selain Tuan Robert, apa Nona berencana membuat yang lain?" Tanya Alex lagi.
"Ya." Jawab Elizabeth singkat.
"Untuk siapa?" Lagi-lagi Alex bertanya.
Elizabeth menghentikan gerakan tangannya dan menatap Alex. Sambil tertawa, dia mengangkat jari telunjuknya ke bibir.
"Rahasia." Ucapnya.
Dia terus menyulam sapu tangan, bersenandung mengikuti lagu asing yang belum pernah didengar Alex sebelumnya, tetapi tidak Alex tanyakan.
...****************...
Hari-hari santai Elizabeth berlalu begitu saja hingga hari acara berburu tiba. Saat diantar oleh keluarganya, Elizabeth memanggil Robert dan menyerahkan saputangan itu. Sapu tangan itu bersulam bunga aster kuning kecil yang mengelilingi inisial namanya yang disulam dengan benang biru.
Mata Robert berbinar sebelum akhirnya dia memeluk sapu tangan erat-erat di dadanya.
"Aku akan menyimpan ini selamanya." Ucap Robert.
Elizabeth terkikik dan mengangguk.
"Senang kakak menyukainya. Aku pergi dulu ya. Jaga diri kakak." Ucap Elizabeth.
Kali ini Elizabeth naik kereta kuda bersama Alex. Kereta mulai bergerak, membawa mereka ke tempat berburu tempat acara akan diadakan.
Elizabeth mengenakan gaun yang sedikit berenda. Lengannya panjang dan berbelahan dari bahu hingga siku. Rambutnya dikuncir kuda dan riasannya agak terang seperti biasa. Melengkapi gaunnya, dia mengenakan sepatu bot yang dilengkapi sabuk pengaman di pergelangan kaki dan pertengahan betisnya untuk mengamankannya.
Setiap kali dia bertanya kepada Alex, "Apakah aku terlihat cantik?"
Alex akan menjawabnya dengan suara monoton, "Ya, Nona."
Seperti biasa, kepala pelayannya itu tidak menarik.
Ketika mereka sampai di tempat berburu, Elizabeth menggandeng tangan Alex sambil turun dan memasang senyum profesionalnya, tahu bahwa dia harus bertemu berbagai macam bangsawan hari itu.
Dia berjalan menuju meja yang kosong tanpa ada yang duduk, dia menyapa beberapa wanita yang menghampirinya.
"Sungguh mengejutkan melihat Nona Elizabeth di sini, di tempat berburu!" Kata salah satu dari mereka, dengan nada terkejut yang bercampur aduk dalam suaranya.
Elizabeth mengangguk dan tersenyum padanya.
"Aku berpikir untuk datang kali ini. Aku menyesal tidak pergi selama beberapa tahun terakhir ini. Jika aku datang sebelum ini, aku akan bisa mengobrol dengan wanita-wanita cantik seperti kalian." Ucap Elizabeth.
Dia dengan mudah menyenangkan para wanita yang dia ajak bicara. Mereka semua tersenyum, senang dipuji.
"Anda sebaiknya duduk bersama kami, Nona Elizabeth." Ucap salah seorang wanita.
Elizabeth menggelengkan kepalanya dan berbicara dengan nada sedih.
Bersambung...