NovelToon NovelToon
Dendam Di Balik Gaun Pengantin

Dendam Di Balik Gaun Pengantin

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: riniasyifa

Anya gadis cantik berusia 24 tahun, terpaksa harus menikahi Revan CEO muda anak dari rekan bisnis orangtuanya.

Anya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan kesepakatan kedua keluarga itu demi membayar hutang keluarganya.

Awalnya ia mengira Revan mencintai tulus tapi ternyata modus, ia hanya di jadikan sebagai Aset, untuk mencapai tujuannya.

Apakah Anya bisa membebaskan diri dari jeratan Revan yang kejam?

Jika ingin tahu kisah Anya selanjutnya? Langsung kepoin aja ya kak!

Happy Reading...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela-jendela besar ruang latihan, menerangi ruangan luas dengan lantai kayu yang berkilauan. Anya sudah berada di sana, mengenakan pakaian olahraga berwarna hitam yang diberikan Damian semalam. Pakaian itu terasa nyaman di tubuhnya, memberikan keleluasaan untuk ia bergerak.

Damian masuk ke dalam ruangan dengan langkah tenang, mengenakan pakaian olahraga yang sama dengan Anya. Otot-otot badanya terlihat jelas di balik pakaian itu, memancarkan aura kekuatan yang mempesona. Anya menelan ludah, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

"Selamat pagi," sapa Damian dengan senyum tipis.

"Siap untuk latihan?" tanyanya lagi.

"Selamat pagi," balas Anya dengan senyum gugup.

"Siap!" serunya mencoba meyakinkan diri sendiri.

Damian mengangguk, lalu berjalan mendekat ke arah Anya. Ia berdiri di hadapan Anya, menatapnya dengan intens. Anya merasa jantungnya berdebar semakin kencang.

"Kalau gitu langsung aja ya, hari ini kita akan mulai dengan teknik dasar dulu," ujar Damian dengan suara yang tegas namun terdengar lembut.

"Pertama, kuda-kuda yang benar." tegasnya sambil menunjukkan posisi kuda-kuda yang benar, kakinya sedikit ditekuk, kedua tangannya mengepal di depan dada. Anya mencoba menirunya, namun tubuhnya terasa kaku dan tidak seimbang.

"Tidak, Anya. Kakimu kurang lebar, punggungmu terlalu tegak," koreksi Damian sambil membenarkan posisi tubuh Anya.

Sentuhan tangannya di pinggang Anya membuat Anya tersentak kaget. Pipinya langsung merona merah.

"Ma-maaf," ucap Anya gugup.

Damian tidak mengatakan apa-apa, hanya tersenyum tipis. Ia kembali menunjukkan posisi yang benar, lalu meminta Anya untuk mengulanginya. Anya mencoba fokus, berusaha mengabaikan detak jantungnya yang semakin menggila.

Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Anya berhasil mendapatkan posisi kuda-kuda yang benar. Damian mengangguk puas.

"Bagus, Anya. Sekarang, kita akan belajar cara memukul yang benar," tambah Damian.

Damian kembali menunjukkan teknik memukul yang benar, mengepalkan tangannya dengan kuat dan mengayunkannya ke depan dengan tenaga penuh. Anya memperhatikan gerakan Damian dengan seksama, berusaha menghafal setiap detailnya.

"Sekarang giliranmu," ujar Damian, memberikan Anya kesempatan untuk mencoba.

Anya langsung memperagakan ia mengepalkan tangannya, lalu mengayunkannya ke depan seperti yang dicontohkan Damian. Namun, pukulan Anya terasa lemah dan tidak bertenaga.

"Tidak, Anya. Kamu harus menggunakan seluruh kekuatan tubuhmu," koreksi Damian dengan sabar untuk ke sekian kalinya ia sambil berdiri di belakang Anya. Ia memegang tangan Anya, membimbingnya untuk melakukan gerakan yang benar.

Sentuhan Damian di tangannya membuat Anya merinding. Ia bisa merasakan aroma maskulin Damian yang memabukkan, membuatnya semakin gugup.

"Coba lagi," bisik Damian di telinga Anya.

Anya mencoba lagi, mengikuti arahan Damian. Kali ini, pukulannya terasa lebih bertenaga dan terarah. Damian tersenyum puas.

"Bagus sekali, Anya. Kamu semakin baik, aku yakin tidak butuh waktu lama kau akan jadi wanita yang tangguh," puji Damian memberi semangat.

Anya tersenyum senang mendengar pujian Damian. Entah kenapa ia merasa termotivasi untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuannya.

Damian terus mengajarkan Anya berbagai teknik dasar beladiri, mulai dari menangkis serangan, menghindar, hingga melakukan tendangan. Anya mengikuti setiap instruksi Damian dengan semangat, meskipun beberapa kali ia merasa kesulitan dan kelelahan.

"Istirahat sebentar," perintah Damian setelah satu jam berlatih. Ia memberikan Anya sebotol air mineral.

"Nih, minum dulu!" ucap Damian sambil menyodorkan sebotol air mineral ke hadapan Anya.

Anya menerima botol air itu dengan senang hati

"Thanks," ucap Anya tulus, lalu meneguknya hingga tandas.

Ia merasa sangat haus dan lelah, namun ia juga merasa puas dengan apa yang telah ia pelajari hari ini.

"Terima kasih," kata Anya lagi.

"Sama-sama," balas Damian dengan senyum hangat. "Kamu hebat, Anya. Kamu belajar dengan sangat cepat." puji Damian jujur.

Anya tersenyum malu mendengar pujian Damian. Ia tidak menyangka Damian akan begitu sabar dan perhatian padanya. Ia merasa semakin nyaman dan dekat dengan pria itu, beda bangat jika ia berhadapan dengan Revan.

"Aku akan terus berlatih dengan giat," janji Anya dengan tersenyum semangat.

"Aku tahu kamu bisa," jawab Damian yakin. Lalu menepuk pelan pundak Anya.

Dag!

Jantungnya kembali berdebar kencang. Ia menatap Damian dengan tatapan yang sulit diartikan. Damian juga menatapnya dengan tatapan yang sama.

Suasana di antara mereka menjadi hening dan tegang. Keduanya saling terpaku, seolah ada magnet yang menarik mereka untuk mendekat. Wajah Damian perlahan mendekat ke wajah Anya, membuat Anya semakin gugup. Ia bisa merasakan hembusan napas Damian di wajahnya.

Apakah Damian akan menciumnya? Pikiran itu tiba-tiba muncul di benak Anya, membuatnya semakin bingung. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tidak yakin apakah ia menginginkan ciuman itu atau tidak.

Namun, sebelum Damian sempat melakukan apa pun, suara dering telepon memecah keheningan di antara mereka.

Damian tersentak kaget, lalu menjauhkan wajahnya dari Anya. Ia meraih telepon genggamnya yang tergeletak di atas meja.

"Maaf," kata Damian dengan nada menyesal.

Lalu ia menjauh sedikit dari Anya, menjawab panggilan telepon itu, lalu berbicara dengan suara yang serius.

Anya menghela napas lega. Ia merasa bersyukur karena telepon itu berdering tepat waktu, menyelamatkannya dari situasi yang canggung. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika Damian benar-benar menciumnya.

Damian menyelesaikan panggilan teleponnya, lalu kembali melangkah ke arah Anya, ia menatap Anya dengan tatapan yang penuh penyesalan.

"Maaf, Anya. Aku harus pergi sekarang. Ada urusan mendadak yang harus aku selesaikan," ucap Damian.

Anya mengangguk mengerti. "Tidak apa-apa," jawabnya singkat.

Damian tersenyum tipis, lalu langsung berjalan keluar dari ruang latihan. Anya menatap kepergian Damian dengan perasaan yang campur aduk. Ia merasa lega, namun juga merasa sedikit kecewa. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan.

Setelah Damian pergi, Anya menghela napas panjang. Ia memutuskan untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Ia ingin melupakan kejadian yang baru saja terjadi dan kembali fokus pada tujuannya.

# Bersambung ....

1
Rita
ketangkep g nih?kalah lawan
Rita
duh Van gmn mau luluh aplg balik istrimu
Rita
betul
Rita
mulai penasaran yah
Rita
mengerti kekhawatiran Damian soalnya yg dihadapi berbahaya
Rita
lg bantuin nenek kakak Anya nya
Rita
untung ada yg nolong
Rita
milikmu tapi g dijaga layaknya pasangan yg disayang dicintai ini mlh bikin trauma
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor 🙏😄
Apriyanti
knp gak lgsg kamu ungkapin aja Damian KLO kamu mencintai Anya,,biar Anya gak salah paham,, lanjut thor 🙏
Rita
semoga berhasil lolos
Rita
sdh ditraining
Rita
istri atau boneka
Rita
duh Van kerjaan mu marah2 mulu awas meledak
Rita
jgn takut Anya lawan
Rita
firasat itu
Marsya
penyesalan Revan sudah terlambat
Rita
kmu sdh terlalu menyakiti
Rita
hayoloh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!