Rasanya sangat menyakitkan, menjadi saksi dari insiden tragis yang mencabut nyawa dari orang terkasih. Menyaksikan dengan mata sendiri, bagaimana api itu melahap sosok yang begitu ia cintai. Hingga membuatnya terjebak dalam trauma selama bertahun-tahun. Trauma itu kemudian memunculkan alter ego yang memiliki sifat berkebalikan. Kirana, gadis yang mencoba melawan traumanya, dan Chandra—bukan hanya alter ego biasa—dia adalah jiwa dari dimensi lain yang terjebak di tubuh Kirana karena insiden berdarah yang terjadi di dunia aslinya. Mereka saling Dalam satu raga, mereka saling menguatkan. Hingga takdir membawa mereka pada kebenaran sejati—alasan di balik kondisi mereka saat ini. Takdir itu memang telah lama mengincar mereka
Adaptasi
Perasaan bahagia tak terkira, itulah yang bisa Kirana gambarkan saat berjalan bersama di tepi danau dengan seorang gadis. Sinar bulan menerangi langit malam itu, memantulkan cahayanya di permukaan danau yang berkilauan.
Mereka terlibat dalam percakapan yang menyenangkan. Sesekali, gadis itu menceritakan kisah konyol yang mampu mengundang gelak tawa. Membuat Kirana merasa nyaman selama bersamanya.
Atmosfer malam itu seketika berubah menjadi mencekam. Angin malam membawa hawa aneh yang membuat bulu kuduk Kirana meremang. Cahaya bulan yang sebelumnya hangat tiba-tiba terasa dingin dan menakutkan. Bersamaan dengan perubahan atmosfer yang ekstrem tersebut, gadis yang berjalan bersama Kirana tiba-tiba menghunuskan pedang ke arahnya. Mata gadis itu berubah menjadi dingin dan tak berperasaan.
Belum sampai ujung pedang itu menembus kulitnya, Kirana terbangun dengan napas yang tersengal-sengal, keringat mengalir deras di wajah, dan jantungnya berdegup dengan kencang.
Kirana mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan untuk memastikan bahwa dia berada di tempat yang aman. Setelah menyadari bahwa dirinya masih berada di dalam kamar, yang ada di salah satu asrama Langgar Suci Lunarterra, akhirnya Kirana bisa mengembuskan napas dengan lega.
Ternyata dia hanya bermimpi buruk. Namun anehnya, mimpi itu terasa sangat nyata. Seakan-akan, ada pesan yang tersembunyi di dalamnya.
***
Keesokan harinya. Saat matahari mencapai puncak langit, menandakan semakin dekatnya Hari Perayaan Suci Lunar.
Perasaan Kirana campur aduk, antara merasa gembira dan juga khawatir. Meski telah sibuk dengan persiapan, dia menyadari bahwa dirinya tidak memiliki pakaian khusus untuk merayakan acara ini. Sementara para warga kota, sepertinya akan mengenakan pakaian yang indah dan berwarna-warni.
Kirana menghela napas panjang. Sepertinya, perayaan pertamanya kali ini, dia terpaksa harus menggunakan pakaian sehari-hari saja. Mau bagaimana lagi, Kirana tidak punya uang untuk membeli pakaian baru.
Dua orang gadis datang menemui Kirana yang sedang sibuk menghiasi bunga di halaman Langgar. Mereka adalah Aria dan Lima, teman baik Kirana dan yang paling akrab di Langgar suci ini.
Aria adalah gadis berambut ungu yang begitu cantik, dengan mata birunya yang berkialauan. Dia adalah gadis yang begitu ceria dan selalu memberikan aura positif di sekitarnya. Sementara Lima adalah gadis yang memiliki manik cokelat yang tak kalah indah, rambut panjangnya yang berwarna cokelat kemerahan selalu bersinar saat ditimpa cahaya matahari.
"Kirana, beberapa hari lagi kita akan merayakan hari perayaan Suci Lunar, dan kita semua ingin merayakannya dengan penuh keceriaan. Bagaimana kalau kita pergi membeli pakaian khusus untukmu? Setidaknya, kita ingin melihatmu juga berkilauan seperti bintang-bintang di malam hari," ajak Aria dengan penuh perhatian. Sepertinya, mereka menyadari perasaan sedih Kirana yang tidak punya baju baru untuk ikut merayakan perayaan pertamanya.
Kirana tersentak oleh tawaran baik Aria. Dia merasa terharu oleh kepedulian teman-temannya. Orang-orang yang tinggal di Langgar suci ini memang tidak diragukan lagi memiliki hati sebaik malaikat.
Meskipun merasa bersyukur, Kirana tiba-tiba merasa ragu. "Tapi, Aria, aku tidak ingin merepotkan mu. Aku baik-baik saja tanpa pakaian baru."
Lima menanggapi kekhawatiran Kirana dengan senyuman penuh pengertian. "Tenang saja, Kirana. Empu Agung pasti akan mengerti. Saya yakin beliau ingin melihat kita semua merayakan Perayaan Suci Lunar dengan penuh kebahagiaan."
Setelah mencapai kesepakatan, mereka bertiga mulai mencari keberadaan Empu Agung. Tidak mudah untuk menemukan Empu Agung di tengah kesibukan mempersiapkan acara perayaan besok, tapi nasib baik sepertinya sedang berpihak pada mereka. Empu Agung terlihat baru saja keluar dari ruangannya. Kirana, Aria dan Lima langsung berlari ke arah Empu Agung.
"Empu Agung, maaf jika kami mengganggu. Kami ingin membeli pakaian khusus untuk merayakan Perayaan Suci Lunar bersama-sama. Apakah Empu Agung mengizinkan?" ucap Aria meminta izin dengan penuh sopan santun
"Tentu saja, anak-anakku. Semua orang berhak merayakan perayaan ini dengan penuh kebahagiaan. Silakan, pergilah memilih pakaian yang kalian inginkan."
Perasaan Kirana langsung terasa lapang setelah mendengar izin dari Empu Agung.
"Terima kasih, Empu. Kami akan segera kembali," ucap Aria dengan rasa terima kasih yang tulus.
"Terima kasih, Empu," ucap Kirana dan Lima serentak.
Setelah mendapat izin, mereka lantas pergi ke pasar dengan semangat yang membara. Tentu saja, pakaian yang mereka pilih adalah pakaian yang tidak hanya cocok untuk perayaan Suci Lunar ini, tetapi juga harus tetap menggambarkan martabat dan kehormatan Langgar Suci.
Kirana tidak henti-hentinya merasa bersyukur karena telah memiliki teman-teman sebaik Aria dan Lima, yang selalu mendukung dan memahaminya. Kebaikan mereka mengingatkannya terhadap Lauri dan Sandra. Dia jadi merindukan kedua saudaranya itu.
Saat mereka berjalan bersama ke arah pasar, Aria tertawa lembut. "Kita akan membuat perayaan ini menjadi tak terlupakan, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk Langgar Suci."
Kirana hanya tersenyum mendengar antusiasme kedua sahabatnya itu. Sisi baik dari semua yang terjadi pada Kirana selama ini, dia jadi belajar dari kesalahan bodoh masa lalunya, dan lebih menghargai hubungan dengan orang-orang yang hadir dalam kehidupannya.
Mereka berjalan di pasar ramai yang siap dan penuh suka cita menyambut perayaan Suci Lunar. Aria dan Lima membimbing Kirana memilih pakaian yang indah dan sesuai dengan tema perayaan. Kirana merasa hangat melihat kebaikan hati kedua teman baiknya itu, terutama bagaimana mereka memperlihatkan kepedulian terhadapnya.
Setelah memilih pakaian yang cocok, ketiga gadis itu memutuskan untuk kembali ke Langgar Suci.
***
Hari Raya Suci Lunar adalah perayaan megah dan tradisi turun-menurun yang diadakan setiap tahun untuk memperingati kelahiran Tavisha, seorang wanita suci utusan Tuhan pertama yang terlahir di dunia ini.
Tavisha memberikan berkah dan telah banyak menolong rakyat Lunarterra di masa lalu dari kehancuran dan bayang-bayang monster yang terlahir dari karma perbuatan buruk manusia, dan Bulan adalah simbol dari kelahiran Tavisha.
Lunarterra terletak di kota tua dan terpencil yang kaya akan sejarah dan tradisi, perayaan ini menjadi magnet bagi ribuan orang yang datang untuk menyaksikan dan ikut merayakan hari bersejarah ini.
Di pagi hari menjelang Perayaan Suci Lunar di kota Lunaterra, sinar mentari mulai menyapu jalanan yang dihiasi dengan hiasan-hiasan warna-warni dan lentera-lentera yang bersinar di setiap sudut kota. Di Langgar Suci, suasana sudah penuh dengan persiapan untuk merayakan perayaan yang sangat dinanti-nantikan ini.
Matahari masih belum terlihat saat itu, namun Kirana bangun lebih awal seperti biasanya. Wajahnya terlihat segar dipenuhi dengan semangat dan antusiasme. Setelah menyiapkan diri, Kirana membangunkan teman-temannya karena ada banyak persiapan yang harus mereka selesaikan.
Selagi teman-temannya bersiap, Kirana memutuskan untuk pergi ke altar utama. Dia ingin memastikan persiapan yang telah dia buat sehari sebelumnya. Langkahnya melaju dengan ringan di lorong Langgar, menghampiri altar utama.
Di sana, bunga-bunga segar yang telah dipilih dengan cermat mulai disusun dengan rapi, menciptakan harmoni warna yang memukau. Kirana mencium harum dupa yang telah diracik sehari sebelumnya. Perasaan Kirana menjadi tenang karena semuanya telah sesuai dengan harapan.
Empu Agung, melihat Kirana yang sibuk dengan persiapan, tersenyum penuh penghargaan. "Kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh, Kirana. Sang Hyang pasti akan tersenyum melihat persembahan kita malam ini."
Kirana membalas senyuman Empu Agung dengan bahagia. "Terima kasih, Empu. Semua ini adalah penghormatan dari kami semua untuk perayaan Suci Lunar. Saya sangat senang bisa menjadi bagian dari kebahagiaan ini."
Empu Agung menepuk bahu Kirana dengan lembut, "Kerja kerasmu tidak akan sia-sia, Kirana. Malam ini akan menjadi malam yang tak terlupakan."
Kirana mengangguk dengan penuh semangat, lalu melanjutkan persiapannya dengan hati yang lebih ringan dan penuh harapan. Dia siap menyambut perayaan Suci Lunar dengan sukacita bersama teman-teman dan keluarga barunya di dunia yang asing ini
Bersambung
Senin, 8 September 2025