Amara Olivia Santoso, seorang mahasiswa Teknik Industri yang sedang berusaha mencari pijakan di tengah tekanan keluarga dan standar hidup di masyarakat. Kehidupannya yang stabil mulai bergejolak ketika ia terjebak dalam permainan seniornya Baskara Octoga.
Situasi semakin rumit ketika berbagai konflik terjadi disekitar mereka. Novel ini menceritakan tentang kisah cinta remaja, persahabatan dan kehidupan kampus.
Akhir dari seorang stalker
Angin bertiup begitu kencang, menyusuri celah antara ranting yang mulai menguning. Menerbangkan dedaunan kering yang terlihat seperti hujan di musim kemarau. Sungguh terlihat puitis dan sangat romantis ketika di kombinasikan dengan lagu cinta yang kini di putar di radio.
Pagi itu, kampus masih sangat sepi. Beberapa daun yang tergeletak di jalan, kini melayang lagi ketika mobil yang di kendarai Baskara melaju di antaranya.
“Kak nanti aku turun di depan FH aja yaa” Kata Amara.
“Kenapa? Kamu malu?” Tanya Baskara.
“Aku ngga enak kalau Kak Bas di gossipin yang ngga ngga sama aku” Jawab Amara cukup ragu.
Baskara terkekeh pelan, “Kamu kali yang takut ketahuan Kak Kevin”.
“Aku ngga ada apa apa yaaa sama Kak Kev” Kata Amara datar.
“Terus kenapa kamu takut? Kita ngga lagi selingkuh, kita cuma berangkat bareng aja kan?” Tanya Baskara lagi.
“Iyyaa sihhhh” Amara mengangguk pelan, tidak mampu berkata-kata.
Semenit kemudian, mereka telah sampai di halaman Fakultas. Beberapa kali Amara menunduk bersembunyi jika mobil berpapasan atau melewati orang yang mereka kenal.
“Kamu kenapa sih heboh banget?” Tanya Baskara.
“Nanti kalo ketahuan orang gimana?” Kata Amara dengan ekspresi gemas yang membuat siapapun ingin mencubit pipinya saat itu juga.
Baskara memalingkan wajahnya, menyembunyikan senyumnya dari Amara.
“Udah sampe nih, kamu mau turun apa tetep di dalem?” Tanya Baskara ketika ia telah sukses memarkirkan mobilnya di tepi.
Amara melihat ke sekeliling, ia kembali menunduk setelah melihat Agya dan gerombolannya tepat berada di belakang.
“Satu menit lagi kak, please” Kata Amara seraya menggerakkan tanggannya untuk memohon.
“Kalo semakin lama nanti semakin banyak temenmu yang dateng. Kan kamu ad akelas jam delapan” Kata Baskara.
“Hmmm okay” Amara kali ini menurut.
Mereka berdua turun dari mobil secara bersamaan, jelas saja kejadian langka itu membuat orang yang melihat bertanya-tanya dan tak percaya. Baskara dan Amara? Sejak kapan mereka jadi dekat?.
Amara yang malu langsung berlari tanpa mengucapkan terimakasih dan meninggalkan Baskara yang masih berdiri di dekat mobilnya begitu saja. Kini Baskara menggelengkan kepala dengan senyum manis yang terukir di wajahnya. Senyum yang menghilang sejak satu setengah tahun terakhir.
“Heeyy Bas, finally yaaa. Aku pikir kamu udah berubah jadi homo” Satria yang datang dari belakang kini melingkarkan lengannya pada pundak Baskara.
“Apaan si, ngga yaa” Baskara kembali ke mode pendiamnya.
“Gawat sihh, jangan sampe El tahu. Bisa di sabotase jadwal pdktanmu” Tambah Satria.
“Udah ayok sarapan dulu” Ajak Baskara sengaja tidak ingin percakapan itu berlanjut.
Sementara Amara yang berlari kini di kagetkan dengan Gwen dan Angkasa yang berdiri di tengah pintu menuju Lab.
“Jawab jujur Amara” Gwen sukses membuat Amara mundur dan bersandar di tembok. Membuat Gwen leluasa mengintimidasi Amara dengan pertanyaanya.
“Kamu kemaren seharian ngapain aja? Ilang tanpa jejak ngga ngasih kabar?” Kini tangan Gwen menempel tepat di tembok dekat wajah Amara.
“Sorry gaes, aku kan udah jelasin semalem” Ucap Amara dengan wajah memelas.
“Untung yaa kamu ketemu Kak Bas, coba kalo ngga? Udah di jadiin tumbal proyek kali sama si Ethan” Angkasa tak kalah sebal.
“Udahlah yang penting aku kan gapapa, jangan sampai orang lain tau yaa? Kasihan Ethan kalo sampe di skors karena masalah ini” Bisik Amara pelan.
“Kamu ngga ada niatan laporin dia ke polisi ra?’ Tanya Gwen.
“Ntar kalo dia bikin ulah lagi gimana ra? Coba pikirin lagi deh” Angkasa meyakinkan kembali.
Amara tersenyum tipis, “Udahlah gapapa”.
“Kita udah ngingetin loh yaa, jangan baik baik deh sama orang kek gitu ra. Bahaya tau” Kata Gwen penuh penekanan.
“Udah yuk masuk kelas dulu aja” Ajak Amara yang langsung menggandeng dua sahabatnya itu.
Ia tersenyum penuh kemenangan. Ada Gwen dan Angkasa di samping yang akan membelanya, Ada Baskara yang menjadi saksi untuknya. Semua akan jadi lebih mudah.
***
Tepat pukul sebelas siang, ketiga sahabat itu tengah berkumpul di lobby lantai satu fakultasnya. Mereka tengah asyik membicaran sebuah film ketika tiba-tiba seorang driver ojek online datang menghampiri.
“Atas nama kak Amara?’ Tanya lelaki paruh baya itu.
Mereka bertiga saling berpandangan, “Saya ngga ada order sesuatu pak” Kata Amara lirih.
“Aduh gimana yaa mba, rugi dong sayaa, ini metode pembayarannya cash. Kalo mba ngga ngambil terus makanan ini gimana? Uang saya ngga balik dong mba?” Ucapnya penuh kekecewaan.
Terlihat Amara menggigit ujung bibirnya, ia terlihat sedikit panik.
“Yaudah pak, totalnya berapa?” Tanya Amara.
“Jadi seratus dua puluh mba” Jawabnya penuh antusias.
“Ehh ra, jangan deh ini kamu pasti di kerjain Ethan lagi” Angkasa mulai menaikkan volume suaranya.
Amara menepuk tangan Angkasa, “Udah sa, lagian kasihan bapaknya”.
“Ini pak, makasih yaa” Ucap Amara ketika memberikan uang kepada driver itu.
Tak berselang lama, tidak hanya satu. Namun belasan driver ojek online datang dan memenuhi lobby fakultas. Membuat suasana ricuh dan tidak kondusif meskipun sudah di lerai oleh beberapa satpam yang berjaga.
“Gilaaa, uangmu bisa habis kalo semua kamu bayarin ra” Angkasa tidak terima.
“Mau gimana lagi sa, pesanannya atas namaku. Kasihan bapaknya kalo ngga di bayar” Suara Amara mulai melirih.
“Udah yaa pak, mas antre yang bener. Jangan bikin gaduh, ayo kita keluar aja biar lebih leluasa” Teriak Gwen.
Semua driver berseragam hijau kini mengikuti mereka bertiga untuk keluar ke halaman.
“Jadi pak, mas ini itu order fiktif yang mengatas namakan teman kami Amara. Jadi karena Amara disini juga mau buat membayar please jangan ricuh. Tolong antre tanpa membuat gaduh. Okayyy” Gwen mulai geram dengan kondisi yang sangat chaos ini.
“Iyaa kak tapi tolong jangan kelamaan, kita juga ngejar setoran. Bentar lagi sholat jumat soalnya” Teriak salah satu driver dari belakang.
“Kalo ngga mau antre pergi aja mas, disini kita itu korban mohon pengertiannya” Angkasa tak kalah geram.
Suara rebut di luar membuat Baskara dan gerombolannya yang baru saja turun setelah kelas menjadi sedikit terusik.
“Ada apaan sih Er, rame banget di luar?’ Tanya El kepada Erica yang sedang duduk di lobby.
“Itu loh kak, ada pesanan fiktif atas nama Amara, banayk banget ojol yang dateng mana makanannya mahal-mahal lagi. Bisa bangkrut itu Amara” Jelas Erica.
Baskara yang mendengar langsung berlari ke arah luar.
“Ealah Bas, mau sok sokan jadi pahlawan kesiangan tu bocah” El menggrutu.
“Udah siang emang El, udah pantes” Satria menyengir begitu saja.
“Yok nyusul kedepan, serame apa sih? Heran aku tiap hari ada aja gebrakan di kampus ini” David menambahkan.
Dilihatnya kini Baskara yang tengah berdiri di dekat Amara, menatapnya penuh dengan rasa khawatir.
“Amara, are you okay? Kita lapor polisi aja yaaa” Kata Baskara yang seketika membuat Amara mengalihkan pandangan ke arahnya.
“Lapor polisinya ntar aja mas, sekarang bayar dulu ini pesenannya. Saya ngga mau tau drama kalian. Yang penting uang saya balik mas” Ucap salah seorang driver di arah depan.
Suasana semakin ricuh. Banyak dari mereka keluar barisan dan berjalan ke depan. Mengitari mereka berempat.
“Udahh hoyyy, stop balik lagi ngga lu pada ke barisan. Jangan bikin onar disini” Teriak El yang membuat semua kembali ke posisi awal.
“Kali ini Ethan beneran kelewatan” Ucap Baskara yang membuat teman-temanya berlari mendekat.
“Jadi pelakunya dari kemarin itu si Ethan, Gwen?” Tanya David.
“Iyaa kakk, semalem Amara hampir celaka kalo ngga ada Kak Bas” Jawab Gwen.
“Gilaa tuh anak, covernya aja kelihatan cupu ternyata psikopat” Satria menambahkan.
“Sini gue bantu bawain makanannya Sa” El menawarkan diri membawa beberapa bungkusan plastik yang sebelumnya memenuhi tangan Angkasa.
“Aelahh El El” David tertawa miris.
Sudah lima menit berlalu, antrean itu kini hanya menyisakan dua driver ojek online ketika tiba-tiba Ethan berjalan melewati mereka begitu saja.
Baskara yang sedari tadi diam kini berlari mengejarnya. Dengan sigap dia menarik bagian atas ransel Ethan. Dan benar saja, Ethan menoleh dan terhenti.
“Plak” Pukulan itu tepat mengenai pipi kanan Ethan.
Ethan kini terhuyung, jalan sempoyongan.
“Apaan sih, jagoan lo mukul-mukul orang?” Teriak Ethan mengeram kesakitan.
Baskara tak menghiraukannya, di tariknya kerah kemeja Ethan. Membuat Ethan cukup panik dan melawan dengan meninju wajah Baskara.
“Kamu milih cabut dari sini atau masuk penjara” Baskara kini berteriak.
Hampir ia meninju wajah Ethan lagi, sebelum akhirnya David dan Satria melerai keduanya.
Semua orang yang berada di sekitar lobby mendekat, mencoba melihat keributan apa yang sedang terjadi.
“Amara itu ngga sebaik yang kalian kira, dia itu manipulative. Aku di jebakkk. Kalian harus tau itu” Ethan kembali berteriak dengan seringai di wajahnya.
Hampir Baskara maju untuk memukulnya kembali, jika El tidak membantu Satria menghalangi langkahnya.
“Sabar bro sabar” El memeluk Baskara untuk mundur ke belakang.
“Bajingan, ngapain malem-malem kamu ngikutin Amara, ngejar ngejar sampe dia nagis trauma” Baskara tidak tinggal diam. Dia benar-benar marah.
Ethan tertawa getir, suara bisik-bisik mulai menusuk telinganya, tatapan orang-orang kini mulai mengintimidasinya, ia panik dan merasa terpojok. Dia berontak, membuat David hampir terjatuh karena memeganginya.
“Aku korbannya, dia itu manipulative kalian ngerti ngga sih?” Ethan mulai terlihat kacau. Dia menghentak-hentakan tubuhnya persis seperti orang yang kesurupan.
“Amara itu sok polos, dia tersenyum manis, berbicara halus, tapi dia ngga mau di dekati. Baginya kalian semua itu kotor, ngga pantes buat dia” Ethan semakin meracau.
“Apaan sih bocah, ngobat lo?” Tanya El tak kalah geram.
“Cuma aku raa, aku yang tulus sayang sama kamu. Nerima kamu apa adanyaa. Mereka ngga tau kamu ra, Cuma aku yang tauu” Ethan menangis sesenggukan.
Amara hanya terdiam, dia tidak bereaksi apapun. Sementara Ethan dan grombolan Baskara kini di bawa Pak Satpam untuk di interogasi lebih lanjut.
Kekacauan siang itu berakhir, entah apa hukuman yang akan di terima Ethan. Yang jelas Amara tidak ingin melapor. Baginya, membuat Ethan berhenti dan menjauh itu sudah lebih dari cukup.