Mengisahkan Keyla Ayunda seorang janda yang baru saja kehilangan saja kehilangan suaminya namun harus menghadapi kenyataan bahwa sang adik ipar rupanya menyimpan perasaan padanya. Drama pun terjadi dengan penuh air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa Malah Begini
Rasa cemburu Rezi seketika meredup, digantikan oleh gelombang rasa kasihan dan simpati yang kuat. Azriel bukan saingan asmara. Azriel adalah seorang anak yang berjuang, seorang anak yang membawa beban duka dan tanggung jawab di usia muda. Keyla tidak tertarik pada Azriel secara romantis; Keyla melihat dirinya sendiri, melihat kehilangannya sendiri, dalam diri pemuda itu.
Rezi menyadari bahwa tindakannya keluar dari mobil untuk merekam pengeroyokan adalah manifestasi dari empati Keyla yang besar terhadap orang-orang yang terluka.
Penilaian Rezi tentang Azriel berubah drastis dari "ancaman" menjadi "klien yang membutuhkan perlindungan."
Rezi mengambil napas dalam-dalam. Ia harus mengubah strateginya. Ia tidak bisa menyakiti atau menyingkirkan pemuda ini; ia harus membantunya, dan melalui bantuan itu, ia bisa menunjukkan pada Keyla bahwa ia adalah pria yang baik, pria yang pantas berada di sisinya.
Ia menelepon private investigator-nya lagi.
“Batalkan semua rencana untuk menyudutkan atau mengintimidasi Azriel,” perintah Rezi. “Ganti fokus. Aku ingin kau mencari tahu bagaimana kita bisa membantunya tanpa sepengetahuannya. Pastikan neneknya mendapat kontrak menjahit besar dengan klien-klien yang aku kenal. Aku juga ingin Azriel mendapat beasiswa penuh untuk kuliah di universitas terbaik, biayanya akan aku tanggung. Cari celah untuk beasiswa anonim.”
"Dan satu lagi," tambah Rezi, jeda sejenak. "Cari tahu apakah ada kaitannya antara kecelakaan orang tua Azriel dengan kecelakaan Ardito. Aku butuh detail. Semua detail."
Perasaan aneh menghinggapi Rezi. Ia memang berniat mendekati Keyla melalui Azriel, tetapi kini, kisah Azriel yang kehilangan orang tua dalam kecelakaan mobil terasa memiliki makna yang lebih dalam. Ada bayangan samar yang menghubungkan Keyla, duka, dan kecelakaan mobil yang terus menghantui.
Rezi berdiri, menatap kota dari jendela kaca kantornya yang tinggi. Ia telah kehilangan istrinya dan keluarganya, tetapi kini ia memiliki misi baru: melindungi Keyla dan membersihkan semua "luka" di sekitarnya, dimulai dari Azriel. Ia akan menjadi pahlawan yang Keyla butuhkan, bahkan jika Keyla tidak pernah tahu wajahnya.
****
Di Dapur Magnolia cabang kedua, Zehra Magnolia sibuk mengawasi dapur. Aroma bumbu rempah, dari jahe, lengkuas, hingga kunyit, memenuhi udara, menciptakan suasana hangat dan jujur yang tidak pernah ia temukan di rumah mewahnya dulu. Ia merasa terhubung dengan setiap bahan yang ia gunakan, menuangkan seluruh energi dan fokusnya pada cita rasa.
“Aduh, Mbak Zehra, gulai ikan patinnya selalu bikin kangen!” seru seorang pelanggan setia, seorang manajer bank yang selalu menyempatkan diri makan siang di sana.
“Resep rahasia, Pak. Campuran cinta dan sedikit keberanian,” balas Zehra, tersenyum lebar. Senyumnya kini mudah keluar, tidak lagi terbebani oleh rahasia dan kepura-puraan.
Omzet harian Dapur Magnolia melonjak drastis. Zehra tidak lagi hanya sekadar bertahan; ia berkembang pesat. Ia berhasil melunasi semua pinjaman awal dan bahkan mulai menyisihkan dana untuk pendidikan anaknya. Keberhasilan finansial yang ia raih sendiri ini terasa jauh lebih manis daripada tunjangan bulanan dari Rezi. Ia telah membuktikan pada dirinya sendiri—dan pada Rezi—bahwa ia mampu mandiri.
“Nun, tolong cek persediaan daging ya. Kayaknya besok kita harus pesan dua kali lipat,” perintah Zehra pada Nunik, suaranya penuh optimisme.
****
Saat ia sedang menikmati hasil kerja kerasnya, di sisi lain kota, Keyla Ayunda sedang menghadapi pukulan telak.
Keyla sedang bersiap untuk syuting ulasan produk dari Jenama Aurora ketika bel rumahnya berbunyi. Seorang kurir mengirimkan paket berisi dokumen tebal. Keyla menerimanya dengan kening berkerut.
Ia membuka amplop itu, dan jantungnya serasa berhenti berdetak saat melihat judul dokumen di dalamnya: SURAT SOMASI DAN GUGATAN HUKUM ATAS PENCEMARAN NAMA BAIK.
Keyla mulai membaca, matanya melebar tak percaya. Surat itu datang dari Jenama Safira, sebuah merek kosmetik mewah yang cukup besar. Dalam surat somasi itu, Jenama Safira menuntut ganti rugi sebesar miliaran rupiah atas klaim Keyla yang dituduh telah mengunggah ulasan buruk yang menjatuhkan produk terbaru mereka. Surat itu melampirkan screenshot dari sebuah post di media sosial Keyla yang mengkritik keras produk Safira, menyebutnya "berbahaya" dan "tidak layak beli."
“Apa-apaan ini?!” Keyla bergumam panik. Ia segera meraih ponselnya dan membuka media sosialnya. Ia memeriksa semua post dan story lama. Tidak ada. Ia tidak pernah mengulas produk Safira itu, apalagi dengan kata-kata yang begitu merusak.
Ia segera menelepon Risa, manajernya.
“Risa, kau harus lihat ini! Jenama Safira menuntutku! Mereka bilang aku mengunggah ulasan buruk tentang produk mereka!” Keyla berseru, suaranya tegang dan penuh ketakutan.
“Apa? Key, itu tidak mungkin! Kita bahkan tidak punya kontrak dengan Safira,” jawab Risa, sama paniknya.
“Aku tahu! Tapi mereka punya screenshot dari akunku! Mereka bilang aku harus membayar ganti rugi karena merusak reputasi mereka!”
Keyla kini mondar-mandir di ruang tamunya, merasakan cengkeraman panik. Ia sangat berhati-hati dengan setiap ulasannya, terutama setelah tragedi Ardito. Ia selalu bersikap profesional. Seseorang pasti memalsukan atau meretas akunnya, tetapi bagaimana bisa Jenama Safira begitu yakin dan langsung mengajukan somasi?
"Key, tunggu, jangan panik. Aku akan hubungi tim hukum kita. Aku akan selidiki dari mana screenshot itu berasal. Tapi… kau ingat saat Tuan Rezi bilang ada ‘orang’ yang mengurus hal-hal kotor di belakang layar?” tanya Risa hati-hati.
Keyla terdiam, darahnya berdesir dingin. Rezi.
“Ya, aku ingat,” jawab Keyla tajam. “Tapi kenapa Rezi harus melakukan ini? Itu gila! Dia hanya melindungi aku dari persaingan. Dia tidak akan melakukan hal kriminal seperti memalsukan post di akunku!”
****
Namun, sebuah pikiran tiba-tiba menyentaknya. Jenama Safira adalah pesaing dekat dari Jenama Aurora—merek yang baru saja memberinya kontrak terbesar yang mulus berkat "investor anonim." Mungkinkah Rezi, dalam usahanya untuk membersihkan jalan Keyla, terlalu berlebihan? Mungkinkah dia sengaja menjatuhkan pesaingnya dengan metode kotor, dan sekarang rencananya menjadi bumerang?
Keyla duduk, menatap somasi itu. Air matanya tidak mengalir karena kesedihan, melainkan karena kemarahan yang membara. Rezi telah merusak kariernya demi melindunginya.
“Aku harus menghentikan pria ini!” Keyla membulatkan tekad.
Ia meraih ponselnya, mencari kontak Rezi. Ia tidak peduli jika itu melanggar batas yang sudah ia tetapkan. Somasi ini bukan lagi masalah karier, ini adalah masalah hukum dan reputasi.
“Rezi, ini aku. Keyla. Aku ingin kau jelaskan. Sekarang juga. Kau harus datang ke rumahku,” Keyla berkata tanpa basa-basi saat Rezi mengangkat telepon. Suaranya rendah dan penuh ancaman.
“Keyla? Ada apa? Suaramu—”
"Aku bilang, datang sekarang!” Keyla memotong, tidak memberi Rezi kesempatan untuk berdalih. “Dan bawa pengacaramu. Kita punya masalah besar, dan aku tahu ini semua ulahmu!”
Keyla menutup telepon, napasnya memburu. Perasaannya pada Rezi kini sepenuhnya berubah. Bukan lagi simpati bercampur benci, melainkan kemarahan murni. Ia tidak akan membiarkan Rezi menghancurkan reputasinya, reputasi yang dibangunnya selama bertahun-tahun.