Zona Khusus Dewasa + Slowburn
Drasha Season 2
Adriel (28), sosok CEO yang dikenal dingin dan kejam. Dia tidak bisa melupakan mendiang istrinya bernama Drasha yang meninggal 10 tahun silam.
Ruby Rose (25), seorang wanita cantik yang bekerja sebagai jurnalis di media swasta ternama untuk menutupi identitas aslinya sebagai assassin.
Keduanya tidak sengaja bertemu saat Adriel ingin merayakan ulang tahun Drasha di sebuah sky lounge hotel.
Adriel terkejut melihat sosok Ruby Rose sangat mirip dengan Drasha. Wajah, aura bahkan iris honey amber khas mendiang istrinya ada pada wanita itu.
Ruby Rose tak kalah terkejut karena dia pertama kali merasakan debaran asing di dadanya saat berada di dekat Adriel.
Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 ACICD - Acting Jadi Kucing Polos?
Hari pertandingan final Aerox Esports akhirnya tiba.
Ruby yang baru saja terjun ke dunia esports karena tuntutan liputan, berdiri di antara manajer tim, pemain cadangan, dan anggota coaching staff. Dia hanya berniat mengamati untuk keperluan naskahnya… namun kini jantung Ruby ikut melompat-lompat mengikuti detik-detik akhir pertandingan. Itu adalah match penentu kemenangan.
"Ternyata game bisa bikin tegang kayak gini juga," gumam Ruby.
Saat layar menunjukkan base tim Aerox hancur, ruangan langsung hening. Tim itu lagi-lagi gagal mengangkat piala.
Para player masuk satu persatu di ruangan. Ruby memperhatikan raut wajah mereka yang murung. Dia tahu rasanya ketika berjuang mati-matian tapi hasilnya tidak sesuai keinginan.
Ruby pernah melewati fase itu saat menjalani pelatihan dan ujian Crimson Lilies.
Namun, ada perbedaan jelas antara dirinya dengan anak-anak muda itu. Seluruh tim Aerox Esports tampak seperti keluarga cemara meski tidak ada hubungan darah.
Lihat saja di sana, mereka saling menyemangati satu sama lain. Tidak ada yang saling menyalahkan.
Beda dengan Ruby yang memang dipersiapkan layaknya mesin pembunuh yang hanya menomorsatukan misi, sehingga Ruby dengan anggota seangkatannya di Crimson Lilies tidak ada yang mengenal apa arti kekeluargaan.
Ruby mau melakukan wawancara, tapi dia tidak ingin mengganggu momen mereka.
Lalu, tiba-tiba player cowok berwajah imut dan yang paling aktif bernama Cateye memamerkan gigi rapi di sela senyuman manisnya. Dia menarik tangan Ruby untuk bergabung di lingkaran. Pupil Ruby melebar. Ini beneran dia diajak?
Kinara sang manager menyampaikan sepatah dua kata, disusul oleh coach mereka. Mereka kemudian saling merangkul erat. Ruby ada di antara Kinara dan seorang anggota coaching perempuan.
"Kalian semua hebat…" Ruby tidak sengaja mengeluarkan suara. Mereka yang ada di ruangan itu menoleh pada Ruby. Wanita itu mengulum bibir mendapati semua mata kini tertuju padanya. Apakah mereka terganggu?
"Maaf, saya saya keceplosan," ujar Ruby merasa tidak enak.
"Go on, Ruby," pinta Kinara lembut.
Ruby menarik napas sekali lalu melanjutkan kalimatnya, "ummm… kalian memang belum bisa mendapatkan piala WPL, tapi kalian punya ikatan yang jarang dimilikin sama tim lain juga orang-orang di luar sana… termasuk saya. Selama meliput di Aerox saya bisa merasakan hangatnya keluarga itu seperti apa."
"Kak Ruby udah jadi bagian keluarga Aerox sejak hari pertama kakak dateng ke GH," ujar player bernama Bananax.
Mereka yang ada di lingkaran itu tersenyum cerah.
Ruby mengangkat sudut bibirnya, lalu melanjutkan perkataannya. "Ada yang bilang runner-up itu menyakitkan, karena tinggal satu langkah lagi menggenggam mimpi tapi gagal. Tapi, kalian hebat sudah sejauh ini, kalian juga dapat tiket ke ajang internasional. Kesempatan untuk angkat piala yang lebih bergengsi masih terbuka lebar."
"Kalian pasti bisa semakin kompak dan kuat, saya yakin piala W Series bisa kalian dapatkan, season depan WPL pasti bisa kalian taklukkan juga," ujar Ruby. Kinara sang manager mengulas senyum. Kebanyakan wartawan biasanya memanfaatkan kesempatan ini untuk menggoreng-goreng berita, tapi Ruby sama sekali tidak melakukannya. Wanita cantik itu malah ikut menyemangati mereka.
Di belahan dunia lain, pukul 12.35 JST.
Adriel menatap layar laptop yang menampilkan suasana di ruangan Aerox Esports. Jangan tanya bagaimana Adriel bisa mendapatkan akses CCTV di sana. Cukup tahu kalau perusahaannya, Sariel Tech masuk jajaran sponsor besar di kompetisi Esports bergengsi itu.
Lanjut, jemari Adriel mengusap touchpad dan memperbesar video yang menangkap wajah Ruby.
"Kenapa dia terharu cuma karena diajak gabung begitu?" gumam Adriel. "Acting jadi kucing polos?"
Adriel mendesis dingin. "Perempuan kayak dia memang penuh tipu daya. Entah dia bilang apa sampai mereka semua yang ada di sana anteng dengerin dia ngomong."
Adriel selalu terdengar sebal di mulut jika itu menyangkut Ruby, tapi hampir setiap menit Adriel terus menunggu update momen Ruby di BunnyChat. Tidak ketinggalan memantau CCTV GH Aerox ketika Ruby datang dan sekarang mengintai CCTV arena WPL hanya untuk melihat Ruby.
Ngakunya ke Hougan sih itu bentuk pengawasan pada musuh.
Lalu –
Drrttt!
Drrttt!
Sebuah telepon masuk. Wajah Adriel menoleh ke nakas, di mana layar ponselnya memunculkan nama Cherryline.
Tangan kanannya meraih benda pipih itu lalu mengusap layar, mengangkat telepon dari saudari iparnya itu.
"Ya."
"L-lo di mana, Riel?"
"Tokyo." Adriel mendengar suara Cherryl terisak di sebelah sana.
"Gue mau ketemu sama lo."
"Emang lo juga di Tokyo?"
"Enggak sih… lo sampai kapan di sana?"
"Besok gue udah balik."
"Ohhh ya udah, gue tungguin lo balik aja."
"Emang lo di mana sekarang?"
"Gue udah pulang dari London, mama papa nggak tau. Gue nginep di hotel deket sekolah kita."
"Gue udah denger soal lo dari mama Tamara."
Cherryl mengembuskan napas panjang di seberang sana. "Yaaa, complicated."
"Makanya gue butuh ketemu lo, Riel."
"Iya, besok malem."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ruby menyelesaikan tugas liputannya. Wanita itu duduk di sofa panjang area santai sambil memangku laptopnya. Dia sudah mewawancarai para player dan coaching staff tim Aerox Esports. Tapi, ada yang kurang.
Dia butuh tanggapan dari sang CEO. Mana Rion sang redaktur galak sudah menagih naskah Ruby.
Hanya saja, Adriel diketahui masih di Jepang. Ruby menatap jam di pergelangan tangan kanannya. Pasti di Jepang sana sudah tengah malam. Rasanya kurang sopan jika dia menghubungi Adriel di jam tidurnya.
Tapi, tak usah jauh-jauh, Ruby juga tidak tahu bagaimana cara menghubungi Adriel. Dia tidak memiliki kontak pria itu. Kinara sang manager dan lainnya juga tampak sibuk. Dia punya kontak BC Hougan sih. Apa dia menelepon Hougan saja?
Ruby tampak berpikir keras. Andai saja dia tahu kalau coldeverest di BunnyChat itu Adriel.
"Kak Ruby kenapa?" tanya Cateye. Player humble itu mendekat bersama player bernama Rann si cuek yang wajahnya tampan seperti pangeran menawan di komik-komik.
"Ummm… ini… saya butuh wawancara dengan Pak Adriel sebagai CEO Aerox Esports. Katanya dia di Jepang, mungkin dia udah tidur karena di sana udah tengah malem."
Cateye dan Rann saling menatap.
"Pak Adriel belum tidur kok, Kak," sahut Rann.
"Iya, Kak Ruby, di dalem ruangan Coach Viper lagi video callan tuh sama si bos," celetuk Cateye tersenyum.
"Ohh gitu yah… tapi saya nggak punya kontaknya," ungkap Ruby.
Cateye merogoh saku jaket jerseynya, mengeluarkan hape. "Tenang aja, Kak Ruby, nih aku punya kontak Pak Adriel. Bukan cuma aku sih, semua anggota Aerox punya kontaknya si bos."
Ruby mengulum bibirnya. Jika dia menghubungi Adriel sendiri nanti pria itu dikira mau digoda lagi.
Dia akhirnya menatap Rann dan Cateye serius. "Saya bisa minta tolong untuk bantu hubungi Pak Adriel nggak? Tapi pakai hape salah satu dari kalian."
Cateye melebarkan senyumnya. "Bisa dong, Kak." Cowok berambut ash blonde itu duduk di sebelah Ruby. Disusul Rann di sebalahnya.
"Nih, kita coba telepon yah, kalau belum nyambung berarti masih vcan sama coach Viper."
Ruby memfokuskan matanya pada layar ponsel Cateye. Dia tampak deg-degan.
Tut…
Tut…
Cateye menoleh cepat dengan senyuman. "Eh, nyambung nih, Kak."
Rann melirik sedikit. "Dia baru aja selesai vcan berarti."
Sementara itu, Ruby menelan salivanya. Dia juga bisa merasakan jantungnya berdebar kuat seperti mau loncat keluar.