"Endria hanya milikku," tekannya dengan manik abu yang menyorot tajam.
***
Sekembalinya ke Indonesia setelah belasan tahun tinggal di Australia, Geswa Ryan Beck tak bisa menahan-nahan keinginannya lagi.
Gadis yang sedari kecil ia awasi dan diincar dari kejauhan tak bisa lepas lagi, sekalipun Endria Ayu Gemintang sudah memiliki calon suami, di mana calon suaminya adalah adik dari Geswa sendiri.
Pria yang nyaris sempurna itu akan melepaskan akal sehatnya hanya untuk menjadikan Endria miliknya seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jelitacantp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit lagi
Suasana di dalam mobil begitu sunyi dan sedikit memanas padahal AC sudah dihidupkan dan tidak rusak. Namun, Endria dengan tingkat kepekaannya yang tinggi sadar kalau sedari tadi Geswa yang tengah duduk di kursi pengemudi sekali-kali melirik ke arahnya, yang membuat ia merasa sedikit risih dan tak enak.
Endria kembali mengutuk kebodohannya tadi, kalau suasananya akan seperti ini, ia lebih memilih diantar oleh sopir daripada Geswa.
Awal mula kenapa Geswa bisa mengantar Endria pulang ialah, di saat mereka berlima selesai makan malam. Mereka lalu berkumpul di ruang keluarga sekedar berbagi cerita setelah seharian sibuk dengan kerjaan masing-masing, tetapi hanya suara Utami, Endria, dan Gatra yang mendominasi, sedangkan Antonello dan Geswa hanya diam mendengarkan kehebohan mereka bertiga.
Kemudian, tanpa kata, Gatra berdiri dari duduknya lalu pria itu berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai dua. Terlihat Gatra beberapa kali menguap, pria itu tak tahu kenapa bisa mengantuk seperti ini. Rencananya, ia akan tidur sebentar lalu setelahnya mengantar Endria pulang.
Namun, rencana Gatra tetaplah rencana, sudah dua jam pria itu tertidur, bahkan sudah beberapa kali ia dibangunkan oleh bi Rani, tetapi pria itu tak kunjung bangun.
Endria yang waktu itu sudah ingin pulang, merasa tak enak, ia tak mau mengganggu Gatra maka Utami pun mengusulkan kalau sopir saja yang mengantarnya.
Namun, Geswa tiba-tiba datang dengan tampilannya yang sudah berubah, pria itu memakai jaket kulit serta celana jeans-nya seakan-akan ingin pergi ke suatu tempat.
"Biar aku saja yang mengantarmu," ucapnya acuh tak acuh. Pria itu terlihat mengusap lehernya ke belakang dengan tangan kanan.
Antonello pun mengangguk, menyetujui usulan Geswa. "Iya, lagipula ini sudah larut malam," kata Antonello.
Utami akhirnya pun mengangguk. "Nah iya, Geswa aja yang anterin kamu, mama bisa lebih tenang."
Kedua orang tuanya mendukung, tak ayal membuat Geswa bersorak dalam hati. Ia tinggal menunggu jawaban dari gadisnya.
Maka Endria hanya bisa mengangguk ragu-ragu. Sejujurnya, ia merasa tak enak untuk merepotkan Geswa.
Nah begitulah ceritanya sampai mereka bisa berduaan di dalam mobil.
Setelah beberapa saat menghabiskan waktu dalam keheningan, mereka pun sampai di halaman rumah bertingkat dua milik Endria. Dan dengan hati-hati Geswa memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah itu.
"Terima kasih, Kak," kata Endria sambil melepaskan seatbelt-nya. Tapi susah sekali, entah kenapa seatbelt ini bisa macet. Lagi-lagi Endria mengutuk kesialannya hari ini.
Endria terus mencoba untuk membuka pengait seatbelt-nya tanpa ingin meminta bantuan. Sementara Geswa, pria itu hanya bisa diam-diam memperhatikan ekspresi Endria yang lambat laun berubah, dari kesusahan menjadi kesal tak tertahan.
Geswa tersenyum kecil, dasar Endria gengsian, seharusnya gadis itu meminta bantuannya.
Lantas tanpa Endria sadari, Geswa sudah mencondongkan diri ke arahnya, lalu saat Geswa ingin membantu untuk melepasnya tak sengaja tangan mereka bersentuhan.
Endria kaget, Geswa tersentak, saat tangan mereka bersentuhan, bagaikan ada aliran listrik yang menyengat. Bahaya!
Mereka pun saling berpandangan, Endria menahan napas, dilihat dari jarak sedekat ini, visual Geswa benar-benar tak tertandingi, ia tak munafik, ia akui bahwa ia mengagumi Geswa saat pertemuan pertama mereka di ruang kerja ayahnya.
Rambut pirang yang sedikit panjang tak membuat pria itu terlihat berantakan malahan berkali-kali lebih tampan, kedua netranya yang berwarna abu membuat siapapun yang ditatap merasa terintimidasi, alis tebal, hidung mancung bak perosotan, dengan bibir tebal kemerahan yang hanya sesekali menyesapi sebuah nikotin.
Sementara itu, jakun Geswa sedari tadi naik turun, berada dengan jarak sedekat ini dengan gadisnya membuat dia bisa-bisa hilang kendali.
Tatapan matanya yang setajam elang terus menyorot ke arah bibir merah muda milik Endria, bibir itu terlihat merekah seperti bunga seakan-akan mengundang sang kumbang untuk menyesapi sarinya, benar-benar terlihat menggugah.
Bahkan otaknya dengan kurang ajar terus-terusan memerintahkan untuk menciumi bibir menggairahkan itu. Namun, untung saja Geswa mendengarkan kata hatinya untuk tidak berlaku agresif.
Geswa menggeram dalam hati. Belum saatnya.
Beberapa saat kemudian, pengait seatbelt tersebut akhirnya terlepas. Membuat Endria terburu-buru keluar dari mobil tanpa berkata-kata lagi pada Geswa.
"Shit!" umpat Geswa sambil memukul setir mobilnya setelah dia tersadar, dia dengan bodohnya malah mendengarkan kata-kata hatinya yang menyesatkan.
Seharusnya tadi dia langsung saja menciumi bibir Endria, mel*matnya dengan keras dan panas.
"Ahhh... Sh*t!" umpat Geswa frustasi. Lalu ia mengacak-acak rambutnya, alamat dia tak bisa tidur malam ini.
***
Walaupun Geswa hanya sementara tinggal di Indonesia, tetapi dia juga menginginkan sebuah hunian untuk dirinya sendiri dan saat ini pria itu sudah berada di penthouse yang baru ia beli, tidak ada yang tahu tentang ini hanya dirinya dan Louis saja.
Setelah mengantar Endria ke rumah gadis itu, Geswa pun melajukan mobilnya ke arah Jagakarsa Jakarta Selatan, di mana letak rumah barunya berada.
Mobil Rolls Royce itu memasuki parkiran yang cukup luas. Di luar sana, terlihat Louis dan beberapa pengawal sudah menunggunya.
Mereka semua berdiri tegap, tetapi dengan kepala yang ditundukkan. Dan salah satu dari mereka membukakan pintu mobil untuk Geswa.
Geswa keluar, lalu dengan santai ia berjalan memasuki lift yang akan membawa mereka semua menuju lantai teratas gedung ini.
Ada dua lift dan yang mereka naiki ini adalah lift khusus, yang hanya bisa diakses dengan sidik jari dari Louis dan juga Geswa, penyebabnya ialah karena unit milik Geswa tidak memiliki pintu penghubung lain.
Jadi jelasnya, setelah sampai di lantai paling atas, dan lift terbuka langsung menampilkan ruang tamu.
Mata Geswa menyorot ke seluruh ruangan, dirinya mengangguk-angguk puas. Ruangan ini berdesain minimalis, dicat dengan warna putih bercampur abu tua membuatnya enak dan nyaman dipandang.
Semua furnitur yang diperlukan sudah lengkap, berupa sofa panjang berwarna abu tua yang sangat nyaman diduduki, dan di depannya ada sebuah meja berwarna sama, serta TV LED berukuran 62 inci sangat bagus untuk menonton Nitflix berdua.
Lebih dalam lagi, di samping kanan ada dapur dengan perabotan yang begitu lengkap, sama seperti di ruang tamu, tembok ruangan ini juga didominasi oleh warna putih dan abu tua.
Sedangkan di sebelah kanan ada ruangan untuk bersantai, dilengkapi dengan jendela besar yang langsung menampilkan pemandangan taman yang luas dan dipenuhi lampu-lampu kecil, terlihat romantis dan hangat secara bersamaan, taman di luar sana sangat cocok untuk berjalan-jalan berdua sebelum tidur.
Dan di ruangan lainnya terdapat set permainan mengemudi formula 1 simulator, seperti tiga layar besar yang tersusun menyamping, kursi, roda kemudi, pedal, kokpit, software, dan masih banyak lagi.
Kenapa bisa? Ya, karena Geswa menyukainya, pria itu akan lupa waktu kalau sudah bermain. Bahkan, hampir saja waktu remaja ia bisa menjadi pembalap, tetapi karena tak direstui oleh Antonello, maka ia pun melampiaskannya dengan bermain simulator tersebut.
Bahkan peralatan yang ada di Perth lebih lengkap dari ini, Geswa bahkan mengoleksi beberapa mobil balap yang pria itu letakkan di garasi rumahnya.
Sebenarnya penthouse ini memiliki dua kamar, tetapi Geswa meminta membuat ruangan satunya dijadikan ruang kerja saja.
Di dalam kamar tak kalah lengkap dengan ruangan lainnya, dan yang membuat kamar ini spesial ialah memiliki walk in clothes yang sangat luas dan juga sudah dipenuhi pakaian bermerk.
Apakah penjelasan tentang rumah ini sudah lengkap? Pokoknya rumah ini terlihat sederhana, tetapi sangat nyaman untuk ditinggali berdua.
Setelah melihat-lihat rumah barunya, yang sangat sesuai dengan konsep yang sudah ditentukan, Geswa berjalan ke arah ruang kerja di belakangnya masih ada Louis yang mengekor sambil memegang beberapa dokumen yang belum ia selesai kerjakan hari ini.